Part 21

826 149 90
                                    

Happy Reading .. 🌻🌻🌻


Myungsoo memandangi layar ponselnya tanpa berkedip. Pesan yang dia kirimkan dua jam yang lalu itu belum dibalas. Jangankan dibalas, pesannya saja bahkan belum terbaca.

"Ini akhir pekan. Apa dia belum bangun?" Myungsoo melirik ke arah jam di dinding. Pukul 09.00 pagi. "Tidak mungkin Sooji belum bangun."

Myungsoo terus saja berbicara sendiri. "Atau apa dia begitu sibuk?"

Ketukan pintu yang terdengar membuat kesadaran Myungsoo kembali. Hweji muncul dengan wajah yang berseri. Kemarin Myungsoo tak berada di kantor, jadi dia tak bisa melihat wajah tampan bosnya ini.

Hari ini seharusnya mereka semua libur. Tapi pagi tadi Myungsoo menghubungi Hweji menanyakan tentang dimana Hweji menyimpan berkas kerjasama pembangunan penginapan di Pulau Udo. Myungsoo akan pergi kesana hari Senin tapi dia sama sekali belum sempat membaca apapun mengenai proyek mereka disana.

Myungsoo tak meminta Hweji untuk datang ke kantor, karena ini memang hari libur. Tapi Hweji tetap saja bersikeras ingin datang. Tentu saja dia tak akan melewatkan kesempatan untuk bertemu dengan Myungsoo apalagi dengan kondisi kantor yang sepi. Hweji berfikir mungkin saja ini saat yang tepat baginya untuk bisa lebih dekat dengan Myungsoo. Bahkan Hweji berdandan seolah dia akan pergi berkencan.

"Sajangnim.. ini berkas yang kau butuhkan."

"Ah terima kasih. Seharusnya kau tak perlu datang. Kau hanya tinggal mengatakan dimana kau menyimpannya. Aku bisa mencarinya sendiri."

"Tidak apa – apa sajangnim. Aku tidak keberatan melakukannya."

"Hmm baiklah. Terima kasih sekali lagi. Kau bisa kembali ke rumah sekarang."

Hweji terdiam. Bukan ini yang dia inginkan. Dia tidak berdandan secantik ini hanya untuk segera disuruh pulang. Dia belum lama sampai. Myungsoo bahkan tidak menatapnya. Myungsoo bicara padanya tanpa melihat wajahnya. Myungsoo langsung menekuri kertas – kertas sialan itu tanpa sedikitpun memperdulikannya.

"Apa sajangnim ingin minum kopi?" Hweji masih belum ingin menyerah.

Myungsoo mengangkat kepalanya dan menatap Hweji. "Tidak perlu. Aku akan membuatnya sendiri nanti. Lagi pula kupikir kekasihmu sudah menunggu. Jadi pergilah. Jangan buat dia menunggu lebih lama."

"Kekasih?"

"Ya. Kau sudah rapi, kupikir kau pasti punya kencan di akhir pekan seperti ini."

"Bagaimana dengan sajangnim? Apa sajangnim tidak pergi berkencan?"

Apa yang sedang kau tanyakan Do Hweji! Lancang sekali mulutmu. Bagaimana jika Myungsoo marah?

Seketika Hweji menyesali pertanyaannya. Sejak bekerja dengan Myungsoo selama tiga tahun terakhir tak pernah sekalipun Hweji dan Myungsoo membahas masalah pribadi. Myungsoo juga selalu berusaha menghindar jika Hweji mencoba memancing Myungsoo untuk lebih terbuka dengannya.

Ponsel Myungsoo berdering tepat saat Myungsoo akan menjawab pertanyaan Hweji.

"Halo.. Hayoung-ah. Ada apa?" Ekspresi wajah Hweji langsung berubah mendengar nada bicara Myungsoo yang langsung berubah.

Ini pertama kalinya dia mendengar seorang wanita menelepon Myungsoo. Dan Myungsoo menjawab dengan begitu santai. Sebelumnya hanya ada dua wanita yang sering menghubungi Myungsoo dan mendapat respon yang hangat seperti ini. Kim Jisoo, kakak iparnya dan keponakannya, Kim Sarang.

.....

"Tidak. Aku tidak di rumah. Aku sedang di kantor. Kenapa?"

......

Meaning Of LoveWhere stories live. Discover now