VIII

9.5K 1.1K 115
                                    

Welcome, welcome!

Double update ya~

.

.

.

= DAN KAU BERDIRI DI ANTARA WANA, NAPAS TERBAUR BERAGAM RONA =

•••

Berlatih dengan Yukhei terasa gampang-gampang susah.

Gampang, sebab Mark dan YukheiㅡMinhyung dan Xuxiㅡtelah berlatih bersama sejak mereka enam tahun, dan Mark mengetahui segala gerakan, segala kebiasaan, kekhasan dari teknik Yukheiㅡbagaimana pemuda itu memosisikan kaki, bagaimana ia menggerakkan tubuh, pola serangan favoritnya dan jumlah waktu yang dibutuhkan baginya untuk mengubah gerak pertahanan menjadi gerak menyerang, Mark memandang Yukhei dan menatap sang sahabat pada titik kuat dan juga titik fatalnya, di mana harus menyerang dan kapan harus bertahan.

Susah sebab, yah, Yukhei juga mengenal Mark dengan cara yang sama. Namun itu juga mengapa semuanya terasa menyenangkan. Mark dan Yukhei tidak bertarung untuk membuktikan siapa yang paling kuat, namun untuk pamer, untuk memuji satu sama lain tanpa kemenangan. Mereka mengenal satu sama lain dengan sangat baik sehingga pertarungan di antara mereka menjadi sebuah tarian, dansa waltz dengan lagu berupa napas terengah, benturan benda tumpul, serta siulan angin di antara pepohonan hutan. Sebuah dansa yang mana maksud dari setiap gerakannyaㅡsetiap terjangan, setiap celah dan setiap tangkisanㅡbukanlah untuk menorehkan darah, melainkan untuk menorehkan kisah.

Kisah hari ini, Mark berpikir sambil menghindar dari serangan Yukhei yang tanpa henti, kaki mendecit di atas daun-daun lembap dan tanah berlumpur, tidak akan berakhir dengan baik, namun bagaimanapun tetap pantas diceritakan. Yukhei mengambil langkah mundur untuk mengalihkan Mark dan mengganggu pertahanannya sebelum kembali mengambil ancang-ancang, pedangnya yang bagai pentungan mengarah ke dada Mark. Sebagai balasan, benda itu lantas mendarat di atas bilah pedang Mark, dan meluncur dari tepi menuju gagang, ketika pemuda itu akhirnya bicara.

"Sepertinya aku menyukai Donghyuck."

Tubuh Yukhei berkhianat bahkan sebelum ia mampu membentuk eskpresi, dan Mark memanfaatkan rasa bingung sepersekian detik itu untuk menendang kaki ke permukaan tanah sebelum melempar tubuhnya ke arah Yukhei, melucuti pedang dari tangannya dan melawannya hingga sang sahabat jatuh telentang di atas tanah.

"Sial!" Yukhei berteriak, meninju tanah.

Mark mengeluarkan tawa lelah dan menjatuhkan pedangnya.

"Tiga kemenangan untukku dan satu untukmu, kurasa," ucapnya, membuat Yukhei mendelik ke arahnya.

"Kau penipu sialan!"

"Hati-hati, Wong, atau aku akan mengambil poin terakhirmu karena kata-kata kasar itu."

"Anak setan," lanjut Yukhei, sebelum menggunakan bahasa ibunya untuk lanjut menyumpahi Mark dan seluruh kerajaan, bahasa yang baru-baru ini Mark pelajari untuk menghargai kelincahan dan kreativitas Yukhei dalam menciptakan sumpah-serapah. Ia berjongkok di samping sahabatnya dan mengusap keringat dari wajahnya. Di atas kepala mereka, lingkaran tipis cincin bercahaya di balik awan, masih terlalu pucat dan dingin untuk mampu memecah kabut pagi yang tebal.

"Memangnya kenapa kalau menyukai Donghyuck? Kupikir dia, sebagaimana yang kukutip, sebuah duri di sisi terbaik dunia, sosok yang keras, bocah nakal paling menyebalkan, dan bajingan tengik dari negeri seberang."

Mark tidak menjawab. Ia memegang salah satu tangan Yukhei untuk menariknya berdiri, meringis tatkala pemuda itu mengusap telapak tangannya yang kotor di baju latihan Mark.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang