Tiga puluh satu : Penolakan

808 30 1
                                    

"Vian!" panggil Grea saat melihat Gavian yang lewat bersama ketiga temannya.

Gavian melihat Grea yang memanggil dirinya segera memisah dari ketiga temannya, cowok itu sedikit berlari menghampiri Grea.

"Ada apa Va?" tanya Gavian ketika sampai di depan Grea.

Grea yang ingin berbicara tampak ragu lalu sedikit berdeham menetralkan suaranya. "Bisa kita bicara sebentar Vian?" tanyanya.

Gavian yang mendengar itu mengangkat alisnya bingung apalagi melihat bahasa tubuh Grea yang tidak biasa. Nih cewek kenapa cobak? batin Gavian melihat Grea yang seperti sedang... meragu untuk berbicara dengannya. "Yaudah." jawab Gavian seadanya.

Grea berjalan terlebih dahulu lalu Gavian mengikutinya dari belakang, mereka sedang menuju taman belakang sekolah. Grea membutuhkan tempat yang sepi untuk kebaikan mereka berdua nantinya.

"Gav, gue udah punya jawaban yang lo tunggu-tunggu." ujar Grea setelah mereka sampai.

Gavian yang mendengar itu tersenyum, nih anak ragu ngomong itu ke gue. batin Gavian senang. "Apa Va?" tanyanya antusias.

Grea yang melihat keantusiasan Gavian yang seperti sekarang mendadak ragu akan menyampaikannya atau tidak, tapi jika tidak ia katakan sekarang kapan lagi ia menyampaikannya dan lagi ia tidak ingin menggantung harapan Gavian terlalu lama.

"Vian, maaf. Gue enggak bisa balas perasaan lo." ujar Grea akhirnya.

Gavian yang mendengar itu terdiam lalu menatap Grea. "Va, lo tau. Gue sebenarnya udah mempersiapkan diri untuk denger ini tapi tetep aja ya kalo denger sendiri secara langsung itu punya efek yang luar biasa ternyata." ujar Gavian, nada suaranya kecewa.

"Tapi kenapa Va?" tambah Gavian bertanya.

Grea yang mendengar pertanyaan itu menatap Gavian yang tampak kecewa. "Sorry Vian. Gue sendiri aja bingung ngejelasinnya, tapi nanti lo akan tau sendiri apa alasan terbesar gue nolak elo." ujar Grea pergi begitu saja meninggalkan Gavian yang masih dengan kebisuannya.

Setelah peristiwa pagi tadi Grea sedang mencoba terlihat biasa saja dan hari ini kerusuhan seorang Grea sedang dalam mode on seperti mengerjai seniornya yang menurut sangat cerewet dengan memberikan tempelan selembar kertas di punggung cewek itu.

Bertuliskan :
"Gue gila karena ditolak berulang kali sama Gavian."

Alhasil satu sekolah tertawa ketika cewek sejenis 'cabe-cabean'itu lewat di koridor. Tak sampai disitu kerusuhan yang Grea buat. Grea juga mengerjai Tessa, sang junior yang amat songong dan perlu ia beri hidayah sedikit menurutnya.

Saat ini Grea sedang berada di kantin dikarenakan mereka sudah selesai ujian semester, seluruh siswa dibebas tugaskan dari apapun.

Grea menghampiri meja tempat Tessa dan dayang-dayangnya duduk lalu meletakkan sebuah nampan berisi semangkuk bakso dan segelas jus jeruk. "Ini buat lo dari Gavian, dia minta maaf kalau udah jutek sama lo." ujar Grea lalu pergi begitu saja.

Sementara reaksi Tessa sudah senang bukan main melihat apa yang ada di depannya itu, cewek itu segera memakan bakso yang diberikan Gavian untuknya tapi saat kuah dan baksonya masuk ke mulut Tessa berteriak heboh.

"Pedes... Pedess.... Pedesss..."

Tessa yang mendadak heboh juga membuat teman-temannya tak kalah heboh. "Ini Tes minum jus jeruknya." sodor salah satu temannya yang langsung diterima cepat oleh Tessa.

Bukannya meminumnya Tessa malah menyeburkan jus itu keluar. "Asin banget." ujar Tessa meletakkan jus itu ke meja lalu berdiri ke stan penjual minuman dengan muka merahnya.

GWhere stories live. Discover now