chapter 18 : beautiful star

128 17 1
                                    

-Corbyn POV-

Perasaanku mulai tidak enak. Carissa bilang ia ingin mengajakku ke suatu tempat, tetapi kami tidak kunjung sampai dan sekarang aku mulai khawatir. Sebagian diriku mengatakan kami tidak mungkin tersesat, namun bagian lain dalam diriku tetap tidak bisa menghindari perasaan khawatir.

"Sebenarnya kemana kau akan membawaku pergi, Carissa?"

Ia menghentikan laju sepeda, menurunkan kaki untuk menyeimbangkan diri, dan berbalik untuk melihatku yang berada beberapa meter di belakangnya. "You see a fair over there, don't you?"

Aku melihat arah yang ditunjuk Carissa kemudian kembali menatapnya untuk memastikan.

Carissa mengangguk. "I bet that's only less than 2 minutes 'til we arrive."

"I don't think so," balasku. "I bet you that's only 90 seconds."

"Race?" tanya Carissa semangat.

"Okay, go!" seruku lantas mengayuh sepedaku, meninggalkan Carissa di belakangku yang mengayuh sepedanya sambil meneriakkan namaku.

Karena tiba lebih dulu, aku harus menunggu Carissa tiba. Untungnya, ia hanya berjarak beberapa detik dari kedatanganku.

"Cheater!" serunya ketika tiba.

"Loser!" aku membalas ejekannya, tetapi ia tidak membalasku lagi. Ia sibuk mengatur napasnya. Hal yang sama terjadi padaku. "Rasanya aku pernah lewat ke sini," aku mengatakan isi pikiranku seraya terengah-engah, berusaha mengingat kapan aku lewat ke sini.

"Kau benar," Carissa menyetujui. "Kita pernah lewat sini dua hari yang lalu saat kita pergi ke supermarket untuk membeli—"

"Tapi, seingatku jaraknya tidak sejauh ini," aku kembali mengingat-ingat.

Carissa terkekeh. "Memang tidak," ujarnya. "Aku memilih jalan memutar."

"Yang benar saja," keluhku. "Kenapa?"

"Tidak ada alasan spesifik, sepertinya hanya untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu," volume suaranya mengecil dan nada bicaranya lebih cepat. "Lebih baik kita simpan sepedanya dan masuk ke dalam."

"Kau bilang apa?"

"Mengajakmu masuk ke dalam?" ia memastikan sementara aku menjawabnya dengan gelengn kepala. "Simpan sepedanya?"

"Bukan, sebelumnya."

"Oh, itu," aku yakin ia hanya berpura-pura, ia tidak menatapku. "Aku hanya bilang aku ingin beli cotton candynya."

Aku tidak mendorong dengan memberinya pertanyaan lagi. Kuyakin yang kudengar tadi memang benar adanya, aku hanya ingin mengetahui alasannya. Tetapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Berjam-jam bersama Carissa rasanya belum cukup. Aku ingin menghabiskan seharian ini bersamanya. Aku tidak bisa mengacaukan peluang besar untuk keinginanku.

Kami masuk ke dalam dan segera menuju penjual cotton candy setelah memarkirkan sepeda kami.

Sepertinya, pemikiran untuk menikmati cotton candy sambil duduk dan mengobrol tidak pernah terlintas dipikirannya, karena Carissa tidak keberatan mengajakku berkeliling sambil mengoceh tentang Top Ten Movies by Carissa Rylance.

"Kau tidak keberatan kalau aku menanyakan sesuatu padamu?"

"Kurasa aku tidak punya pilihan lain selain ya," jawabku terkekeh.

Ia tersenyum. "Orang-orang di rumahmu tidak keberatan karena kau ada di sini, 'kan?"

"Sepertinya tidak," balasku. "Aku tidak punya acara atau hal penting untuk dikerjakan, lagipula liburanku hampir saja kusebut membosankan. Mungkin mereka menganggapku pergi berlibur sekarang."

Falling in Your Lies • why don't we [✔]Where stories live. Discover now