Part 8

781 121 11
                                    

Happy reading ❤

Jinyoung kaget ketika mendapati sebuah SUV berwarna putih terparkir di depan kantor mereka. Dia tak pernah melihat mobil itu. Jadi dia berfikir itu pasti bukan mobil karyawan. Tapi ketika mendapati Sooji lah yang berada di balik kemudi, Jinyoung langsung mengetuk kaca mobil tersebut.

Mendengar kaca pintu mobilnya diketuk, Sooji yang sedang bersandar di kursi pengemudi sambil memejamkan mata pun bergerak. Dia menghapus sisa-sisa air mata yang tertinggal di sudut matanya sebelum membuka kaca, dan memberikan senyum terbaiknya pada Jinyoung.

"Noona.. apakah itu kau?"

"Seingatku nama di kartu tanda pengenalku masih Bae Sooji. Jika dia yang kau maksud yeaah.. itu aku." Kelakar Sooji.

"Kau .. menyetir?"

Sooji mengangkat bahu sambil tersenyum. Dia terlihat biasa saja dengan reaksi shock yang ditunjukkan Jinyoung.

Itu wajar saja. Sooji hampir tidak pernah membawa mobil sendiri ke kantor. Setiap hari ayahnya yang mengantar, atau jika tidak dia akan naik bus. Sangat jarang dia membawa mobil sendiri ke kantor. Kecuali saat-saat tertentu yang mendesak. Seperti saat ini misalnya.

Itu adalah aturan yang diberikan oleh Tn. Bae. Baik itu Soomi atau Sooji, mereka telah memiliki mobil masing-masing. Hanya saja mereka tak boleh membawanya ke kantor. Tn. Bae mengharuskan mereka pergi ke kantor bersama. Hal itu dia lakukan demi menjaga komunikasi antara dia dan kedua putrinya yang sudah semakin sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Bisa bantu aku mengambil koper di belakang?"

"Ohh.. tentu saja."

Tak berselang lama, sebuah mobil sedan berwarna hitam terparkir di sebelah mobil Sooji.

"Apa yang terjadi?" Junho keluar dari mobil dan langsung melontarkan tuduhan pada Sooji yang baru saja mengunci mobilnya.

"Oppa.. kau sudah datang?"

"Sooji. Jawab pertanyaanku. Ada apa ini?"

Sooji hanya menghela nafas kasar. Dia tahu tak akan bisa berkelit dari Junho. Pria itu terlalu mengenal dirinya.

"Jinyoung, bisakah kau bawa koperku ke ruanganku? Setelah itu tolong hubungi keluarga mempelai, dan pastikan mereka semua tak lupa dengan jadwal meeting terakhir kita pagi ini."

"Uhm.. baik noona." Jinyoung melangkah dengan berat hati. Padahal dia masih ingin lebih lama berbincang dengan Sooji. Tapi dia tahu, Sooji tak akan membiarkannya ikut bergabung dalam pembicaraannya dengan Junho. Jinyoung mengerti bahwa kedua orang tersebut sangat dekat. Jika tak mengenal secara dekat, banyak orang yang akan berfikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Sama seperti dirinya saat awal bekerja di tempat ini.

"Kau ingin minum kopi oppa?"

"Dan dari sudut pandang mana kau mengira bahwa aku akan membiarkanmu meneguk kopi sialan itu melewati perutmu yang masih kosong? Aku bahkan sangat yakin belum ada sebutir nasi pun yang masuk ke perutmu dan entah bagaimana, ibumu yang sangat protektif itu membiarkannya."

Sooji tersenyum. Dia bagaikan buku yang terbuka di hadapan Junho.

"Kalau begitu ke ruanganku saja. Aku ingin bersandar. Kepalaku berat sekali."

"Huh.. sudah tahu begitu masih mengajak minum kopi. Ckckck."

Junho berjalan masuk ke dalam kantor begitu saja tanpa menunggu Sooji. Sementara Sooji hanya bisa mengekorinya dengan diam.

Sesampainya di ruangannya, Sooji langsung merebahkan dirinya di bean bag di sudut ruangan. Spot favoritnya di ruangan kantornya.

"Sekarang ceritakan. Apa yang terjadi hingga kau menyetir sendiri hari ini?"

Meaning Of LoveWhere stories live. Discover now