Bab 26: Wedding Invitation

4.6K 470 29
                                    

Rindu bukan belenggu. Ia hanyalah jeda, saat tatap dan sapa tak lagi bersua, namun tetap bisa tersampaikan lewat doa.

(The Last Recipe)

Shalu memandang sampel undangan hard cover yang ada di hadapannya. Warna dasar baby pink dengan motif rose flower berwarna sedikit lebih tua berhasil membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Pita dengan warna senada melingkar, seolah menjadi simbol sebuah gerbang kehidupan baru yang siap dibuka. Jemari lentik Shalu menelusuri ejaan nama berwarna keemasan yang semakin menimbulkan kesan elegan dengan huruf tegak bersambung.

The Wedding of Evans & Shalu

Gadis itu menganjur napas panjang dan memejamkan matanya sejenak. Bentar lagi gue nikah, dia meyakinkan dirinya sendiri---untuk kesekian kali.

"Gimana, Dek, suka sama yang ini?" Suara Mama mengusik suasana damainya.

Sampel tersebut baru tiba tadi pagi dengan paket kilat yang dikirim dari tempat Shalu memesan undangan. Dia memang memesan beberapa sampel lebih dulu sebelum memutuskan mau memilih yang mana. Kali ini Evans benar, asal ada uang semuanya bisa jalan.

"Iya, Ma. Aku suka yang baby pink ini." Shalu menjawab singkat.

Mama tersenyum puas sambil membelai lembut rambut putrinya semata wayang. "Ya sudah, berarti fix yang ini, ya. Jangan lupa besok kita diajak Tante Mira ke Wedding Expo di Jakarta, sekalian ke desainer. Apalagi Dek, yang perlu diurus sama wedding planner?"

"Sementara ini belum ada lagi, Ma. Kita udah bicarain semua schedule-nya, konsepnya, tamu-tamu VIP-nya, tinggal serahin aja ke mereka lah." Shalu menjawab enteng sambil mengedikkan bahu.

"Oke, berarti persiapan wedding kamu udah lima puluh persen. Tinggal milih menu catering aja, sih. Mama sama Tante Mira masih beda pendapat soal ini. Meski Tante Mira itu chef, bukan berarti pendapat dia semua kan, yang harus disetujui soal makanan? Mama pengin ada masakan lokal di resepsi nanti, tapi Tante Mira nggak setuju. Dia bilang masakan lokal bikin tamu ribet makannya. Berlemak-lemak semua pula." Mama bersungut-sungut sambil membenahi bajunya yang terasa sesak. Setiap kali ada yang menyebut kata 'lemak', Mama akan refleks bereaksi demikian meski yang barusan bilang adalah dirinya sendiri. Shalu terkikik geli.

"Terserah Mama lah," ujar sang dokter hewan sembari beranjak ke kamar. Ini hari Sabtu, mumpung Mama tidak mengajaknya keluar, dia ingin menghabiskan waktu me-time semaksimal mungkin. Nonton film seharian dan ... memasak.

*

Hari-hari lajang Shalu tinggal dua bulan lagi. Setiap hari---atau paling tidak tiap weekend---dia dan Mama selalu disibukkan dengan persiapan pernikahan. Mama mengajaknya mengunjungi kerabat mereka satu per satu untuk mengundang semuanya di tiap sesi acara. Dalam kunjungan itu pula Mama tidak henti membanggakan Evans, sang calon menantu yang rupawan dan mapan. Tentu saja semua turut berbahagia, juga mengatakan betapa beruntungnya Shalu karena telah mendapatkan calon suami idaman setiap perempuan. Terpujilah Evans!

Rentetan acara pernikahan Shalu akan dimulai satu minggu sebelum hari H. Meski secara keseluruhan acara itu terbilang modern, tapi Mama Shalu yang asli Jawa tidak ingin meninggalkan adatnya. Satu minggu sebelum ijab Shalu akan menjalani prosesi lamaran, pingitan, pengajian, juga siraman di rumahnya. Ijab qabul sendiri akan dilaksanakan langsung di rumah Shalu, juga atas usulan Mama. Dia ingin pernikahan putri tunggalnya ini benar-benar meninggalkan kesan yang dramatis dan ramai di rumah sendiri.

Barulah, esok hari setelah ijab, resepsi akan dilangsungkan di ballroom Merlion Hotel and Restaurant. Ballroom tersebut cukup untuk menampung jumlah undangan yang keseluruhannya mencapai dua ribu tamu. Tante Mira dan Mama memang sepakat untuk menggabungkan tamu undangan mereka dalam resepsi, begitu juga dengan tamu Shalu dan Evans. Semuanya akan bertemu di ballroom.

Tiga hari setelah acara resepsi, Mama juga ingin mengadakan acara ngunduh mantu, memasrahkan mempelai perempuan kepada keluarga mempelai laki-laki. Tante Mira rupanya senang sekali Mama punya inisiatif seperti itu. Jadi rumah saya juga bakal ramai nantinya, Jeng, dalihnya.

Shalu kadang tersentuh saat melihat mamanya yang begitu antusias mengatur semua persiapan acara. Bahkan, Mama sering tidur larut malam gara-gara memikirkan printilan apalagi yang mungkin terlupa. Sementara, calon mempelai putri yang hanya disuruh santai dan duduk manis justru masih merasakan kebimbangan di hati. Rekan-rekan kerjanya yang menyadari hal tersebut sampai-sampai bertanya kenapa Shalu kelihatan biasa saja padahal sebentar lagi akan menikah. Tidak hectic, senang, atau memancarkan aura yang lebih wah dari biasanya.

"Mungkin karena semua udah diurus sama Mama dan mama mertua, jadi aku nggak stres." Begitu dia menanggapi setiap kali ada yang mulai julid.

Shalu mematikan film yang sedang dia tonton. Percuma, pikirannya tidak fokus. Gadis itu lalu memilih merebahkan diri di tempat tidur sambil mengurut pelipis. Tangannya yang bebas meraba-raba nakas di sisi ranjang berkelambu dan mengambil secarik kertas dari sana.

Shalu tersenyum. Kertas yang berisi sederet menu favorit calon suaminya sudah sedikit lusuh. Beberapa menu sudah dicentang pertanda telah selesai dieksekusi. Shalu mulai menelusuri menu-menu yang belum dicentang dan pandangannya berhenti pada sebuah menu yang terasa asing baginya. Pho. Makanan atau minuman apa ini?

Tanpa pikir panjang Shalu segera menyambar ponsel, membuka aplikasi whatsapp, dan mencari riwayat chatting-nya dengan Brahma. Dia ingin bertanya soal pho dan bagaimana cara membuatnya. Namun, Shalu tertegun saat matanya menangkap foto profil sang chef. Sebuah siluet dari arah samping yang menampilkan lekuk hidung, potongan rambut, juga lengkung bibir seorang cewek yang sedang membawa spatula sambil mengaduk entah apa. Foto yang meski diambil dengan efek serupa bayangan, tapi Shalu bisa mengenali betul siapa cewek bercelemek itu. Dirinya.

===&===

HAPPY 5K READERS! ❤

Happy wedding Shalu dan Evans! 😔
(aku mau ngucapin duluan 😂)

Makasih yang masih setia ngasih voment sampai sekarang, ya! Saaayang kalian! 😍

Salam Spatula,

Ayu 😘

The Last Recipe (Tamat)Where stories live. Discover now