Dua puluh tiga : Pamit

827 35 1
                                    

Setelah acara makan siang bersama 3 hari yang lalu, Grea tak pernah melihat Gavian lagi dan ia bersyukur atas itu. Saat ini Grea sedang berada di kantin bersama kembar dan Arif.

"Gak biasanya Re, ngajak makan barengan gini." tanya Rafi sedikit heran melihat Grea yang berbeda hari ini.

"Enggak ada apa-apa kok, gue lagi kepengen aja sekalian mau... "

"Mau apa?" tanya Reno menyambar karena Grea terlihat ragu mengucapkannya.

"Gue mau pamit." ujar Grea tersenyum.

Arif yang melihat itu makin menatap heran. "Lo gak lagi nyembunyiin sesuatu kan Rea?" tanyanya.

Grea terkekeh. "Gue mau pergi untuk beberapa hari, ada sesuatu yang harus gue urus."

"Berapa lama?" tanya Reno.

"Mungkin..." Grea tampak berpikir. "Mungkin 2 mingguan." ujarnya.

"Gre, 3 minggu lagi lo olimpiade ke pusat kalo lo lupa." ujar Arif.

"Gue pulang sebelum itu kok." ujar Grea tak berani berjanji.

Rafi yang hanya menyimak angkat bicara. "Terserah lo pulang kapan, intinya lo pulang kayak sekarang." ujarnya tak ingin menuntut banyak, baginya yang terpenting Grea sehat dan kembali.

Grea yang mendengar itu tersenyum lalu memeluk Rafi yang memang ada di sampingnya. "Lo tau Raf, di antara kalian bertiga gue sayang banget sama lo." ujar Grea memeluk tubuh Rafi dari samping yang dibalas oleh cowok itu.

"Iya iya gue tau kok." ujarnya.

Mereka kembali melanjutkan makan sampai bel istirahat berbunyi dan keempatnya memilih meninggalkan kantin menuju rooftop. "Gue mungkin gak bisa dihubungi karena ini urusan penting." ujar Grea saat mereka sudah duduk santai di tempat masing-masing.

"Gue kok ngerasa lo mau pergi perang ya Gre?" tanya Arif menatap Grea curiga.

Grea mencoba mencari alasan yang lebih masuk logika. "Bukannya gue gak mau dihubungi sih karena kalau gue bisa dihubungi otomatis lo pada nyuruh gue cepetan balik sementara urusan gue belum selesai kan ganggu." ujar Grea.

"Iya iya. Kapan lo berangkatnya?" tanya Reno.

"Malam nanti, gue enggak mau lo pada ikut nganter berasa anak tk gue jadi sebelum gue pergi gue telepon dulu gimana?" tanya Grea yang diangguki oleh ketiganya.

Dan akhirnya mereka berempat menghabiskan waktu bersama seharin di rumah kembar yang dengan secara paksa menyeret Grea untuk ikut.

"Gue harus pulang, mau siap-siap." ujar Grea menyudahi permainan mereka yang memang sedang bermain ludo.

"Gue anter ya Rea?" tanya Rafi.

"Masih jam 7 belum jam 12 malam kok. Udah ya gue balik, bye bye see you in three weeks eh two weeks." ujar Grea mengambil tasnya lalu keluar dari rumah mewah itu.

Sebelum menuju halte bus, Grea menyempatkan terlebih dahulu untuk membeli beberapa kotak susu dan beberapa bungkus roti di salah satu swalayan yang tak jauh dari kompleks perumahan Rafi dan Reno.

Saat sedang memilih beberapa kotak susu ia tak sengaja bertemu dengan Gavian yang sedang melakukan hal yang sama, Grea hanya tersenyum lalu mengambil beberapa kotak susu dan pergi ke kasir untuk membayar agar ia tak ketinggalan bus.

Lihatlah sekarang keduanya seperti dua orang yang tak pernah dekat bahkan kenal hanya sebatas sesama siswa di sekolah yang sama, Grea biasa saja toh memang harusnya memang begini saja hubungan mereka sedari awal hingga nanti.

Sebelum turun dari bus, Grea mendapat pesan dari Roger bahwa akan ada yang menjemputnya nanti. Grea tidak benar-benar yakin kali ini ia akan kembali dengan selamat ke kota ini.

Perlu gak ya gue pamit sama tuh kakek kakek yang ngaku-ngaku jadi kakek gue? batin Grea bertanya sambil berberes beberapa barang bawaannya.

Gak usah deh, entar tuh orang malah jadi wartawan nanyak-nanyak terus. batinnya lagi menggunakan sepatu.

Grea sudah siap tinggal menunggu mobil yang akan dijemput, berbicara tentang sekolahnya Roger sudah mengurus semuanya tanpa sepengetahuan siapapun.

Sebenarnya Grea tidak dapat membayangkan bagaimana cara Roger meminta izin kepada pihak sekolah untuk dirinya. Grea berani bertaruh dengan smart watch kesayangnya ini bahwa para guru di sekolahnya pasti bingung melihat Roger yang datang sebagai walinya, walau bisa dikatakan sudah berumur ketampan Roger itu tidak bisa dibantah mungkin julukan hot daddy cocok untuk pria itu.

Mobil jemputan Grea sudah tiba, hanya ada seorang sopir tanpa yang lain mungkin mereka dijemput secara terpisah agat tidak menggibah di perjalanan. Sedikit informasi panther in crime Grea itu semua laki-laki dan tampan-tampan pula tapi sayangnya jika mereka berempat sudah bergabung emak-emak penggosip tentangga pun kalah dengan penggibahan mereka.

"Non, tuan berpesan nona hanya diperbolehkan membawa diri dan benda yang sudah diberikan tuan sebelumnya." ujar sang sopir.

Grea yang mendengar itu mengangguk sambil mengunyah rotinya. "Gue tau kok, lagian gue memang gak bawa apa-apa selain roti sama susu. Bapak mau?" tanya Grea balik.

Sang sopir hanya menggeleng sambil berucap terima kasih. "Nona udah lama ya kerja sama tuan?" tanya sang sopir melirik Grea dari kaca.

Grea lagi mengangguk karena ia sedang minum, sopir baru suka kepo ya. "Udah dari tamat SD. Lagian bentar lagi saya juga mati kok pak." ujar Grea enteng seakan-akan hanya bercanda.

"Nona enggak boleh ngomong gitu." ujar sang sopir.

Grea yang mendengar itu tersenyum. "Saya enggak lagi bercanda kok pak, pernah denger orang hidup dengan satu ginjal sampe tua?" tanya Grea yang tidak bisa dijawab si sopir itu.

"Tapi kan non, bisa sembuh dengan transplantasi." ujar sang sopir setelah mereka cukup lama terdiam.

"Transplantasi ya pak? Kayaknya enggak deh karena ginjal saya yang satunya juga bentar lagi diambil sang pemilik, saya cuma anak organ pak. Orang tua saya ngurusin saya eh salah... orang tua saya ngebiarin saya hidup untuk stok organ aja jadi percuma transplantasi ginjal, buang-buang duit aja." ujar Grea yang kali ini tak bisa membuat sang sopir tak bisa berkata-kata lagi sampai mereka tiba di bandara.

"Hei Boss! Hei Brothers." sapa Grea, di antara mereka dialah yang paling muda dan cewek sendiri.

"Lama amat lo buset, Jane." gerutu salah satu dari mereka membuat Grea hanya terkekeh.

"Yasudah sebentar lagi kita akan take off, ayo." ujar sang bos sebelum terjadi cekcok diantara anak-anak angkatnya ini.

Grea yang mendengar itu hanya mengangguk melarikan diri lalu berjalan di samping sang bos agar tidak kena semprot oleh abang-abangnya -para panther in crime-

Grea sedikit mendekatkan tubuhnya kepada sang bos. "Bos masih inget sama permintaan saya kan?" tanya Grea dengan suara pelan.

Roger yang ditanya seperti hanya mengangguk, ia tidak akan melakukan apa yang diminta oleh Grea sampai kapanpun tidak akan pernah ia lakukan. Grea sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri mana mungkin ia tega melakukan apa yang diminta cewek itu.

✴✴✴

See you next post 👋

GWhere stories live. Discover now