Tuan Hasyim menjeda kalimatnya, melihat ke arah wajah menantunya yang sedikit pucat. sebenarnya lelaki paruh bayah itu juga tidak tega, tapi mendnegar penuturan dari beberapa pelayan rumah bahwa anaknya keluar dari kamar tamu dengan wajah kesal dan debuman pintu yang keras tuan Hasyim memprediksi mungkin ada pertengkaran semalam, sebab itu dirinya tidak menanyakan kemana anak tunggalnya itu, hingga tidak ikut bergabung di meja makan.

"...Suamimu berhak atas dirimu, jadi berikan waktumu juga untuknya. Apa tidak lebih baik bekerja di kantor Suamimu atau di kantor Abi ..."

Aliyah mendongak, menatap karah ayah mertuanya begitu kalimat itu keluar, dengan segera dia menggelengkan kepalany, entah mengapa begitu otaknya menerima informasi itu dengan refleks kepalanya menggeleng cepat. melihat hal itu sang Ayah mertua hanya tersenyum.

"Aliyah akan meminta pengurangan jam kerja Bi, tapi maaf mungkin tidak untuk waktu dekat. Aliyah baru menjadi karyawan di sana jadi tidak mungkin meminta keringan dalam waktu dekat."

Menarik nafas, melihat wajah bu mertuanya, menimbang-nimbang untuk mengatakan kalimat selanjutnya.

"Untuk bekerja di kantor Refal atau kantor Abi maaf bi, Aliyah ingin mencoba mandiri dan mencoba belajar bisnis di bidang yang Aliyah sukai..."

Pasangan paruh bayah itu mencoba mengerti kinginan anak mantu tunggalnya, mereka mengetahui Aliyah tidak dipersiapkan menjadi penerus perusahaan, sebab itu dia lebih menyukai hal-hal lain dibanding bergelut dengan bisnis. Dan mereka berdua juga menyadar hal ini yang membedakan antara Refal dan Aliyah, Refal yang merupakan anak tunggal sudah di setting sedemikian rupa sebagai penerus perusahaan Al Hasyim.

Aliyah melihat ke arah jam tyang terpasang di tangan kirinya, dengan teresa menghabiskan sarapannya, lalu berpamitan ke kedua mertuanya, memburu bus jam 7 pagi. Ibu meruanya baru akan membuka suara, meminta agar dirya pergi dengan salah satu mobil yang tidak terpakai digarasi dibandingkan denga naik namun belum sempat terucp niat itu, encernya muncul. otaknya berfungsi normal, mana mungkin dirinya meminta anak menantunya untuk menggunakan salah satu mobil di garasi, yang bisa saja mobil itu lebih mahal dari aset toko bunga tempat anak menantunya bekerja.

***

Aliyah melangkahkan kakinya di ruangan yang bercat putih, aroma khas obat membaui indra penciumanya. setelah sekian minggu dirinya menarik diri untuk menghindari rasa sakit yang bertubih dengan tidak menemui ibunya, hari ini dia memberanikan diri datang ke tempat ini menemui ibunya. dia tahu, jiak dia tidak mengalahkan rasa takutnya dan tidak bertekat untuk datang, maka entah kapan dia akan benar-benar memiliki keberanian.

Berbagai alat antu hidup terpasang dengan sempurnah ke badan ibunya, dia tidak tahu jika slaah satu alat penunjang itu dicabut apakah wanita yang melahirkannya ke dunia itu masih bisa bertahan. Dokter hanya mengatakan mereka sudah memberhentikan sedikit demi sedikit alat bantu hidup itu, sesuai kondisi ibunya. harapan kemajuan itu ada walau tipis, jika kondisi ibunya dapat benar-benar stabil maka alat bantu hidup itu dapat segera di lepas perlahan.

5 persenya dari perusahaan n profit yang h dari akusisi perusahaan cukup bermanfaat, jika tidak seperti itu maka dia tidak tahu, kemana hrus sepercari uang yang jumahnya tidak sedikit. kuliitu pucat, sangat memujat. jika tidak ada alat yang mendeteksi denyut jantung, tubuh itu terlihat seperi mayat.

Tanganya sedikit begetar menyentuh wajah pucat, menyentuhhing hingga getarn itu terasa sangat hebat, tubuh itu mengurus, jauh dari terakhir kali saat sebelum ibunya benar-benar tumbang. Saat orang-orang di luar sana berfiikir kematian kedua orang yang dicintainya karena dirinya, ketidak berdayaan Ibunya karena ulahnya, bahkan saat sejuta rasa sakit dirasakanya beribu orang tetap menyalahkanya.

Rahasia Hati WanitaWhere stories live. Discover now