Dua puluh enam : Kembalinya

801 30 1
                                    

Mobil jeep berwarna putih baru saja tiba di depan pintu gerbang sekolah WaLes, seseorang turun. "Gue masuk dulu ya." ujar orang itu sambil menyunggingkan senyuman manisnya yang jarang muncul kepada sosok laki-laki di balik kemudi yang tak jauh beda usia dengannya.

"Iya kalo ada apa-apa kabari gue langsung atau yang lain, jangan lupa makan bekalnya kasian Rega yang pagi-pagi udah perang di dapur gara-gara siapin bekal lo." ujar orang itu terkekeh.

Orang yang masih setia berdiri di samping mobil jeep putih itu terkekeh juga. "Oke bye bye." ujarnya berjalan masuk.

Setelah orang itu pergi, senyum laki-laki itu berubah menjadi senyum sedih. Jago banget ya Jane. batinnya dan berbicara tentang bekal itu sebenarnya mereka menyiapkannya karena ingin mencampurkan obat yang harus diminum oleh orang itu agar kondisinya tidak memburuk setelah operasi beberapa hari yang lalu.

Orang itu berjalan menuju lorong kelasnya dengan menenteng paper bag yang diberikan oleh laki-laki yang mengantarkannya tadi. Padahal ketika ia berjalan banyak pasang mata yang menyorotnya bertanya-tanya tapi orang itu tidak ingin ambil peduli malahan sekarang ia memasang headphone yang berhasil ia curi dari salah satu kamar di rumah tempat kemarin ia tidur.

"Akhirnya lo muncul lagi Greeeeeee." teriak Lura saat Grea masuk ke dalam kelas dengan wajah seperti biasa.

Grea yang mendengar itu memutar bola matanya malas meletakkan tasnya lalu kembali keluar kelas sambil menenteng paper bag yang sejal tadi ia bawa-bawa.

"Ck, lo mau ke mana lagi si Gre?" tanya Lura yang heran melihat Grea yang akan berjalan keluar kelas.

"Ke neraka. Mau ikut?" tanya Grea melirik ke arah Lura.

Lura yang mendengar itu terdiam tidak lagi meneriaki Grea sampai cewek itu hilang dari pandangannya. Grea yang sedang berjalan di koridor sekolah tiba-tiba terserang pening sampai-samapi ia harus mencari pegangan untuk membantu menyanggah tubuhnya.

Lo kumat di saat yang tidak tempat, ck. batin Grea meruntuki penyakitnya. Cewek itu terus mencengkram rambutnya kuat-kuat berharap agar rasa sakit ini hilang, satu hal yang Grea syukuri sekarang tidak ada satu orang pun ada di sekitarnya karena bel masuk baru saja berbunyi.

Saat dirasanya sakit kepalanya mulai menghilang Grea mencoba berdiri dengan benar lalu melanjutkan langkahnya menuju rooftop sekolah.

Berita kembalinya Grea sang biang rusuh sekolah telah tersebar seantero sekolah, tapi semenjak kembali si biang rusuh itu tidak seperti biasanya sikapnya berubah tidak ada Grea yang grasak grusuk ataupun pecicilan.

Grea yang sejak kembali menjadi sosok yang lebih tenang tapi tidak diam ketika berkumpul dengan orang-orang yang ia kenal. Seperti saat ini ia sedang makan di kantin sekolah dengan kedua sahabatnya, Rafi dan Reno.

Keduanya sengaja menempatkan Grea duduk di tengah agar tidak ada yang menganggu. "Lo balik kok enggak bilang? Kan bisa di jemput." cerocos Rafi saat Grea sedang menyatap nasi goreng miliknya dengan santai.

"Yaelah ribet amat sih bang, travel gue udah jemput duluan sebelum gue bilang sama elu." balas Grea santai setelah selesai menelan yang ia kunyah.

Rafi dan Reno yang mendengar hanya bisa melirik satu sama lain lalu secara bersamaan menghela napas. Saat mereka tengah asyik menikmati makanan, rombongan Gavian masuk kedalam kantin lalu datang menghampiri meja mereka.

"Gue enggak terima tamu dan kalau mata lo masih sehat ini... " ujar Rafi menunjuk sekeliling mereka "...di sini itu meja banyak yang kosong jadi out." tambahnya mengusir rombongan Gavian sebelum mereka duduk.

"Jahat banget si Raf, kita kan temen sekelas elo." ujar Tama yang akan mendaratkan bokongnya.

"Budek ya?" sindir Rafi melotot. "Dan gue enggak punya temen kayak elo." tambahnya lagi.

Grea yang sedari tadi diam menghela napas, sejak kembalinya ia beberapa hari Rafi terus melarang orang lain dekat dengan saat di sekolah. Saat dirinya menegur, Rafi hanya mengangkat bahu lalu melanjutkan kegiatan yang laki-laki itu lakukan.

"Duduk aja. Jangan pedulii Rafi." ujar Grea menatap Tama dan yang lainnya.

Setelah mendengar ucapan dari Grea keempatnya duduk di hadapan mereka bertiga dan meletakkan piring makanan masing-masing. "Lo kapan balik Gre?" tanya Zidan tersenyum mulai melakukan kegiatannya.

"Udah sekitar 3 hari yang lalu lah." jawab Grea singkat lanjut menyatap makanannya lalu mencomot kerupuk dari piring Rafi selanjutnya mencomot timun dari piring Reno.

"Masih kurang? Gue pesenin lagi ya?" tanya Reno.

Grea yang mendengar itu menggeleng lalu mengambil gelas Reno yang berisi jus jeruk. "Gue tadi mintanya tuh jus jeruk kenapa yang dikasih ke gue jus wortel." ujar Grea terus meminum jus jeruk milik Reno hingga setengah padahal si empunya belum meminumnya sama sekali.

"Mata lo itu udah kayak nenek Rea, gak ngerasa? Jadi harus banyak-banyak konsumsi vitamin A." celetuk Rafi.

Grea yang mendengar itu mengeplak lengan Rafi. "Mulut masih mau di tempatkan?" tanya Grea tersenyum miring.

Mereka yang duduk berhadapan dengan ketiga sejoli ini menunjukkan berbagai ekspresi mulai dari tersenyum kecil, geleng-geleng sampai menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gue mau ke kamar mandi, minggir." ujar Grea yang sudah bangkit dari duduknya.

"Iya iya ck. Gue temenin." ujar Rafi yang juga ikut bangkit.

"Terserah lo aja." ujar Grea sudah malas berdebat dengan Rafi karena dipastikan ia akan kalah untuk sekarang. Setelah Rafi dan Grea pergi, tinggalah Reno yang sedang santai dengan nasi gorengnya.

"Lo gak ikut juga Ren sama mereka?" tanya Tama iseng.

Reno yang mendengar itu mendongak lalu kembali menyendok nasi yang ada di piringnya. "Rafi udah cukup untuk sekedar ngawal Grea ke kamar mandi." ujarnya tersenyum lalu menyuapkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya.

"Ren, lo berdua gak ada rencana gitu untuk main bareng Grea ke mana gitu? Kalau ada gue ikut dong." ujar Zidan setelah selesai mengunyah lontongnya.

"Enggak ada kalaupun ada gue enggak akan ngajak elo apalagi ngizinin elo ikut." ujar Reno menjawab sembari mengambil jus jeruk yang tinggal setengah itu.

Reno merasakan ada sesuatu yang aneh lalu matanya melirik ke arah Gavian yang semenjak datang terus mengunci mulutnya. "Gavian? Lo sehatkan?" tanya Reno sembari menaikkan sebelah alisnya bertanya.

Gavian yang ditanya tiba-tiba seperti itu tidak siap menjawab sedikit tergagap. "Gue... Gue sehat kok." ujarnya mengambil botol air minum yang ia bawa sendiri dari rumah.

Reno hanya mengangguk lalu meneliti sesuatu. "Udah tau ya kalau dia barang rusak jadi anti?" tanya Reno berujar meneliti sikap Gavian semenjak datang tadi.

Gavian yang mendengar itu tidak bisa menjawab, ia mengerti apa maksud cowok yang duduk di hadapannya ini dan memang benar kenyataannya seperti walau itu sudah berlalu.

"Dia memang barang rusak tapi untuk kualitas dan harga dia jauh di atas rata-rata dan harusnya lo bangga bisa ada dideket dia." ujar Reno lagi.

Gavian hanya terdiam tidak bisa menjawab ataupun menampik hal itu, seharusnya memang benar ia harus bangga dekat dengan Grea karena cewek itu sosok perempuan yang hebat menurut dirinya.

Ponsel yang ada di saku Reno bergetar sebuah panggilan masuk dari nomor sang kembaran tanpa pikir panjang Reno langsung menerimanya. "Apa?" tanyanya ketika benda pipih itu sudah dekat di telinganya.

"...."

"Apa!"

✴✴✴

See you next post 👋

GWhere stories live. Discover now