Dua : Dendam

1.4K 63 3
                                    

Terserah,
Selagi enggak ngerugiin gue.
Gue enggak akan buat elo rugi.

❇❇❇

Grea mendengus saat mendengarkan Arif mengucapkan bahwa dirinya lah yang di tunjuk sebagai ketua dari kelas mereka saat praktikum gabungan nanti.

"Tuh guru nyimpen dendam sama gue kelihatannya." ucap Grea mendengus sebal.

"Iyalah Gre, kan elo yang paling ngelawan sama dia." balas Lura.

"Emang lo pada mau teori mulu tanpa praktek?" tanya Grea balik, ia sudah duduk di atas meja guru sekarang tak memperdulikan tatapan siswa lain yang berlalu lalang di depan kelasnya karena saat ini waktunya jam istirahat.

"Ya nggaklah. Kalii entar ubanan gue mikirin rumus terus sama ngehapal tuh teori." ucap Jesica.

"Nah tuh ngerti." balas Grea.

"Gre jadi gimana kemarin?" tanya Jepri, cowok itu mendadak mengingatkan kejadian semalam.

"Ooo Ketos itu ya?" tanya Grea membuat Arif mengangguk dan yang lainnya serius mendengarkan apa yang akan cewek itu katakan.

"Jadi kemarin itu gue kempesin ban motornya sampe nggak ada gasnya terus gue rantein sekalian sama pohon tuh ban. Rantenya gue gembok dan kunci gemboknya gue taruh deh di atas pohon terus gue cabutlah sebelum ketahuan sama fans-nya tuh cowok." ucap Grea mengakhiri ceritanya.

Mereka yang berada di kelas mendengar cerita Grea sontak tertawa. "Gila lo Gre." komentar Arif yang masih tertawa.

"Kok nggak lu lempar aja ke atap sekalian kuncinya Gre." komentar Lura.

"Maunya." balas Grea. "Tapi kan atap sekolah kita yang paling pendek kan pos satpam, gue kasian jadi nggak jadi." tambahnya.

Mereka masih tertawa sampai memegangi perut masing-masing karena tak tahan akan rasa sakitnya perut mereka tapi tak lama suara tawa itu tiba-tiba hilang saat seseorang menendang pintu kelas dengan kerasnya.

"Woi bangsat! Apaan sih elo?" tanya Arif bangkit dari duduknya. "Gila lo ya. Rusak aja sana pintu kelas elo jangan kelas ini." tambah cowok itu menatap galak orang yang sudah menendang pintu kelasnya.

Orang yang menendang pintu itu masuk, berjalan ke arah cewek yang sedang duduk di atas meja guru yang tak lain adalah Grea. "Lo itu cari masalah ya sama gue?" tanya orang itu menatap cewek yang berada di hadapannya tajam.

Cewek itu terkekeh. "Pikun ya pak? Kemarin yang ngajak ribut duluan siapa?" tanyanya balik. Orang itu tidak terima, ia menatap tajam Grea yang tetap santai duduk di depannya.

Grea mengernyit seperti ia harus pergi ke suatu tempat sekarang juga. Cewek itu bangkit dari duduknya mengabaikan tatapan orang yang masih setia berdiri di depannya.

Grea berjalan menuju pintu kelas. "Gre mau ke mana?" tanya Lura sadar bahwa sahabatnya ingin meninggalkan kelas.

"Mau absen." jawab Grea singkat tetap berjalan tanpa menoleh kepada orang yang mengajaknya berbicara.

"Heh mau cabut ke mana lo?" tanya orang itu.

"Ck. Jadi ketos rempong amat sih elo kalau mau ikut ayok." jawab Grea santai, cewek itu sudah berbelok untuk berjalan menuju ke arah kantin yang berada di salah satu sudut sekolah.

"Gak usah terlalu ngurusin hidup orang Gavian hanya karena jabatan elo itu." ucap Arif menatap sinis cowok yang masih berdiri di depan kelasnya.

Gavian memilih pergi meninggalkan kelas yang sudah memiliki aura tidak enak. Cowok itu memilih mencari Grea, ia masih belum ikhlas akan perlakuan cewek itu kepadanya dan sekarang ia malah ingin membalas dendam dengan cewek itu.

Gavian sekarang sedang berjalan menuju ke kantin dengan Tama yang ada di sampingnya. "Mau ngapain sih Gav? Nggak biasanya? Ini juga udah jam pelajaran." tanya Tama yang masih setia berjalan di samping Gavian.

"Mau cari mangsa untuk ditulis namanya." jawab Gavian membuat Tama mengerti apa maksud cowok itu.

"Nah itu orangnya." ucap Gavian ada rasa senang dalam nada itu karena yang ia cari, ia temukan.

"Lo nyarik Grea?" tanya Tama melihat apa yang Gavian maksud.

Gavian mengangguk. "Gue mau bales yang kemarin." jawab Gavian dengan semangat yang membara.

"Yakin Gav?" tanya Tama melihat Gavian yang ada di sebelahnya.

"Iya lah." jawab Gavian berjalan masuk ke area kantin yang tampak berisi beberapa orang.

Brakkk

Grea mengangkat kepalanya saat meja kantin yang sedang ia tempati dipukul oleh seseorang. "Ck. Elo mulu bosen gue ngeliatnya, ribet amat si lu nggak siap-siap ya ngurusin hidup gue." decak Grea karena melihat orang yang sama kembali yang menganggunya.

Gavian tersenyum miring. "Nggak sebelum gue ngebales apa yang lo buat kemarin sama motor gue." ucap Gavian.

"Oh itu, yaudah gue khilaf." ucap Grea melanjutkan kegiatannya makannya.

"Raf mana jus gue, elo ambil ya landak." ucap Grea mencari minumannya yang sudah tidak ada di samping piringnya.

"Yee enak amat mulut lo ni Reno yang ngambil." ucap Rafi yang tidak terima di tuduh oleh Grea.

"Sialan ni tiang jemuran balikin minum gue sama yang baru." ucap Grea menatap sengit Reno yang masih memasukkan bakso ke dalam mulutnya.

"Berisik Rea, pesen aja sana." ucap Reno, cowok itu melanjutkan makannya.

"Bik, jus jeruknya satu lagi. Tiang jemuran yang bayar." ucao Grea kepada ibu kantin yang sedang menyusun buah. Ibu kantin itu hanya mengangguk setelah mendengar pesanan Grea.

"Elo masih ada kepentingan Gavian?" tanya Rafi ke teman sekelasnya itu.

"Ada sama ni cewek." jawab Gavian melirik ke arah Grea.

"Oh berarti itu juga urusan kita berdua ya kan Ren?" tanya Rafi ke Reno. Reno yang ditanya mengangguk, mulutnya masih penuh dengan bakso untuk dibuka.

"Udah Gav cabut aja dulu, susah ada ni dua orang." bisik Tama yang masih setia berdiri di samping Gavian.

Gavian mengangguk membenarkan ucapan Tama, ribet berurusan dengan cowok kembar yang ada di hadapannya ini. Gavian melihat Grea dengan tatapan tajam seperti mengatakan awas lo.

"Kenapa Rea kok tuh ketos gangguin hidup elo mulu?" tanya Rafi.

"Kemarin abis gue kerjain dia." jawab Grea terkekeh.

"Lo apain dia?" tanya Reno.

"Gue kempesin ban motornya sampe nggak ada isinya." jawab Grea meminum jusnya yang baru saja datang.

"Heh? Di apain lo sama dia?" tanya Reno, ia tahu Grea tidak akan berbuat seperti itu jika orang itu sudah membuat masalah dengan cewek itu terlebih dahulu.

"Gue lagi tidur di bangunin sama dia ya gue nggak terima." jawab Grea santai ia sudah selesai mengisi perutnya.

"Pantes." balas Rafi mengerti permasalahannya.

"Oke gue cabut makasih ya twin makanannya." ucap Grea bangkit dari duduknya.

"Berasa ngasih nafkah anak orang gue." ucap Rafi dan Reno bersamaan.

"Jadi elo berdua nggak ikhlas?" tanya Grea yang tidak jadi melangkahkan kakinya.

"Nggak kok. Kita berdua ikhlas lahir dan batin." jawab Rafi yang diangguki Reno.

"Okelah gue cabut, entar pulang sekolah gue nebeng." ucap Grea lalu berjalan pergi.

"Rea hati-hati." ucap Reno yang hanya diangguki cewek itu.

✴✴✴

See you next...

GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang