Chapther 6

4.1K 217 19
                                    

Semoga menyukainya, selamat membaca dan mohon kritik dan sarannya. 

Aliyah duduk tegang di depan meja seseorang Dokter, dokter itu memanggilnya beberapa saat lalu ketika dirinya sibuk menjamu pelayat Ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aliyah duduk tegang di depan meja seseorang Dokter, dokter itu memanggilnya beberapa saat lalu ketika dirinya sibuk menjamu pelayat Ayahnya. Sampai saat ini dia menunggu dokter tersebut keluar dengan pemeriksaan ibunya. Dia sangat berharap tidak terjadi apa-apa dengan ibunya. Kedua tanganya saling berpaut. Dokter menarik kursi yang tadi ditinggalkanya. Dia memberikan hasil pemeriksaan kepada Aliyah. Aliyah membukanya dan menatap Tanya kepada dokter tersebut karena dirinya tidak mengerti hasil tes labnya.

Dokter tersebut melihatnya dengan pandnagan yang tidak terbaca, dokter dengan hijab panjangnya hingga hampir menutupi pakaian dinasnya, sebuah juba kebanggan seorang dokter, jas putihnya tidak terlihat. dokter itu menatapnya tanpa ekspresi, tapi sungguh walaupun tanpa ekspresi dokter itu tetap terlihat snagat menawan dengan ukiran wajah seorang wanita, mungkin dia seperti jelmaan kleoprata versi asia.

Aliyah tahu pasti ada sesuatu yang buruk menimpah Ibunya, dilihat dari bagaimana dokter menawan itu menatapnya dengan tatapan teduh. Bolehkah untuk kali ini dia merasa tuhan begitu keterlaluan padanya ? kenapa musibah datang padanya secara membabi buta. Kehilangan dua orang yang dicintai dan juga ibunya yang sekarang berbaring dibalik ranjang rumah sakit. Tangan Aliyah bergetar, dokter tersebut menyodorkan segelas air untuk Aliyah. dia tahu gadis yang sedang berada di depanya ini benar-benar terpukul. Aliyah mencoba menggapai gelas itu tapi karena terlalu lemas gelas itu jatuh dari tanganya. Dokter tersebut hanya diam. Tidak lama tangis Aliyah pecah, dia membendamkan wajahnya pada kedua tanganya. Tuhan kenapa nasibnya begitu malang. Dokter tersebut keluar dari ruanganya sendiri member privasi pada Aliyah untuk mengekspresikan kesedihan dirinya.

Tangisan itu semakin mengeras, benar-benar terlampiaskan apa yang ada di dalam dirinya. Dia memegangi dadanya mengecek seberapa hancurnya hati ini karena telah terluka berkali-kali dalam waktu singkat. Aliyah terduduk di bawah dinginnya lantai rumah sakit, waahnya tertumpuk di pahanya, tenggelam tidak terlihat. yang terdengar hanya suara tangis memilukan yang menggema mengisi seluruh ruangan dokter tersebut. Seseorang masuk ke dalam ruangan tersebut mematung dan terus memperhatikan tangis memilukan Aliyah. dia merasakannya merasakan apa yang dirasakan gadis itu, Leonard orang kepercayaan keluarganya, sahabat karib ayahnya yan sudah dianggap sebagai ayahnya.

"Nona, Jasad Nona Afiffah sudah tiba."

Nafasnya sesak sekali, dia belum menenangkan diri tapi kenapa ada lagi hal pahit yang sudah menunggunya. Tidak bisakah ada jeda untuk setidaknya hari ini dia berhenti menangis. Aliyah berbalik menghadap ke lelaki paru baya itu.

"Pergilah duluan ke rumah duka, aku akan menyusul." Jawab Aliyah sembari menghapus sisa-sisa air matanya, tapi percuma air matanya kembali terjatuh.

Sudah lebih dari 30 menit dia berada di ruangan itu untuk menangis, tangisanya belum berhenti tapi tidak sederas tadi. dia memutuskan untuk segera pergi ke rumah duka melihat jasad saudara kembarnya Afiffah. Di tempat itu sudah ramai kembali dengan kedatangan pelayat untuk Afiffah. Kali ini wartawan diizinkan masuk oleh pihak rumah sakit kedalam rumah duku tapi dengan syarat tidak membuat kegaduhan.

Rahasia Hati WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang