chapter 29 : carissa's final decision

Mulai dari awal
                                    

"Eh, Carissa?" mum kembali berbalik setelah membuka pintu kulkas, sepertinya teringat sesuatu. "Soal kembali ke New Jersey... aku mengizinkanmu. Tapi, mun tidak bisa membiarkanmu pergi sampai kau juga mendapat izin ayahmu."

"Baiklah", aku mengangguk dan tepat saat aku hendak melanjutkan langkahku menuju kamar tidur, langkahku terhenti karena pertanyaan tentang bagaimana aku akan mengatakan semuanya pada ayahku ikut terbesit di kepalaku. "Mum?" panggilku. "Bisakah mum mengatakan semua hal yang terjadi barusan pada dad?"

"Mengatakan apa, huh?" suara ayahku terdengar menyusul suara pintu terbuka.

Aku langsung menggigit bibir bawahku sambil menatap ibuku, memintanya menjawab pertanyaan dad untukku.

Ibuku tersenyum, kuharap ia mengerti.

"Carissa meminta izinmu untuk kembali ke New Jersey, ia harus menyelesaikan sesuatu bersama Daniel di sana."

"Ya, tentu saja," ujar ayahku. "Kenapa tidak?"

Semudah inikah?

Aku menatap ibuku lagi. "Katakan soal film pendeknya juga, Mum," ujarku tanpa suara.

Ibuku mengagguk. "Sebentar," balasnya, sama-sama tanpa suara.

Jantungku mulai berdebar.

"Kupikir kau sudah menunggu-nunggu ayahmu memberikan izin," kekeh ibuku. "Tapi kenapa aku tidak melihat raut bahagia di wajahmu?"

Pergilah-ke-kamarmu, aku membaca raut wajah ibuku.

"Ah, yeah," kataku semangat. "I just too surprised. I have to tell Daniel now. Bye, Dad, thank you!"

Dengan sebuah mug berisi teh yang sudah tidak lagi panas, aku buru-buru menuju kamar tidurku. Bukan untuk memberitahu Daniel, melainkan karena aku tidak memiliki keberanian untuk melihat reaksi ayahku ketika ibuku memberitahu semua yang kulakukan di Princeton.

Sesampainya di kamar tidur, aku hanya duduk di pinggir jendela sambil menyesap tehku. Memikirkan apa yang akan dikatakan ayahku ketika ia tahu kalau aku telah melawan keinginannya. Seharusnya aku menyadari ini dari awal, kalau tujuan orang tuaku melarangku bermain film pasti untuk kebaikanku. Aku tidak seharusnya melakukan ini.

Aku menatap ke luar jendela, mempertimbangkan kembali keputusanku untuk kembali ke Princeton. Mungkin setelah ayahku mengetahui apa yang sudah kulakukan dan apa yang akan kulakukan jika kembali ke New Jersey, ia akan mengubah keputusannya. Aku tahu ada bagian kecil dalam hatiku yang mengharapkan hal itu terjadi.

Ibuku benar, seharusnya aku senang ketika ayahku memberikanku izin, karena selama ini aku hanya terlalu takut untuk membicarakan soal izin pergi ke Princeton dengan kedua orang tuaku. Tetapi entah mengapa, berat hati rasanya untuk pergi ke sana, seperti ada sesuatu yang menahanku. Kuharap semuanya hilang setelah aku mengetahui ayahku baik-baik saja dengan semua yang kulakukan.

Ponselku bergetar dan layarnya menyala, membuatku menaruh teh di meja dan berjalan ke tempat tidur untuk mengambil ponselku.

From: Momma
Mission success, your dad is fine with that. Give your mom a gift asap.

Aku menunggu perasaan senang muncul dalam diriku. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, aku merasa kecewa.

To: Momma
thank ya, i love you soooooo much!

Setelah membalas pesan teks dari ibuku, aku tidak sengaja membuat menu text message bergulir ke bawah saat hendak kembali ke layar utama. Sebuah pesan di urutan paling bawah dengan sebuah emoticon love menarik perhatianku.

Falling in Your Lies • why don't we [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang