chapter 27 : leave the cellphone

Start from the beginning
                                    

"Good to hear," gumamnya.

"Kau tahu, aku merasa tidak enak karena sikapku padamu malam itu. Aku membentakmu dan—ya, aku tidak perlu mengatakan ini. Tapi aku benar-benar kesal dan kacau saat itu. Aku sadar, aku tidak seharusnya melakukan itu padamu."

Tori terkekeh. "Kau memang berbeda," ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Maksudku, in the positive way, jangan salah sangka."

Aku menghembuskan napas yang tanpa kusadari telah tutahan sejak tadi. Ini tidak secanggung yang kubayangkan, aku terlalu berlebihan.

"That's not a problem, I'm okay. You drunk and I already know you didn't mean it." tambahnya. "Mungkin memang ini yang seharusnya terjadi. There's parting in every meeting, right? But don't worry, we're still can be friends. You can rely on me dan kuharap sebaliknya juga."

Aku tersenyum. "Aku minta maaf," ujarku, bingung mengapa aku terus mengatakan hal itu.

"Kau tidak perlu minta maaf," ujarnya. "Aku juga membuat kesalahan."

Aku tidak tahu harus menjawab apa, aku menunggu ia melanjutkan kalimatnya.

"Seharusnya aku tidak membicarakan tentang film itu di pesta," jelasnya. "Itu masalah pribadi, benar, 'kan? Aku tidak seharusnya membicarakan hal seperti itu di depan umum. Kau memang seharusnya marah."

"You're being more wise now," gumamku.

"Really?" ia terkekeh. "Bet that's just your feeling."

Aku ikut tertawa bersama Tori.

"Baiklah, kalau begitu aku—"

Suara dering ponsel menginterupsiku dan kami saling menatap.

"Ponselku tertinggal," ujarku membuat Tori langsung membuka tasnya untuk mengambil ponsel dan menyuruhku menunggu sementara ia menjawab panggilannya.

"Ada apa?" tanyaku melihat perubahan raut wajah Tori ketika ia selesai dengan panggilannya.

"Bukan masalah besar," jawabnya. "Seperti biasa, ibu menyuruhku melakukan sesuatu."

"Kau yakin itu bukan masalah besar?"

Ia mengangguk. "Tidak, aku serius. Ibuku hanya memintaku membeli beberapa obat."

"Baiklah," gumamku sambil berusaha mengingat di mana apotek terdekat. Hasilnya tidak ada. "Tapi... jarak dari sini menuju apotek lumayan. Aku akan mengantarmu."

***

"Terima kasih, lagi," kata Tori ketika aku menghentikan mobilku di depan rumahnya. "Aku selalu menyusahkanmu."

Aku tersenyum. "You can rely on me, remember?"

"Kuharap ini yang terakhir," kekehnya. "Terima kasih—kali ini untuk semuanya."

Aku mengangguk dan tersenyum selagi ia turun dari mobilku. Ia berdiri di dekat pagar rumahnya hingga aku melajukan mobilku kembali.

Masalahku dengan Tori sudah selesai dan rasanya seperti sebuah beban baru saja diangkat dari pundakku. Aku merasa begitu lega, meskipun baru menyelesaikan satu dari sekian masalah yang ada di kepalaku beberapa waktu terakhir. Andai menyelesaikan masalah perasaanku pada Carissa semudah ini, aku tidak akan menundanya lagi.

Aku segera menuju ke rumah Silena, tidak sabar untuk—premiere filmnya dan—bertemu Carissa.

"Hei, dari mana saja kau?" ujar Jack ketika aku tiba dan duduk di sebelahnya.

"Aku—"

"Baiklah, kita mulai saja sekarang," Silena menghentikan ucapanku. Ia mengklik ikon play melalui laptopnya yang tersambung pada protektor kemudian menempatkan dirinya di sebelah kekasihnya.

Falling in Your Lies • why don't we [✔]Where stories live. Discover now