👫 fifty - last

36K 1.3K 285
                                    

Tapi boong. Maaf yaa😭😚

Luna mengerjapkan matanya yang terasa menebal dan berat. Begitu berhasil membuka matanya, langit-langit kamarnya menyapanya. Luna mencoba mengingat apa yang terjadi padanya. Ia menyentuh kepalanya saat merasakan pusing yang tidak tertahankan.

"Luna," panggil seseorang.

Luna menolehkan kepalanya ke kanan dan melihat wajah-wajah khawatir Natalia, Sean, Xaverick dan Fiona.

"Kamu udah gapapa, Sayang?" tanya Natalia, yang tadi memanggilnya. Luna mengangguk perlahan. Kemudian ia mengingat apa yang sedang terjadi.

"Minum dulu." Natalia menyodorkan segelas air putih dan membantu Luna duduk.

"Kok Luna ada di sini, Ma?" tanya Luna pelan.

"Kamu tadi pingsan—"

Cklek.

Seorang laki-laki masuk ke dalam kamarnya. Tangan kanannya terbalut perban yang terlihat tebal.

Luna mengerjapkan matanya saat menyadari siapa laki-laki tersebut.

"Alex?"

Laki-laki menoleh setelah selesai menutup pintu. "Udah bangun?"

Luna menitikkan air matanya saat menyadari laki-laki tersebut benar Alex. Tanpa memperdulikan kepalanya yang masih terasa pusing dan tubuhnya yang masih lemas, Luna turun dari kasur dan langsung melompat memeluk Alex.

Alex hampir terjatuh namun dengan cepat menyeimbangkannya. Ia menahan kaki Luna agar tidak terjatuh.

"Hey, kenapa?" Alex mengelus punggung Luna.

"Beneran Alex?" tanya Luna sesegukkan.

"Iya. Kenapa sih?" Luna malah meledakkan tangisannya.

Xaverick, Fiona, Sean dan Natalia memilih untuk keluar dari kamar. Memberi waktu kepada kedua manusia tersebut.

Mendengar pintu sudah tertutup, Alex mendudukkan dirinya di atas sofa dengan Luna dipangkuannya.

"Luna," Alex memanggilnya dengan suara tertahan. "Aku gabisa napas ini loh." Luna pun melonggarkan pelukkannya di leher Alex.

Alex masih menunggu Luna yang bertindak aneh setelah pingsan. Ia masih mengelus-elus punggung Luna hingga tenang.

Merasa sudah puas, Luna menarik kepalanya. "Bu-bukannya tadi A-Alex ke-tem-tembak?" tanyanya.

"Luna, please, Papa ga mungkin biarin peluru itu terlepas terus menuju kamu."

Saat Sean akan menandatangani dokumen tersebut. Ia kembali melemparnya dan segera merebut pistol tersebut. Tapi terlambat, Bian sudah menembakkan peluru tersebut sambil tersenyum sinis.

Dor!

Seorang laki-laki langsung berlari ke arah Luna. Kejadian terjadi dengan gerakkan slow motion. Peluru yang terlepas lurus ke arah Luna dan seorang laki-laki yang berlari ke arahnya.

Alex sudah berdiri di hadapan Luna, berjaga-jaga kalau peluru tersebut tepat menuju ke arah gadisnya.

"Argh!" Alex mengerang saat peluru tersebut menggores sisi lengan kanannya. Cairan berwarna merah menetes dari sana.

Belum selesai dengan rasa sakitnya, tiba-tiba gadis dihadapannya jatuh pingsan yang dengan sigap Alex tangkap. Ia bahkan tidak peduli dengan lukanya yang terus mengeluarkan darah.

"Lun?" Alex menepuk-nepuk pipi Luna.

"Angkat tangan semuanya!"

Alex mengernyitkan dahinya. "Iya. Tapi ga ketembak sih, keserempet doang. Pelurunya meleset kok," Alex menunjuk lengannya yang terbalut perban. "Eh terus kamu tiba-tiba ambruk, pingsan."

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang