Part 16.

796 75 16
                                    

Kyungsoo berlari cepat menuju rumahnya yang sudah 2 tahun ini tidak ia kunjungi. Irene menoleh  saat mendengar seseorang berlari mendekatinya, ternyata itu adiknya.

"Oh kau datang kyungsoo?"

Kyungsoo tidak menggubris pertanyaan irene yang sudah setengah mabuk itu, dia hanya terus berdiam sambil menatap foto ayahnya yang sudah dihiasi karangan bunga. Dia tidak pernah membayangkan akan ditinggalkan oleh ayahnya, bahkan dulu dia selalu berfikir akan lebih dulu menyusul ibunya ketimbang kedua keluarganya itu.

Irene menatap kyungsoo, dia mengikuti arah tatap kyungsoo yang ternyata menuju foto ayahnya. Seketika gelak tawa irene memecah keheningan siang itu, dia tertawa dengan kondisinya yang sedang mabuk.

"Kau... kenapa terlihat sedih? Kau tidak sedih karena orang bajingan ini mati kan??" Irene menunjuk nunjuk foto ayahnya, sambil menahan tawa.

Kyungsoo tertunduk, ia menghapus air mata yang sudah meluncur mulus di pipinya. Melihat hal itu, irene berdiri. Di tangannya terdapat botol soju yang sudah kosong. Dia berjalan mendekati adiknya itu, berhenti tepat di depan kyungsoo sambil menatap kyungsoo.

"Yak kau menangis?!" Irene berteriak, melotot menatap adiknya yang masih tertunduk. "Tidak perlu menangisi appa brengsek sepertinya!! Harusnya hari ini kita berbahagia karena dia sudah mati!! Dia sudah mati kyungsoo!! Sadarlah!!" Irene mengguncang kasar tubuh kyungsoo, mencengkram kuat bahu kyungsoo hingga sang empu meringis kesakitan.
Sebenarnya kyungsoo bisa melawannya, namun dia sangat menyayangi irene.

Kyungsoo kembali menangis, dia tidak tau jika kakaknya begitu membenci ayahnya. Bahkan saat ayahnya mati pun kakaknya merasa bahagia.

"Noona... dia tetaplah appa kita... kita harus tetap--"

PLAKK!!

Tamparan keras itu mendarat di pipi kyungsoo. Wajah kyungsoo tertoleh ke samping. Kyungsoo hanya bisa menahan rasa sakit itu, kembali menunduk sambil memegangi pipinya yang terasa sangat nyeri.

"Apa? Kita harus menghormatinya? Kita harus mengenangnya? Yak kyungsoo! Apa yang sudah dia berikan untuk kita?! Apa?! Hanya penderitaan dan rasa takut yang setiap hari dia berikan!! Aku membencinya kyungsoo! Aku sangat membencinya! Kenapa dia tidak dari dulu saja mati? Aku pasti sudah lama merasa bahagia" irene berkata sambil menunjukkan smirknya, kembali melangkah mendekati foto itu. Irene kembali duduk disana, membuka botol yang masih terisi penuh lalu meminumnya dengan kasar.

Kyungsoo masih terdiam di tempat, dia terus menatap kakaknya yang terus meminum soju itu. Entah kenapa air matanya kembali terjatuh. Sungguh dia sedih karena ayahnya meninggal sebelum dia sempat membahagiakannya. Meskipun ayahnya sangat membencinya, namun dia tidak membenci ayahnya. Dia justru sangat menyayangi ayahnya dan berjanji akan membahagiakan ayahnya jika dia sudah dewasa nanti.

Dan alasan kyungsoo begitu sedih karena melihat  kakaknya yang begitu membenci ayahnya. Dia tau irene pun sangat tersiksa dengan kekerasan yang hampir setiap hari ia rasakan. Namun itu tetaplah ayahnya dan irene tidak boleh membencinya.

~Dare~

Nayeon langsung berdiri melihat kyungsoo keluar dari rumahnya. Dia menatap wajah kyungsoo yang sembab, nayeon tau jika kyungsoo habis menangis.

"Pingu... gweanchana?" Nayeon menyentuh pundak kyungsoo, dia merasa khawatir melihat kondisi kyungsoo.

Kyungsoo hanya mengangguk, memaksakan senyumnya meski air mata sedang menggenang di pelupuk matanya.

"Kajja, kita pulang" nayeon menggenggam tangan kyungsoo, tersenyum memberikan kenyamanan untuk kyungsoo.

Mereka pun pulang, meninggalkan irene sendirian di rumah itu.

Dare✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن