Bab 4 : Cook for Fun | 1

8.5K 733 19
                                    

Minggu sore yang cerah. Brahma mengendarai motor sport-nya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dalam hati dia berharap semoga gadis mata panda yang baru kemarin dikenalnya, Shalu, belum terlalu lama menunggu.

Dia sudah berusaha mengondisikan seluruh persiapan di dapur hotel bintang lima milik Tante Mira secepat dan seefisien mungkin, tapi apa mau dikata. Ini hari Minggu, yang mana restoran tak pernah ada jeda dari ramainya pengunjung.

Tante Mira memberinya keringanan supaya Brahma bisa mengajari Shalu memasak setiap weekend. Jam kerja yang biasanya sampai dua belas jam, terpangkas menjadi sepuluh jam saja. Seperti kesepakatan yang kemarin telah dibuatnya bersama Shalu, setiap Sabtu dan Minggu mereka akan bertemu untuk melakukan kursus masak. Cook for fun kalau meminjam istilah Tante Mira.

Awalnya Shalu hanya bergeming seperti patung mendengar ide Brahma yang menurutnya sinting itu. Sabtu Minggu, astaga! Waktu weekend-nya benar-benar akan tersita habis di dapur Tante Mira yang mengkilat! Namun, mau bagaimana lagi, dua puluh lima resep dalam waktu tiga bulan itu tidak memberikan jalan lain.

Paling tidak satu bulannya mereka harus mengeksekusi delapan resep. Entah kebetulan macam apa namanya, dalam satu bulan ada empat minggu dan masing-masing minggu ada dua hari weekend. Jadi, dalam tiga bulan ada dua puluh empat resep yang akan dipraktikkan. Yah, itu pun kalau berhasil.

Brahma segera bergegas begitu melihat Honda Jazz Shalu sudah terparkir di halaman rumah Tante Mira. Awal yang buruk, Brahma! Batinnya.

"Bi Nah, yang tadi saya minta udah disiapin semua, kan?" Sebelum beranjak masuk, Brahma menyapa Bi Nah yang sedang asik menyirami bunga.

Perempuan paruh baya yang sudah mengabdi puluhan tahun pada keluarga sang tante itu mengangguk. "Sudah, Den," jawabnya.

Brahma lalu teringat pada bingkisan yang dia bawa dalam tas ransel. Dikeluarkannya bingkisan tersebut, dan dia minta tolong pada Bi Nah untuk memasukkannya ke dalam kulkas.

"Bi, sudah datang dari tadi?" Sekarang Brahma berbisik-bisik pada Bi Nah, sambil matanya mengerling ke arah Honda Jazz Shalu.

"Non Shalu? Sudah, Den. Dari tadi duduk saja, ditawari apa-apa nggak mau." Bi Nah menjawab sambil berbisik juga. "Eh, cantik ya, Den? Cocok sama Den Brahma," sambungnya.

Brahma tergelak dan hampir melupakan bahwa ada panda marah yang sedang menunggunya di dalam, saat mendengar perkataan Bi Nah barusan. "Hush! Dia calon mantunya Tante, bakal istri Evans, Bi," tutur Brahma sembari berlalu.

Sempat dia dengar di belakangnya, Bi Nah menepuk dahinya yang sudah penuh keriput sambil berucap, "Alamak!"

*

"Gue kira yang namanya chef nggak pernah dan nggak boleh telat." Shalu menyambut Brahma dengan raut wajah kusut masai.

Cowok itu cuma bisa nyengir, dia yakin penampilannya juga tak kalah kusut dari wajah Shalu. Seragam chef-nya masih melekat di tubuh, dan rambutnya pasti awut-awutan. Bukannya itu sudah menunjukkan kesungguhan Brahma untuk sekilat mungkin sampai di sini?

"Sorry, deh. Restoran lagi ramai banget, Shal. Gue udah prepare semuanya dari siang, tapi tetap nggak bisa cabut tepat waktu juga," ujarnya memelas.

Shalu melengoskan wajahnya sambil mendengus 'huh' keras-keras, membuat Brahma kelimpungan dan tak tahu harus berbuat apa. Kursus masak mereka, sesuai kesepakatan, dimulai pukul empat sore. Sekarang?

"O-oke. Kalau gitu kita langsung mulai aja, yuk. Gue nggak usah duduk atau minum dulu. Nggak perlu."

Mendengar perkataan cowok jangkung itu, Shalu semakin merengut. Enak aja dia mau minum atau duduk dulu! Gue nih, udah bangkotan nungguin dari sejam lalu!

The Last Recipe (Tamat)Where stories live. Discover now