Sembilan : Bang Geno

1K 40 2
                                    

Lo hadir, buat gue makin inget.

❇❇❇

Geno Julian, laki-laki berperawakan tinggi itu memasuki rumah berwarna abu-abu terang yang tidak bisa dikatakan jelek ataupun mewah karena rumah tingkat dua itu memiliki kesan tersendiri bagi yang melihatnya.

Geno melihat rumah dalam keadaan sepi, tidak ada seorang pun di dalam rumah itu. Ck, pasti tuh anak main deh. batin Geno sambil membawa tas ranselnya ke dalam sebuah kamar. Selesai berganti baju, Geno memperhatikan seisi rumah dengan seksama. Rumah dalam keadaan rapi tapi dalam artian tak tersentuh sama sekali.

Hari sudah berubah berganti malam, Geno masih setia menunggu seseorang dengan duduk di sofa ruang tamu sambil menonton televisi. Jam menunjukkan pukul 9 malam tapi seseorang yang ia tunggu belum juga pulang.

Saat ingin beranjak ke kamar mengambil jaket ia mendengar suara pintu terbuka melihat siapa yang masuk ia menghampiri orang itu.

"Lo darimana aja? Kok lama banget pulangnya? Udah jam berapa ini?" tanya Geno.

"Gue? Cari duitlah biar bisa hidup." jawab orang itu santai berjalan melewati Geno lalu membaringkan tubuhnya di sofa yang di duduki oleh Geno tadi.

"Apa duit yang di kirim papa sama mama enggak cukup buat lo hidup?" tanya Geno.

"Gausah berisik. Emang lo tau mereka kirim ke gue atau enggak? Mereka ngirim ke gue itu berapa untuk berapa lama?" tanya orang itu dengan mata terpejam.

"Grea Janeva.... "

"Stop! Jangan pernah melanjutkan nama gue karena nama gue itu cuma dua kata, GREA JANEVA. Tanpa embel-embel apapun di belakangnya." ucap orang itu yang ternyata Grea, membuka matanya menatap tajam ke arah Geno.

"Nama elo memang masih ada lanjutannya lagi." balas Geno.

"Enggak sejak 2 tahun yang lalu dan elo, abang gue kalau gue enggak salah inget sih kalau ke sini hanya untuk ngerecokin hidup gue mendingan lo balik aja sana ke asal lo, soalnya gue udah biasa hidup sendiri tanpa kehadiran orang." ucap Grea bangkit dari duduknya berjalan ke arah tangga menuju kamarnya.

Pagi sudah menjelang, jam di dinding rumah sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Geno berjalan menuruni tiga anak tangga tapi tidak melihat keberadaan sang adik sama sekali di lantai bawah.

Laki-laki itu berjalan naik kembali ke kamar sang adik yang memang tidak jauh dari tangga, mengetuk pintu bewarna coklat itu tapi sama sekali tidak ada jawaban dari dalam kamar. Akhirnya ia memilih membuka pintu kamar sang adik.

Geno melongo, terkejut melihat Grea yang masih tidur di balik selimut padahal jam sudah menunjukkan pukul 6 lewat sekarang.

"Woi Rea bangun. Lo enggak sekolah apa?" tanya Geno mengguncang tubuh sang adik.

"Sekolah entaran." jawab Grea santai masih dengan mata terpejam mengabaikan tubuhnya yang terus diguncang oleh Geno.

"Udah jam enam lewat Rea." ucap Geno berhenti mengguncang tubuh Grea karena dia yang merasa lelah.

"Gue bangun setengah tujuh. Ck, lo berisik amat sih keluar deh gue masih ngantuk." ucap Grea masih dalam tidurnya.

"Nanti lo telat Re."

"Itu emang hari-hari gue, ck." ucap Grea berdecak sebal membuka matanya. "Lo balik aja sana ke asal lo, gue udah biasa sendiri enggak ada yang ngerecokin gue, sekarang ada lo gue jadi TERGANGGU." tambah Grea beranjak bangkit dari duduknya berjalan ke kamar mandi.

15 menit berlalu, Grea sudah rapi dengan seragam sekolahnya lalu beralih menyusun roster pelajaran hari ini karena tadi malam ia tidak sempat melakukannya. Grea melirik jam yang ada di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 6.50 WIB.

GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang