[12] Punishment

401 39 0
                                    

Ha Rin merasa pagi menghampirinya begitu cepat. Pasalnya baru saja pukul 5 pagi tadi ia baru bisa terlelap dan kini matahari sudah mengusik tidurnya.

Ia membuka matanya lebih lebar. Total, ia kesiangan. Matahari sudah sepenuhnya naik ke atas permukaan langit.

"aku akan pergi ke rumah ibu—" Ha Rin melirik saat sebuah suara datang dari arah pintu kamar "—membantunya menyiapkan peringatan kematian ayah" lanjut Jungkook dengan pakaian yang sudah rapih.

Sepertinya Jungkook masih marah, matanya tak menatap Ha Rin sama sekali saat berbicara "aku tidak akan memaksamu. Tapi kau tetaplah putrinya, setidaknya kali ini jangan mementingkan egomu" Jungkook pergi begitu saja setelah mengambil kunci mobil dari atas nakas.

Egois? Apa benar selama ini dirinya seegois itu?

***

Gelap sudah tiba sejak satu jam yang lalu dan Jungkook tak kunjung kembali. Sementara Ha Rin belum beranjak satu senti pun dari atas ranjangnya sejak pagi.

Saat bangun pagi tadi kepalanya terasa begitu pening dan berat, sehingga dirinya memutuskan untuk kembali tidur selepas Jungkook pergi ke rumah ibu. Sebenarnya tidur juga pelariannya untuk tidak memikirkan perkataan Jungkook yang begitu menusuknya. Ha Rin pun membenarkan jika dirinya sangat egois.

Namun selepas siang dirinya bangun, bukannya semakin baik badannya justru semakin lemas bahkan saat mencoba bangun kakinya bergetar hebat tak mampu menopang berat tubuhnya. Alhasil dirinya jatuh disisi ranjang dan lututnya sempat terpantuk menyisakan memar. Dia tak memangis, dia merasa dirinya memang pantas mendapatkan semua ini.

Juga, ini bukanlah yang pertama dia jatuh sakit sehari sebelum hari peringatan kematian ayahnya. Ini selalu terjadi dan menjadi salah satu alasan Ha Rin tak bisa hadir di upacara peringatan kematian sang ayah.

Tangannya merayap diatas nakas mencari saklar lampu tidur untuk memberinya sedikit cahaya. Dirinya sangat kehausan, segelas air yang sempat ada diatas nakas sudah ia tenggak habis siang tadi.

Bolehkah dirinya mengharapkan Jungkook hadir disisinya. Hati kecilnya menginginkan seseorang menemaninya disaat seperti ini, disaat ingatan tentang sang ayah menghampiri dan selalu membuatnya kacau hingga tak berdaya seperti ini.

"tidak, kau tidak pantas" lirih Ha Rin setelah berhasil menyalakan lampu tidur. Dirinya kini berusaha bangkit dari atas ranjang. Tujuannya dapur karena ia merasa tenggorokannya sangat kering.

Pening itu masih belum juga pergi. Kakinya pun masih bergetar. Tapi dia memaksakannya. Ia tak ingin menelpon Jungkook hanya untuk mengambilkannya segelas air.

"Ha Rin" samar – samar Ha Rin mendengar sahutan Jungkook dari luar kamar.

Jungkook memasuki kamarnya dan segera menyalakan lampu ruangan kamar. pria itu membulatkan matanya terkejut melihat pemandangan didepannya. Istrinya berdiri menopang tubuh pada dinding dengan wajah yang sangat pucat.

"Rin!" Jungkook setengah berlari menghampiri Ha Rin.

"aku baik – baik saja" ucap Ha Rin saat Jungkook hendak membantunya untuk berjalan.

Tanpa meminta izin si pemilik, Jungkook sudah meletakkan telapak tangannya di kening Ha Rin "suhu tubuhmu jauh diatas normal seperti ini masih kau bilang tidak apa – apa?" ucap Jungkook sedikit kesal atas ucapan Ha Rin yang bersikap sok kuat.

Ha Rin memekik saat Jungkook mengangkat tubuhnya dan membaringkannya diatas ranjang.

Mata Jungkook menelisik wajah istrinya dari dekat "sejak kapan?"

"baru saja" bohong Ha Rin.

"jangan berbohong. Lampu rumah tidak akan padam jika sakitmu baru saja terasa." "Wajahmu juga sangat pucat." Ucapan terakhir Jungkook melembut, ia tak bisa lagi bersikap dingin pada Ha Rin jika keadaaan gadis itu seperti ini.

"pagi tadi" jawabnya dengan jujur,

"sejak pagi? Jangan – jangan kau juga belum memakan apapun?" Ha Rin hanya diam mendapat pertanyaan seperti itu dari Jungkook. Jungkook menangkap bahwa dugaannya benar "astaga Rin, kenapa tidak menelpon dan malah membuat dirimu semakin sakit?"

Tangan Ha Rin mengerat dalam genggaman Jungkook tahu bahwa istrinya akan seperti ini. "seperti yang kau bilang Jung, aku ini memang egois. Ingin menghindar dari peringatan kematian ayah, memanfaatkan kesalahan ayah untuk bisa menerima diriku. dan Tuhan selalu menghukumku seperti ini. Aku memang pantas mendapatkannya" berusaha menahan tangisnya Ha Rin sudah menggigit erat bibir bawahnya.

"Rin" tangan Jungkook yang lainnya mengusap bibir itu lembut, menggeleng agar si pemilik berhenti menyakitinya.

"aku tahu ini sangat egois, tapi aku takut Jung. Aku takut jika aku menemui Ayah rasa benci terhadap diriku semakin tak terbendung." Air mata yang semulanya hanya menumpuk di kedua mata Ha Rin kini berhasil keluar tak dapat lagi terbendung.

Jungkook menarik Ha Rin kedalam pelukannya ingin rasanya mengambil beban yang tengah di rasakan Ha Rin. Hatinya begitu sakit melihat Ha Rin yang sangat rapuh.

"tak apa jika belum bisa menemui Ayahmu. Tapi satu yang harus kau tahu Rin. Semua manusia pantas untuk mendapatkan cinta terutama dari dirinya. Jangan membenci dirimu."

Ha Rin tak lagi mampu menjawab ucapan Jungkook, ia justru semakin terisak didalam pelukan Jungkook yang sangat menghangatkan hatinya.

"tak apa jika kau belum bisa mencintai dirimu. Disini aku akan membantumu mengembalikan rasa itu, mengembalikan Ha Rin yang bisa mencintai dirinya" kedua kuasa Jungkook mengusap lembut punggung yang sempat bergetar hebat.

"terimakasih Jung" ucap Ha Rin begitu lirih.

Beberapa saat terjadi keheningan. Jungkook tak lagi merasakan pergerakan apapun dari istrinya.

"Ha Rin" panggil Jungkook. Ia melepas pelukan tersebut secara sepihak. Kuasanya menggenggam bahu Ha Rin yang terasa sangat lemas.

"Rin, bangun. Rin apa kau mendengarku?" Jungkook mulai panik melihat Ha Rin sama sekali tak merespon sahutannya, pun kedua mata itu memejam.

"Ha Rin, kumohon"

The Untouched GirlWhere stories live. Discover now