chapter 30 : under the moonlight confession

130 21 15
                                    

-Corbyn POV-

"Hey, how was there?" Daniel menaruh ponsel ke telinganya.

Tidak biasanya ia tidak beranjak untuk menjawab panggilan teleponnya, mungkin bukan panggilan penting. Aku ikut mengecek ponselku, berusaha mengalihkan perhatian agar aku tidak mendengarkan percakapannya.

"Penerbangannya delay?" aku tetap mendengar Daniel berbicara. "Kau serius?"

Perasaan aneh berdesir dalam darahku ketika Daniel menyebut-nyebut tentang penerbangan. Aku sedikit berharap kalau ia sedang berbicara dengan Carissa di seberang sana, tetapi sedetik kemudian, aku langsung berusaha menepis harapan itu sejauh mungkin, karena aku yakin Carissa tidak akan kembali ke Princeton untuk acaranya. Tidak setelah aku mengacaukan perasaannya.

"Tidak, hanya saja—eh, sekitar pukul 7 aku ada janji dengan..." ia berhenti di tengah-tengah kalimatnya. "Tapi tidak masalah, kurasa aku bisa menyesuaikan jadwalku kembali. Aku akan meneleponmu 15 menit lagi."

Ini Carissa, hati kecilku berkata. Tetapi pikiranku selalu berusaha mengatakan sebaliknya. Carissa tidak akan mungkin datang ke Princeton hanya untuk acaranya setelah semua yang telah terjadi. Aku tidak seharusnya berharap.

Alih-alih bermain ponsel, aku hanya memegangnya sambil mendengarkan percakapan sepihak Daniel di telepon. Aku mempertimbangkan untuk bertanya siapa yang menghubunginya, tapi kurasa itu tidaklah sopan. Apalagi mengetahui aku menguping pembicaraannya.

"Oke, da-ah," aku mendengar Daniel mengakhiri pembicaraan, kemudian beralih ke arahku yang sedari tadi berpura-pura memainkan ponsel.

"Carissa," ia memberitahuku seolah mengetahui apa yang kulakukan sejak tadi.

Aku tidak berkata apa-apa.

"Ia dalam perjalanan kemari."

Sudah kuduga.

Ada banyak pertanyaan lain yang muncul di pikiranku yang menyusul pernyataan Daniel. Tetapi aku tidak membiarkan diriku mengatakan itu, yang bisa kukatakan hanyalah pertanyaan tentang kapan Carissa akan tiba di sini.

"Perkiraanku, sekitar 7.30 atau lebih, mungkin."

Aku mengangguk atas jawabannya.

"Carissa meminta aku menjemputnya di bandara," Daniel menambahkan. "Tapi..."

"Kenapa?"

"Aku sudah janji untuk datang ke tempat temanku pada pukul 7 dan sepertinya aku harus membatalkan janjiku sekarang, aku tidak bisa membiarkan Carissa—"

"Aku akan pergi ke bandara," potongku. Entah kenapa aku berani mengatakan hal ini, padahal benakku sedang sibuk memikirkan betapa Daniel rela membatalkan semua janjinya hanya demi Carissa.

Daniel mengerutkan keningnya. "Kau tidak bercanda, 'kan?"

Aku mengangguk. "Kalau kau membiarkanku," aku menambahkan cepat-cepat.

"Tentu saja, dengan senang hati aku akan membiarkanmu pergi. Jangan terlambat, oke?" setelah mengatakan itu ia berdiri. "Aku harus kembali ke rumah. Thanks, by the way."

"Oke," balasku, masih tidak percaya Daniel membiarkanku pergi menjemput Carissa.

Daniel sudah meraih pintu depan saat aku memanggilnya, membuat  langkahnya terhenti.

"Kau lupa memberitahuku detail penerbangannya," kataku, sebenarnya bukan ini yang ingin kukatakan.

Daniel mengangguk. "Aku akan mengirimkannya padamu. Kau benar-benar tidak sabaran."

Falling in Your Lies • why don't we [✔]Where stories live. Discover now