Part 24: To get to you

11.6K 1.2K 134
                                    




No grammar Nazi please. I surely auto-block you once you did.

Happy reading y'all.. Let's spread positivism in this sometime-negative world.

Short Chapter alert!






I've been running through the jungle

I've been running with the wolves

To get to you, to get to you

-          Selena Gomez, Wolves




[BINTANG]

"Jadi kenapa kamu kembali Bintang?" tanya Banyu saat menghampiri Bintang ke apartementnya di Jakarta tepat setelah Bintang tiba disana.

Hanya ada mereka berdua di apartment, bahkan orang tuanya pun belum tahu kalau Bintang sudah kembali ke Jakarta. Bintang mengambil nafas panjang sambil meletakkan teh panas di hadapan Banyu.

"Mas gak capek pulang praktek langsung kemari?" alihnya.

Banyu tersenyum di kursinya sambil menyesap teh panasnya. Tahu kalau Bintang sedang berusaha membeli waktu. Dia sama Bintang memang sama saja. Mereka kakak beradik yang sama – sama introvert dan tidak terlalu suka membicarakan persoalan pribadi dengan orang lain. Tapi kali ini, jika Bintang sampai melepaskan impiannya menjadi chef yang hanya bisa dinikmatinya selama setahun, maka pasti ada sesuatu yang terjadi, sesuatu yang salah.

"Gak ada apa – apa kok mas. Aku cuman ngerasa udah waktunya balik aja." Ucap Bintang setelah Banyu hanya diam tanpa menjawab pertanyaannya.

Kali ini Banyu menghentikan kegiatannya menyesap teh dan menatapnya tajam.

"Oke, kalo emang gak ada apa – apa dan kamu ngerasa sudah waktunya balik, apa kamu siap kembali ke rumah sakit besok?"

Bintang terbelalak. Ia tahu ia harus kembali, tapi bukan berarti Ia siap langsung kembali.

"Eh.. nggg... yaaa.. ya gak gitu juga. Aku... aku... kan dikasih 1 tahun. Masih 4 bulan lagi mas, aku.. mau.. liburan dulu aja." Elak Bintang.

Bukan apa – apa, masalahnya dia gak yakin bisa fokus kalo kembali ke rumah sakit sekarang, secara saat ini isi kepalanya penuh dengan Ethan. Pekerjaannya sebagai dokter menuntut konsentrasi penuh darinya dan Bintang sama sekali gak yakin dia bisa konsentrasi saat ini.

Bintang menoleh gugup ke arah Banyu yang mengerutkan kening ke arahnya. Banyu pasti curiga walau dia menghargai privasi Bintang dan tidak mendesaknya.

"Mas Banyu, please.. jangan bilang sama mama dan papa kalau aku sudah kembali."

"Oke, tapi mas punya syarat."

Kali ini Bintang menatap Banyu dengan waspada. Syarat dari Banyu biasanya gak mudah.

"Kita ada proyek kerjasama dengan grup rumah sakit besar di Sumatera. Rencananya, kita mau merger dengan mereka untuk bikin 1 rumah sakit baru di Medan khusus untuk Otak. Nah karena saat ini kamu punya waktu luang lebih banyak dari mas, maka selama 4 bulan ini kamu yang harus memastikan persiapan proyek ini lancar. Wakilkan mas." Ucap Banyu tegas.

"Tapi.. tapi.. " sanggah Bintang berusaha berkelit.

"Gak ada tapi – tapian Bintang." Dan dari nada bicaranya, Bintang tahu Banyu serius.

"Untung tahap awal, kamu kenalan dulu aja sama CEO rumah sakit di Sumatera itu. Wakilkan mas ke acara penggalangan dana rabu depan. Nanti mas minta dia jemput kamu, biar kalian berangkat bareng aja supaya lebih akrab."

"Mas.." protes Bintang dan langsung terdiam saat tangan Banyu terangkat untuk mencegah Bintang protes lebih jauh.

"Sini ponsel kamu, biar mas save nomor dia di ponsel kamu. Ganteng kok orangnya, dokter juga. Namanya Rhenaldi Lubis."


[ETHAN]

Gue tiba di bandara Soekarno Hatta sore ini dengan penerbangan komersil, naik maskapainya Oliver.

Setelah beberapa hari mikirin baik – baik omongan Adrian dan Ira, gue ngerasa jadi orang paling tolol karena semua yang udah terjadi antara gue sama Bintang. Yep, gue emang otaknya doang yang jenius tapi kalo udah urusan hati mah lewat deh. Buktinya untuk nyadarin perasaan gue ke Bintang dan betapa menyesalnya gue atas semua yang terjadi aja butuh waktu berhari – hari.

Gue yakin Adrian sama Ira langsung syukuran saat gue akhirnya bilang gue bakal pulang ke Indonesia untuk mengejar Bintang kembali. It's about time kata mereka. Tadinya gue bahkan udah niat datengin jet gue ke Belanda biar bisa langsung ke Bandung, tapi sialnya selama gue di Belanda Sophie menempel ketat sama gue. Dia bahkan langsung niat ikutan gue balik juga begitu gue kelepasan bilang kalo gue harus balik ke Indonesia.

Demi apa? dia itu kenapa sih? Bukannya waktu pertama ketemu dia sebel banget ya sama gue? Nah ini kenapa sekarang dia mendadak ada di mana – mana di sekitar gue?

Gue bahkan rela naik penerbangan komersil lagi simply buat gak berduaan doang sama dia sepanjang penerbangan. Gue pun jadi  susah menghindar dari Sophie karena ternyata dalam waktu singkat dia berhasil nyari tau siapa gue dan apesnya,  ortunya kenal bokap gue. Damn! Bokap bahkan udah wanti – wanti biar gue memperlakukan Sophie dengan baik karena ortu kita temenan.

Sampai di Jakarta, gue mengantar Sophie dengan gak rela ke rumahnya di Pondok Indah  hanya karena takut kualat sama bokap. Dan setelahnya langsung minta asisten gue kirim helicopter yang bisa jalan saat itu juga ke Bandung. Bodo amat sama jet lag.

---

Evan menyambut gue dengan bingung waktu gue tiba di resort malam itu. Demi apa ini udah hampir jam 11 malam dan kitchen udah mulai closing waktu gue tiba.

"Bos" sapanya. "Bukannya lo masih di Amsterdam, ngapain lo kemari malam – malam?."

"Ketemu Syailendra tadi, ada yang urgent katanya."Dusta gue sambil melirik ke sekeliling ruangan. Gak ada tanda – tanda Bintang sama sekali, padahal ini malam minggu. Restoran pasti rame dan setiap malam minggu Evan dan Bintang pasti on duty bareng.

Evan menghampiri gue dengan secangkir kopi panas.

"Kopi aja ya bos, jangan wine." Kekeh Evan.

Gue mengangguk. Apa aja deh. Toh gue kesini gak cari minuman, gue cari Bintang. Walau gak mungkin gue bilang gitu terang – terangan. Apa kata Evan? Kan semua orang disini masih taunya Bintang itu laki.

Gue menyesap kopi perlahan sambil memperhatikan beberapa karyawan gue yang pamit pulang dan sekali lagi bingung saat gak menemukan keberadaan Bintang. Saking penasarannya gue gak tahan buat gak nanya.

"Si Bintang gak keliatan Van." Tanya gue sok santai, padahal gue penasaran banget.

"Loh, emang lo gak tau bos?"

"Tau apaan?" mendadak perasaan gue gak enak.

"Si Bintang resign."

---


Published on 30 Oct'19

DANG! Bwahahahaha... mampus lo Than. Makan tuh!

Eh... gak boleh gitu ya gue? Ehehehe... ya ma-ap! Abisnya gemeshh.. pake pulang sama mbak shopee segala. Niat kagak sih ngejar Bintang? Marah nih!

Chapter besok kita bikin susah hidupnya Ethan yaa.. yang setuju ngacung!

OBSESSEDNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ