[1] Encounter

1.3K 74 0
                                    

“ibu pulang!” Ha Rin yang tengah menuang air mineral kedalam gelas menengok sekilas kearah pintu melihat kedatangan sang ibu.

“kau tidak tanya ibu habis darimana?” ibunya kini sudah berada dihadapannya duduk di kursi konter dapur.

Ha Rin mendelik lalu menurunkan gelasnya setelah berhasil menenggak habis seluruh isinya, “arisan, seperti biasa bukan?” balasnya masih dengan tatapan bingung wajah bahagia sang ibu.

“kali ini bukan” sang ibu menggeleng, “ibu habis reuni dengan teman – teman SMA”.

“oh, yasudah. Mau kusiapkan air hangat untuk mandi?” tanya Ha Rin sebelum beranjak.

“tunggu, ibu belum selesai” sang ibu menariknya untuk duduk kembali “besok kau harus kosongkan jadwalmu. Ibu sudah mengatur janji dengan teman ibu,-”
“-bersama putranya” lanjutnya.

Ha Rin memicingkan matanya tak suka dengan ide sang ibu “ibu, sudah kukatakan aku tak suka jika ibu menjodoh – jodohkan aku seperti ini”.

Sang ibu menghela napas “jika tidak ibu lakukan, kau takkan pernah menikah”

“memang aku tak ingin menikah” balas Ha Rin santai.

Mendadak sang ibu geram dengan jawaban putrinya “Ha Rin! Apa kau mau terus menerus menempel pada ibumu?”

“jika memang ibu tak suka harus tinggal bersamaku, aku bisa pergi.”

Ha Rin sudah hendak pergi meninggalkan dapur sebelum ibunya kembali berkata dan membuatnya berhenti tanpa berbalik “jika kau masih mencintai ibu, jangan menolak dan datanglah besok”.


***

Ini hari sabtu, tapi pagi – pagi sekali Ha Rin sudah meninggalkan rumah, menghindari ibunya yang akan mengomel dan kembali menyuruhnya untuk datang ke acara yang dibuat oleh sang ibu dan temannya.

“huh” Ha Rin tak tahu itu hembusan napas berat yang ke berapa yang sudah ia keluarkan dalam waktu sepagi ini.

Jelas Ha Rin tak suka keadaan ini. Benci akan sikap ibunya yang selalu seenaknya menjodohkan dirinya, namun perasaan bersalahnya terdahulu selalu mengusik dan membuatnya tak bisa mengabaikan sang ibu begitu saja.

Ting

Ponselnya berdenting tanda sebuah pesan baru saja masuk.

Datanglah ke Kafe Mikrocosmos. Ibu akan sangat senang jika kau datang.

Ah ya. Kau akan menyesal jika tidak datang. Dia sangat tampan.

Kini Ha Rin  menghela napas. Tampan, ia tak ingin tahu. Meski tampan, kaya, dan mapan ia tak ingin terlibat apalagi menjalin hubungan dengan orang lain. Mengapa ibunya tak mengerti?

“astaga!” racaunya sebal. Nyatanya rasa bersalah yang ia miliki lebih besar ketimbang rasa bencinya terhadap perjodohan ini. Hingga akhirnya membuatnya bangkit dari kursi taman untuk menyusul sang ibu.

***

Baru saja memasuki kafe, Ha Rin sudah di suguhi lambaian tangan sang ibu yang duduk di meja ketiga baris pertama. Yang jelas sang ibu tak sendiri, disana tiga kursi sudah terisi.

Ibunya, seorang wanita dan seorang pria. Tapi dirinya belum bisa melihat wajah wanita dan pria yang memang duduk berlawanan dari pintu masuk.

“maaf saya terlambat” sapa Ha Rin membungkuk sopan.

“oh pasti Ha Rin. Tidak masalah sayang. Weekend pasti jalanan macet” tutur wanita seumuran sang ibu dengan lembut.

The Untouched GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang