Cruel Destiny

1K 123 10
                                    

Maaf terlambat, jadwalku padet banget. Aku bolak-balik ke kampus sampe malem, trus ada urusan lain juga :'(((


Happy reading!^^



~°~°~



Aku menatap pintu yang amat kukenali itu dengan gelisah. Pintu menuju tempat yang telah lama tak kujejaki karena perasaan takut selalu menghantuiku. Bahkan jika aku hanya melewati daerah itu.

Aku mengangkat tanganku untuk menekan bell. Namun niatku urung. Tanganku turun dengan sendirinya. Tubuhku lemas. Aku tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi setelah pintu itu terbuka. Akankah aku dibiarkan masuk? Atau ditendang secara kasar?

"Gwaenchanha ...." Aku menoleh ketika suara lembut itu datang bersamaan dengan sebuah genggaman halus.

Minho tersenyum tipis. Ia melirik ke arah Jason yang tertidur dalam gendongannya. Mengisyaratkan bahwa kami harus melakukan ini demi Jason. Dan bagaimanapun hasilnya, yang jelas ia akan berada di sisiku. Aku takkan menghadapi masalah sendirian.

Aku mengembuskan napas panjang. Berusaha menguatkan diriku kemudian menekan bell.

Sekali, dua kali ... tidak ada jawaban.

Aku hendak menekan bell sekali lagi, namun sebuah panggilan masuk ke dalam ponselku. Minho langsung mengisyaratkan agar aku mengangkatnya dulu.

"Aera Eonni," gumamku kemudian mengangkat teleponnya.

"Cepat pergi," ucapnya tanpa basa-basi. Jantungku langsung bereaksi akan suaranya yang panik. "(Y/n), jangan diam saja! Cepat pergi sebelum kau menyesalinya. Jangan datang sekarang, suasana hati Daddy masih–"

Belum selesai Aera Eonni bicara, pintu itu terbuka. Menampakkan sosok yang selama ini kurindukan tetapi sangat kutakuti. Yang jelas, ini bukan pertanda baik.

Wajahnya yang biasa hangat dan ramah kini sama sekali tak tampak seperti itu. Keras, dingin, dan merah. Aku tidak pernah melihat ayahku semarah ini sebelumnya. Bahkan ketika aku terang-terangan pernah bolos dari kelas dan membuat onar, kemudian orang tuaku dipanggil.

"Berani kalian menginjakkan kaki di sini?" tanyanya dingin.

Aku mempererat genggaman tangan Minho. Berusaha menyampaikan bahwa aku butuh bantuannya. Beruntung Minho peka. Ialah yang pertama kali mengeluarkan suara, "Kami hanya ingin melihat kondisi Abeoji. Sudah lama kami tidak bertukar kabar."

"Ohh ... sekarang kabarku penting?" tanya Ayah sarkastik. "Sudah lihat, kan? Aku baik-baik saja. Jadi pergilah sekarang sebelum aku naik darah."

"Daddy ...." Aku langsung terdiam ketika ia menoleh padaku. Wajahnya semakin keras.

"Aku tidak punya anak yang hamil di luar nikah. Jangan berani-beraninya memanggilku seperti itu kecuali kau mau menyingkirkan anak itu dan kembali pada sandiwara seperti semula."



Brak!


Pintu terbanting setelah ayah mengatakan kalimat jahat itu. Suara tangis terdengar. Jason terbangun karena bantingan pintu mengejutkannya.

Tapi aku tak bisa bergerak dari tempatku. Pikiranku kosong. Aku bahkan tak tahu emosi yang saat ini menguasaiku apa.

"Ayo kita pulang," ajakan Minho membuatku berjengit.

Cruel Destiny [Stray Kids Imagine Project]Where stories live. Discover now