"Yang Mulia," panggil Menteri Keuangan, mengintrupsi jarak hening di antara dua pangeran itu, "sungguh kejutan yang indah."

Donghyuck melompat kecilㅡmemotong dua langkah dan bergabung bersama mereka di bawah pergola anggur. Ia membungkuk pada Sungmin lebih dulu, kemudian membungkuk lebih rendah di hadapan Jaemin, lalu kepada sang menteri. Ia menyadari kehadiran Mark di situ, namun secara tidak langsung bertingkah tidak peduli. Bekas gigitan Mark terpampang jelas di lehernya, baik yang pemuda itu tinggalkan ketika malam pernikahan, maupun yang baru tercipta tiga malam lalu, bukti tanda bahwa ia adalah milik Mark dan Mark adalah miliknya. Mark seharusnya menyuruh Donghyuck menutupi tanda ituㅡmemamerkan tanda Ikatan bukanlah hal yang pantas, setidaknya di Lembah Raksasa, namun Donghyuck tidak berasal dari sana. Ia berasal dari pulau, di mana orang-orang menghiasi tanda Ikatan mereka dengan tinta warna-warni, memamerkannya bagai harga karun. Ia datang dari pulau, dan seluruh orang di Lembah tengah menggunjingkan kehidupan seksual si pengantin baru, tentang betapa kurang interaksi itu, sehingga setidaknya si pengantin baru kini mempunyai bahan baru untuk mereka pergunjingkan.

Tuan Kim melihatnya, tentu saja, namun ia cukup sopan untuk segera mengalihkan pandang sebelum Mark memelototinya. Pangeran Jaemin melihatnya juga. Tetapi, tidak seperti si menteri, ia tidak membuat pergerakannya tampak mencolok, matanya terpaku pada tulang selangka Donghyuck sebelum bergerak ke arah tanda Ikatan yang terpampang di bahu lelaki itu.

Pagi yang indah, tepat di penghujung musim panas, salah satu hari terhangat di sepanjang musim itu, namun tampaknya, bagi Mark, mereka seolah tengah berjalan di atas permukaan es tipis. Ia tidak suka cara Jaemin menatap suaminya, sama sekali. Pangeran atau bukan, tamu terhormat atau bukan, itu bukanlah cara yang pantas dalam memandang suami orang; tanpa dosa, terlalu berani.

Sungmin, yang masih belum menyadari ketegangan menusuk di antara kedua pangeran, pun berdiri, menyambut Donghyuck dan Jeno untuk bergabung.

"Selamat pagi, Donghyuck! Apa kau datang untuk melihat taman?"

Kesan akrab dalam cara Sungmin berbicara dengan Donghyuck terdengar nyaris lancang dibandingkan dengan cara bicara antara ia dan Mark yang terkesan kaku dan formal, dan Mark seketika merasa canggung. Apa begini cara semua orang memandang lelaki itu? Donghyuck yang berseri-seri, Donghyuck yang sopan, menawan dan lucu. Diri Donghyuck yang tidak pernah Mark lihat.

"Ya! Kudengar dari ratu bahwa sekarang bisa jadi kesempatan terakhir untuk menikmati ladang goldenrod, jadi aku mengajak Jeno berjalan bersamaku ke sungai!"

"Kau seharusnya meminta Mark untuk menemanimu ke sana, dia sangat familier dengan taman Ibu dibanding siapa pun. Kecuali Ibu sendiri, tentu saja."

Mark seketika tersadar dari kegelisahannya dan hanya bisa menatap ke arah sang kakak dengan ekspresi seolah terkhianati yang memadat di wajahnya, sebelum kemudian menoleh ke arah Donghyuck yang berkedip, tanpa sadar terjebak dalam perangkap Sungmin. Sangat jelas bahwa ia telah menanti pagi untuk dilewatkan bersama sahabatnya, dan bukan dengan suaminya yang secara tidak resmi tak ia sukai, dan Mark merasa terlalu kesal terhadapnya, terhadap Jeno, terhadap Sungmin dan bahkan terhadap Jaemin saat ini untuk benar-benar membawa Donghyuck berkeliling.

"Aku khawatir aku agak sibuk saat ini, Kakak," ia coba beralasan, namun Sungmin menggelengkan kepala.

"Tidak masuk akal, kalau kau punya cukup waktu untuk diam di sini dan mendengarkan perbincanganku tentang kumbang bersama Tuan Kim dan Pangeran Jaemin, maka seharusnya kau punya cukup waktu untuk membawa suamimu menikmati bunga-bunga."

Mark membuka mulut. Tentu saja ia tidak memiliki waktu untuk diam di sini, menguap di balik tangan dan sedikit iri pada Yukhei yang mungkin saja sudah berada di lapangan dan berlatih saat ini. Namun sang ayah memintanya bicara pada Jaemin. Secara tersirat. Untuk menanyakan perihal para pemberontak di perbatasan, dan kalau bisa, mencoba mencari tahu alasan mengapa si pangeran belum kembali ke kerajaannya. Itu adalah satu-satunya alasan yang mendorong Mark terjun ke dalam kegiatan menyiksa pagi ini, dan ia jelas tidak bisa bicara dengan Pangeran Jaemin apabila harus mengurus Donghyuck dan kekasihnya, menemani mereka berkeliling taman, bukan begitu?

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarWhere stories live. Discover now