Dua puluh tujuh : Buruk

810 34 1
                                    

"Apa?"

"Grea pingsan dan sekarang gue udah ada di UKS." ujar Rafi dari seberang telepon dengan napas tersenggal-senggal.

"Apa!" Reno yang mendengar itu terkejut bukan main. "Oke... Oke gue ke sana sekarang."

Setelah menutup telepon dari Rafi, Reno langsung bangkit dan berlari pergi meninggalkan kantin dan jelas saja itu membuat mereka terheran-heran melihatnya.

Saat Reno sampai di depan UKS, tiba-tiba ia mendapat firasat tidak enak. "Jadi gimana keadaannya Grea?" tanya Reno, napasnya masih berlomba dengan suaranya.

"Masih diperiksa sama dokter UKS." ujar Rafi mencoba tenang tapi sesekali ia meremas tangannya sendiri.

"Gimana Grea bisa pingsan?" tanya Reno.

Rafi yang mendengar itu mendongak. "Grea... Itu... Dia tadi pamit ke kamar mandi dia mau muntah, soalnya gue dengar dari dalam suara itu terus gak lama gue dengar ada suara benda jatuh. Karena gue khawatir gue terobos masuk aja tanpa mikir ada cewek lain di dalam toh itu urusan gampang." ujar Rafi.

Saat kedunya cerita dibangku panjang di depan UKS, 3 laki-laki muncul dari lobi utama sekolah yang dipandu oleh guru piket. Ketiga laki-laki itu masuk ke dalam UKS dan itu tentu saja menarik perhatian Rafi dan Reno untuk bangkit menghampiri.

"Grea mau dibawa ke mana?" tanya Rafi spontan yang melihat Grea digendong oleh salah satu laki-laki yang datang.

"Elo Rafi?" tanya laki-laki yang lainnya, Rafi mengangguk.

"Oke, gue bisa minta tolong ke elo?" tanya laki-laki itu lagi dan lagi-lagi Rafi mengangguk.

"Tolong bawa barang-barang Grea saat lo pulang nanti, sekarang Grea mau kita bawa ke rumah sakit..." laki-laki itu maju selangkah mendekati Rafi bermaksud ingin berbisik. "Keadaan Grea serius, gue tebak lo berdua udah tau penyakitnya dia kan?" tambah orang itu berbisik lalu sedikit menjauh.

"Bisakan?" tanya laki-laki itu lagi.

"Oke. Gue akan urus." jawab Rafi.

Setelah mendengar jawaban itu, ketiga laki-laki itu pergi dengan Grea yang berada di salah satu gendongan mereka.

"Dia tadi ngomong apa kok lo langsung iyain?" tanya Reno yang penasaran. Sekarang mereka sedang berada di dalam kelas setelah mengambil tas Grea dari kelas cewek itu.

"Dia ngomong kalau kita udah tau Grea lagi sakit." ujar Rafi.

"Raf?" panggil Reno lagi, ia tau penjelasan itu kurang.

"Kondisi Grea serius." ujar Rafi lagi lesu. "Jadi gue iyain aja." tambah Rafi lalu memasang earphonenya, sesaat ingin mengistirahatkan pikirannya sebentar.

✳✳✳

"Kondisinya semakin memburuk dan ternyata kau tak seperti yang aku pikirkan." ujar dokter yang sedang duduk di kursinya sementara orang yang berada di hadapannya memasang wajah bingung tidak mengerti apa yang sedang orang di depannya singgung.

"Apa maksudmu?" tanya orang itu.

Dokter itu terkekeh. "Roger, ahh... Georgio. Grea bukan gadis bodoh dan bukannya kau sendiri yang telah mendidik dan mengurusnya hingga sekarang. Pikirmu Grea tidak tau kalian telah melakukan transplantasi ginjal seenaknya dan tanpa seizin sang pemilik tubuh, pikirmu itu telah berhasil? Gagal Georgio, GAGAL. Operasi lancar tapi Grea tidak menginginkan organ itu di dalam tubuhnya jadi dia menolak dengan cara merusak fungsi ginjal miliknya yang tersisa dan secara tidak langsung ia juga sedang merusak proses kerja ginjal barunya dengan cara tidak sama sekali meminum obat itu." jelas dokter itu panjang lebar.

Orang yang ternyata Roger atau lebih tepatnya Georgio terdiam. "Kami sudah mencampurkan obat itu ke dalam makanan ataupun minuman Grea."

"Itu yang kau informasikan kepadaku? Siapa yang menjamin dia memakan itu dan lagi apakah selama 24 jam kau terus ada di samping Grea untuk melihat dan memastikan apa saja yang cewek itu makan atau minum?" ujar dokter itu lalu berdiri.

"Mungkin kalian harus belajar merelakannya mulai sekarang jika ia akan pergi pada akhirnya, karena hasil lab menunjukkan hati Grea sudah mulai mengalami kerusakan karena sistem kerja tubuhnya mulai menurun dan tak seimbang sehingga mengakibatkan organ-organnya harus bekerja dua kali lebih keras. Kami masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut tentang kondisi Grea. " tambah dokter itu lalu menepuk pundak Roger melangkah keluar dari ruangan itu.

Merelakan? Hati Grea yang sudah mengalami kerusakan. Lelucon macam apa ini yang sang adik katakan barusan kepadanya. batin Roger merasakan kepalanya mulai pening.

Sudah hampir setengah hari lebih Grea tidak sadarkan diri, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Netra coklat itu terbuka melirik keadaan sekitar, ia dapat melihat ketiga -partner in crime- tertidur pulas di sofa dan lantai yang sudah dilapisi oleh karpet tebal.

Grea hanya terdiam selama beberapa menit sampai akhirnya Agra terbangun dan berjalan menghampirinya. "Jane, mengapa tidak membangunkan kami? Kau butuh sesuatu?" tanya Agra yang sudah duduk di samping Grea.

"Tidak ada, hanya saja aku sedikit haus." ujar Grea pelan.

Agra yang mendengar tersenyum lalu mengambilkan air minum yang terdapat di atas nakas lalu membantu cewek itu untuk minum. "Jadi bagaimana perasaanmu setelah tidur panjang?" tanya Agra kembali setelah meletakkan kembali gelas itu.

"Mungkin sedikit lebih baik." ujar Grea berbohong, saat ini rasanya seluruh tubuhnya mati rasa ia tidak bisa merasakannya.

"Baguslah, kau tau Rega menangisimu sejak kau keluar dari ruangan ICU......" cerita Agra, Grea hanya mendengarkan lalu sesekali ia tersenyum kecil menanggapi cerita sang sulung karena Agra adalah lelaki tertua di antara Rega dan Mike.

"Brother, bisakah aku minta tolong kepadamu?" tanya Grea menatap Agra.

"Anything princess." jawab Agra lalu Grea menyebutkan apa yang ia minta kepada Agra.

Pagi sudah menjelang dengan Agra yang masih tidur di samping Grea atas permintaan Grea kemarin malam dan Rega yang masih di posisi yang sama sedangkan Mike sedang berada di dalam kamar mandi.

"Agra bangun, kau curang! Bagaimana kau bisa tidur di samping Jane seperti ini." ujar Mike yang memukul wajah Agra dengan bantal yang ia gunakan semalam untuk tidur.

Agra bangun dengan wajah murka. "Berani-beraninya kau memukulku dengan bantal itu. Harusnya sebelum bertindak kau cek dulu kamera yang kau pasang di sini kenapa aku bisa tidur di atas sini." ujar Agra yang sudah berhasil melepaskan diri dengan hati-hati dari pelukan Grea dan turun menghadap Mike.

Mike yang mendengar itu terdiam. "Apakah kemarin malam Jane sadar?" tanya Mike merubah ekspresi menjadi penuh harap meminta jawaban.

"Ya, sekitar satu jam dan kembali melanjutkan tidurnya denganku." ujar Agra. "Kau jangan berisik, biarkan Jane istirahat agar ia cepat pulih." tambah Agra berjalan ke kamar mandi.

Mike yang mendengar itu mengangguk patuh lalu mendekati Grea yang masih setia memejamkan matanya. "Cepet sembuh sister."

✴✴✴

See you next post 👋

GΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα