Part. 14

22.6K 1.7K 70
                                    

Anin & Arka
2

"
"
"

☆☆☆

Dua orang pria terlihat terdiam di sebuah ruangan bernuasa putih. Kedua pria itu menatap seorang pria yang sudah sebulan lebih tidak sadarkan diri akibat aksi nekatnya.

"Gimana nih, Bri. Apa kita kasih tahu keluarganya aja?" tanya pria bernama Chandra.

"Gue juga bingung, Chand. Ini udah di luar rencana kita."

"Gimana kalo kita kasih tahu keluarganya aja, rasanya gue nggak tenang nyembunyiin hal besar ini. Apalagi liat wajah Bunda Nafiza yang terus murung, terus... istrinya. Gue ..."

"Gini aja, Chand. Kita tunggu seminggu lagi. Mau keadaanya ada kemajuan atau pun enggak. Kita akan ke rumahnya terus bilang tentang keadaan dia yang sebenarnya,"

"Gue setuju! Dan soal resiko yang akan kita hadapi..."

"Kita akan tanggung semuannya, Chand." potong Brian membuat Chandra terdiam.

Ruangan tempat mereka berada kembali hening, hanya ada suara mesin berbentuk kotak yang berbunyi.

"Gue nggak nyangka, Arka bakal buat rencana nekat kayak gini cuman karna mau lindungin istrinya," ucap Chandra memecahkan keheningan yang ada.

"Sama, Chand. Gue nggak nyangka juga. Arka yang kita kenal dingin dan cuek dengan semua perempuan yang mendekati dia, menjadi Arka yang rela melakukan apapun untuk satu orang wanita, dan itu istrinya. Gue salut banget sama cinta Arka sama istrinya," Lanjut Brian yang masih menatap Arka yang ada di atas ranjang dengan seluruh tubuh di pakaikan alat media.

"Ia, gue jadi ingat sama Zilva,"

"Zilva?" tanya Chandra.

"Iya, Zilva. Cewek yang nganggep Arka itu pacarnya padahal enggak."

Chandra nampak mengerutkan dahinya mencoba mengingat perempuan yang di sebut Brian.

"Oh, iya. Gue ingat dia! Dia yang nembak Arka di depan umumkan? terus karna dia nembak di dean umum, Arka cuman balas 'Hm' aja, nggak tahu tanda menolak atau nerima dia."

"Yaps... Arka sebenarnya ingin nolak dia, cuman karna dia nembaknya di depan umum, Arka jadi nggak tahu mau balas apa. Lo tahu sendiri, meski pun  Arka cuek sama pwrempuan tapi bukan berarti dia nggak punya perasaan. Dia cuman nggak mau Zilva malu di depan umum, jadi balasnya kayak gitu. Aslinya padahal pen nolak," ucap Brian panjang membuat Chandra terkekeh. Ia ingat masa-masa sewaktu SMA-nya dengan teman-teman lain, masa-masa sebelum ia di keluarkan dari sekolah.

"Apa kabar ya, Zilva-nya," Ucap Chandra.

"Gue dengar dia nikah sama pengusaha luar negeri," Jawab Brian.

"Eh, serius?"

"Iya, tapi sekitar dua tahun lalu gue dengar kabar kalau dia udah nggak ada, alias meninggal."

"Eh, Meninggal? Lo dengar dari mana"

"Salah satu teman dia, Katanya dia meninggal karna melahirkan anaknya. Ada yang bilang anaknya selamat ada yang bilang anaknya di buang sama suaminya karna nggak nerima kematian Zilva," Jelas Brian membuat Chandra terdiam.

"Lo serius kan?"

"Ya, Gue nggak pernah bercanda tentnag kematian orang, Chand. Dan lo tagu itu," balas Brian.

Hening.

"Cinta, Arka begitu besar ya, Bri. Kayak cinta lo sama Natal," ucap Chandra membuat Brian menatap padanya.

"Apaan sih, Chand."

"Lo sampe sekarang ini nggak niat nyari perempuan, cuman karna cinta lo ke Natal kan?"

"Ck, Apaan sih, Chand. Bawa-bawa masa lalu," ucap Brian sedikit tidak suka jika sahabatnya membuatnya teringat akan cinta masa lalunya. Cinta pada seorang gadis jutek dan galak sayangnya cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Bukan karna Cintanya memiliki cinta lain, tapi karna ia tidak bisa mengungkapkan cintanya secara langsung.

"Jujur aja, Brian. Sekarang ada kesempatan buat lo bersama Natal, kalau lo benar-benar cinta sama dia, lo dekatin dia, lo ungakapin rasa cinta yang lo pendam selama bertahun-tahun ini."

"Buat apa, Chand?"

"Buat miliki dia sepenuhnyalah." Brian menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Chandra.

"Jangan bilang lo udah nggak cinta sama dia, karna statusnya sekarang udah jadi janda anak satu," tuding Chandra membuat Briam menggelngkan kepalanya dengan cepat.

"Nggak! Gue cinta dia dengan ketulusan gue. Ya, walau pun dia nggak tahu dengan rasa yang gue pendam untuk dia. Sekali pun dia udah menjadi janda anak satu, gue tetap cinta sama dia. Cuman.. Gue sadar diri aja, Chand. Gue itu siapa dan dia siapa gue. Dia itu..."

"Dia itu anak orang kayak sedangkan lo nggak?" potong Chandra membuat Brian menganggukkan kepalanya lagi.

"Selain itu, Meski pun statusnya janda anak satu, tapi dia itu wanita berpendidikkan tinggi, Chand. Lah, Gue? Gue cuman anak orang biasa yang cuman punya ijazah SMP doang tambah lagi, gue cuman sampah masyarakat."

"Tapi, Bri. Cinta nggak mandang status..."

"Sudahlah, Chand. Nggak minta gue untuk dekatin Natal, biar gue yang mencinta, dia nggak usah tahu." Setelah mengucapkan hal tersebut. Brian keluar dari ruangan di mana Arka di rawat meninggalkan Chandra yang hanya bisa menghembuskan napasnya.

Chandra berjalan mendekati Arka yang terbaring tak sadarkan diri, "Ar, Cepat sadar dong. Gue bukannya nggak mau nungguin lo sadar cuman, gue nggak bisa tenang karna keadaan lo sekarang ini, gue selalu merasa bersalah setiap liat keadaan lo, liat keadaan Bunda lo, sama istri lo. Gue mohon, Ar. Cepat bangun!"

Chandra menghembuskan napasnya, ia melirik kotak yang berbunyi menampilkan garis yang naik turun. Tanda Arka masih hidup.

☆☆☆

"Nayla, Jangan lari-lari!" teriak Anin dari atas tangga saat melihat putri menuruni tangga dengan berlari.

"Ndak apa-apa Ma, Nayla jago kok." Anin mendengkus mendengar ucapan putrinya.

Anin memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Matanya sedikit memburam membuatnya mengucak matanya dengan tangan.

"Aw..." ringis Anin saat merasakan sakit di kepalanya.

"MAMA!" teriak Nayla saat melihat Anin jatuh dari tangga secara tiba-tiba. Teriakkannya yang begiu nyaring membuat semua pelayan yang sedang sibuk di dapur dan di ruangan lain segera berlari ke arahnya, begitu pun dengan Azril yang baru keluar dari kamarnya.

"Astaga!" teriak Azril menghampiri kaka iparnya itu.

Melihat keadaan Anin di penuhi darah membuat Azril panik, dan kepanikkannya bertambah saat suara Natla begitu nyaring menangis memanggil Anin. Tidak ada anggota keluarga yang lain sekarang ini. Ayah dan Bundanya masih sibuk dengan urusan pengadilan. Kakak kedua dan ketiganya pun tidak ada, begitu juga kakak iparnya.

Azril mencoba menggendong Anin, membawanya ke rumah sakit sementara Nayla di bawa oleh salah kepala pelayan yang ada.

'Ya Tuhan semoga baik-baik aja," Doa Azril dalam hatinya.

☆☆☆

Wis.. ada yang senag karna Arka belum mati? 😅
Jangan lupa vote dan komentar yang banyak yah... 😄😄😄

Senin, 21 oktober 2019

Arka & Anin 2 (✔)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt