👫 thirty six - about everything

27.6K 1.7K 94
                                    

Ga nyangka bisa nyampe 100k readers😭

"Dan akhirnya kita membentuk rencana. Meninggalkan kamu di depan toko permen. Itu adalah rencana kami, Luna."

Luna terdiam ditempatnya. Air matanya sudah berjatuhan membasahi pipinya.

"Luna, maafin mama, sayang. Mama ga bener-bener ninggalin kamu di depan toko permen waktu itu. Mama cuma ingin kamu aman, sayang." Natalia berusaha menjelaskan.

Ruangan luas itu kini tampak tegang. Setelah Sean, Xaverick dan Natalia selesai mengungkapkan rahasia mereka, Luna hanya diam. Tentu ia yang paling terkejut disini.

Luna mengangkat tangannya dan menghapus air matanya. "Gapapa." bibirnya perlahan membentuk senyuman kecil.

Kalau boleh jujur, Luna tentu saja sedih, marah, kesal dengan rahasia-rahasia yang disembunyikan oleh para orang tua. Tapi, setelah ia pikir ulang, semua itu untuknya, agar ia selalu aman tanpa gangguan.

Natalia berhambur memeluk Luna. Begitu juga dengan Sia yang sudah menumpahkan air matanya daritadi.

"Mama sayang Luna."

Luna membalas pelukkan mereka. "Luna juga sayang Mama."

"Luna, maafin aku." kata Sia sesegukkan.

Luna tersenyum dan mengangguk. "Iya, Kak."

Setelah pelukan Natalia dan Sia terlepas, Luna memeluk Sean. Ia memeluk tubuh yang juga sangat ia rindukan.

"Makasih, Papa." kata Luna.

Sean mengelus lembut rambut Luna. Ia menatap Natalia dan Sia. Kemudian mereka berempat berpelukkan. Saling menyalurkan kerinduan dan kasih sayang.

Tiba-tiba Luna teringat sesuatu. Ia melepas pelukkannya dan menatap Xaverick. "Pa, tadi pas Papa cerita, aku denger, kalau Papa bukan orang asing buat aku? Maksudnya? Kita udah pernah ketemu sebelumnya?"

Xaverick tersenyum. "Ya. Dulu, kita udah pernah ketemu. Saat Papa ingin menjodohkan Alex dengan—"

"Apa? Kak Alex udah dijodohin?" Luna menatap Alex yang mengangguk.

Kakinya mundur perlahan sambil menggeleng pelan. Air matanya kembali menetes. Kini Luna merasakan sesak saat mendengar berita tersebut. Dan setelah itu ia berlari ke kamarnya.

"Luna! Tunggu, Luna!" Xaverick berdiri dan ingin mengejar Luna. Begitupun dengan semua orang yang ada di ruangan tersebut kecuali Keenan dan Ryan. Mereka berdua hanya diam dan menonton.

"Alex aja." setelah berkata, Alex berlari menyusul Luna.

Alex membuka pintu kamar Luna perlahan, dan ternyata pintunya tidak terkunci. Ia masuk dan kembali menutup pintunya.

"Luna?" Alex menghampiri Luna yang tiduran di atas kasur. Bahunya bergetar, tanda ia sedang menangis.

"Hey." Alex duduk di pinggir kasur dan merapihkan rambut-rambut Luna. "Kamu belum denger sampe selesai Luna."

"A-apa? Jelas-jelas ta-tadi Papa bilang kalo Ka-kakak mau di jo-jodohin."

Alex sebenarnya agak bingung dengan reaksi Luna. Apa ini tandanya Luna juga menyukainya?

Alex mengangkat tubuh Luna dan ia memangkunya. Ia menghapus jejak basah di pipi Luna.

"Then, why are you crying?"

Luna menatap kesal Alex. "After you confessed love to me, you acted like this? You are mean!" Luna kesal, tapi ia juga memeluk leher Alex dan menangis di sana.

"So what? If you have the same feelings as me, you can cry. But you haven't answered yet." ucap Alex santai.

"What? Don't you understand? Okay, fine, i have the same feeling as you." Luna memeluk erat Alex. Ia sedikit jengkel dengan kakaknya. Tapi jantungnya juga berdetak cepat di dalam sana.

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang