chapter 15 : circle

136 20 0
                                    

-Carissa POV-

"Daniel," panggilku untuk kesekian kalinya hari ini.

"Stop it, Carissa," balasnya. "You look amazing, okay? Now, stop saying things like that."

"You know what, Daniel?" tanyaku. "I just wanna ask you something. Do you see my watch—the grey one?"

Ia terkekeh. "Oh, sorry," katanya. "Maksudmu yang ini?" ia menyodorkan jam tangan yang kucari, entah darimana ia mendapatkannya.

Aku mengangguk dan mengambilnya dari tangan Daniel. "Ya," jawabku lantas mengenakannya

"Tapi, Carissa, ini biru muda, bukan abu-abu," ia menambahkan.

"Tapi ini memang ini abu-abu," balasku.

Daniel menghela napas lalu duduk di sudut tempat tidurku. "Baiklah, terserah kau saja."

Aku memanggilnya lagi. "Boleh aku tanya satu hal lagi?" aku menunggu hingga ia menyetujui. "Warna yang kupakai tidak..."

"Astaga, Carissa," ia menyela. "You look beautiful in that dress. Trust me, okay? Dan jam tangan biru—abu-abu—terserah apa katamu—cocok dengan dressmu yang berwarna pink."

"A—"

"Dressmu berwarna pink, oke? Pink muda. Jangan mendebatku."

"Baik—"

"Kalau kau, kau adalah warna dalam kehidupanku."

Aku mematung, tidak yakin dengan apa yang baru saja ia katakan. "Apa?" kataku berlagak tidak mendengar.

"Tidak ada," balasnya. "Ayo turun!"

"Aku akan menyusul setelah membereskan bajuku," aku memberitahunya.

Daniel mengangguk dan segera menuju ke arah pintu. "Jangan lama," pesannya.

Aku mengangguk setuju.

Diam-diam aku bersyukur Daniel tidak mengulangi ucapannya ketika aku berpura-pura tidak mendengarnya. Jika ia mengulang kembali perkataannya, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Kejadian tempo hari ketika aku meninggalkannya di studio dan pulang bersama Corbyn membuatku merasa bersalah. Ia sangat mengkhawatirkanku.

Tetapi peristiwa lain yang terjadi setelahnya membuatku lebih merasa bersalah... dan bingung. Aku menyesal telah mengatakan kalimat itu pada Corbyn malam itu. Andai hari itu aku tidak marah-marah pada Daphne—yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan fatal—semua ini tidak akan terjadi.

Setelah adegan dramatisku dengan Corbyn waktu itu, aku membuka ponselku dan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Daniel. Ia pulang tak lama setelah aku menghubunginya, memberitahunya kalau aku sudah tiba di rumah.

Setibanya di rumah, ia membawakanku sekantong penuh cokelat, permen, jelly, dan makanan manis lainnya. Ia terus mengira kalau aku meninggalkan studio karena dirinya dan hal itu membuatku beralibi kalau aku memang tidak enak badan sehingga aku memarahi Daphne dan akhirnya memutuskan pulang karena ingin beristirahat.

Aku mengatakan pada Daniel kalau aku tidak sengaja bertemu Corbyn dan aku memintanya mengantarkanku pulang. Setelah memercayai ceritaku yang penuh dengan kebohongan, Daniel menemaniku sepanjang malam. Tetapi semalaman itu justru membuatku tak henti-hentinya merasa bersalah.

Aku masih tidak percaya kalau malam itu benar-benar mengubah semuanya, terlebih pandangan mengenai pertemananku dengan Corbyn dan perasaanku terhadap Daniel.

Aku melanjutkan langkahku menuruni anak tangga, mataku tidak henti-hentinya mencari sosok Daniel. Beruntung, tak lama kemudian, aku menemukan dirinya sedang berkumpul bersama teman-temannya mengelilingi sebuah meja. Semua orang yang sedang bersamanya tak satupun kukenal, tetapi aku memberanikan diri menghampirinya. Aku tidak punya pilihan lain.

Falling in Your Lies • why don't we [✔]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن