Part 19

823 153 57
                                    

Happy Reading .. 🌻🌻🌻


"Kau tak ingin bermain air? Ini sangat menyegarkan."

Myungsoo hanya menggeleng sambil tersenyum. Sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana panjangnya yang berwarna hitam, dia menikmati pemandangan indah di hadapannya saat ini.

Sooji terlihat senang saat deburan ombak menghantam kakinya, dia akan tertawa dan berlari menghindari ombak seolah sedang berkejaran dengannnya. Benar – benar bahagia tanpa beban.

Sesekali Sooji melihat ke arah Myungsoo sambil melambaikan tangannya. Sinar matahari yang cerah, langit biru yang bersih, pasir pantai yang halus, air laut yang menyegarkan dan seseorang seperti Kim Myungsoo. Semua hal itu lebih dari cukup untuk bisa membuat Sooji bahagia.

"Sebentar lagi Sarang pasti keluar. Seharusnya sekarang waktu belajarnya sudah berakhir."

Suara Myungsoo membuyarkan ingatan Sooji yang berkelana mengingat mimpinya semalam. Tadi pagi Sooji terbangun dengan perasaan tak percaya, bagaimana bisa pria yang saat ini duduk di sampingnya tiba – tiba bisa muncul dalam tidurnya. Terlebih saat membuka mata dia melihat pesan singkat dari Myungsoo. Dia butuh waktu untuk menapak ke tanah, kembali pada kenyataan yang ada dan mengingat kegilaan apa yang dia lakukan semalam saat dia sudah mengantuk.

Ya, baginya mengirim pesan pada Myungsoo semalam adalah kegilaan. Itu sebabnya dia butuh waktu lama untuk membalas pesan Myungsoo meski dia sudah membacanya.

"Ah.. ya.. aku tak sabar."

Sooji tersenyum menatap Myungsoo. Senyum yang mampu membuat hati seorang pria dingin seperti Kim Myungsoo menjadi berdetak kencang tak karuan. Debarannya jelas terasa berbeda.

Padahal ini bukan pertama kalinya ada wanita cantik tersenyum di hadapannya. Entah sudah berapa ratus wanita melakukan hal yang sama di hadapan Myungsoo. Tentu saja dengan maksud yang sudah jelas berbeda dari yang dilakukan Sooji saat ini. Entah mengapa Myungsoo kali ini merasa ada yang berbeda pada dirinya hanya karena melihat senyuman Sooji.

Saat ini mereka ada di dalam mobil. Mereka memutuskan untuk menunggu Sarang di dalam mobil saja. Cuaca di luar sangat panas.

"Tidakkah menurutmu kita terlalu sering berbicara di dalam mobil?" tanya Sooji sambil tertawa. Ini menjadi percakapan mereka yang ke sekian yang mereka lakukan di dalam mobil. Mereka memang pernah berbicara di ruang terbuka, tapi jumlahnya tak sesering mereka bicara di dalam mobil.

"Benarkah? Aku tak pernah memikirkan hal itu. Bagiku bicara denganmu dimana saja itu tak penting. Yang kusadari setiap bicara denganmu adalah 'Ah aku punya teman bicara yang menyenangkan sekarang.'"

Sooji menunduk, berpura-pura merapikan rambutnya yang menjuntai lalu melihat ke sembarang arah. Kemana saja, asal tidak menatap Myungsoo. Wajahnya saat ini pasti sangat merah seperti kepiting rebus. Memalukan jika Myungsoo melihatnya.

Tapi sayangnya, hal itu tak luput dari pengamatan mata tajam Myungsoo. Semburat kemerahan yang muncul di pipi Sooji yang putih bersih kembali memunculkan debaran aneh dalam hatinya.

Dia tahu gadis di sampingnya ini sedang malu karena ucapannya. Myungsoo juga tak bermaksud membuatnya menjadi tersipu seperti itu. Myungsoo merasa dia tak ahli menggoda ataupun merayu, itu sebabnya dia tak menyangka respon Sooji terhadap ucapannya barusan. Karena semua ucapannya tak ada yang direncanakan, semuanya meluncur begitu saja dari bibirnya secara alami.

"Oh oh.. itu Sarang. Benarkan?" seru Sooji sambil menunjuk seorang gadis kecil yang sedang berjalan keluar gedung sekolah.

Myungsoo mengangguk sambil melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil. "Ayo turun, temui teman barumu."

Meaning Of LoveWhere stories live. Discover now