Before We Fell in Love

2.9K 344 77
                                    

Yuhu~

I'm back~ adakah yang menunggu cerita ini? 😂

Masih ada stok, bisa double update kalau responnya baik. Jadi, jangan lupa teken lambang bintang sama komen yang banyak ya gaisss :')


Happy reading!^^



~°~°~

"Astaga, Seungmin!"

Aku menjerit kesal ketika menatap jarum jam yang menunjukkan pukul sepuluh lewat dua puluh menit pada jam tanganku. Langkahku dua kali lebih cepat, tergesa-gesa untuk mencapai kelas yang seharusnya sudah dimulai dua puluh menit yang lalu.

Ini baru minggu-minggu pertama kuliah. Masih tahap penyesuaian, seharusnya aku berangkat lebih awal untuk mencegah keterlambatan. Aku tidak boleh membuat namaku tercoreng di awal perkuliahan ini. Tapi sialnya, Kim Seungmin yang menyebalkan itu mendepakku begitu saja dari mobilnya di tengah jalan karena tugasku tertinggal. Kalau saja dia mau sedikit berkorban dan mengantarku kembali ke rumah, aku takkan setelat ini. Setidaknya aku tidak sendirian.


Langkahku terhenti ketika mataku menangkap ruang kelas dengan pintu terbuka yang dijadwalkan untuk mata kuliah bahasa hari ini. Dari sana aku bisa melihat dengan jelas suasana kelas yang tampak mencekam meski dosen bersurai hijau itu hanya duduk diam di depan tanpa melakukan aktivitas apa pun.

Otakku cepat tanggap untuk mengenali situasi yang sepertinya terjadi di dalam sana. Jadi, dengan gerakan cepat aku memutar tubuhku dan mulai melangkah pergi. Kepalaku tertunduk, aku menghela napas berat.

Hampir saja...

Kalau aku masuk, sama dengan bunuh diri. Suasana hatinya pasti sangat buruk sehingga diamnya menimbulkan aura ketegangan yang memancar sampai ke luar kelas. Jika aku menampakkan diri dan memberi alasan atas keterlambatanku, aku sudah pasti didepak sebelum benar-benar masuk. Lebih baik pergi dengan terhormat kan?

Kabur. Lalu aku bisa beralasan tidak masuk kuliah karena sakit. Lagipula, tidak ada tugas untuk mata kuliah itu. Aku hanya perlu menemui dosen Bahasa Inggris, memberikan tugasku –yang tadi sempat tertinggal di rumah– padanya, lalu pergi. Masa bodoh dengan Seungmin yang mungkin mengkhawatirkanku. Aku tidak akan mengabarinya. Lagipula, suruh siapa dia menurunkanku di tengah jalan? Tidak tidak, suruh siapa dia tidak mengingatkanku soal tugas Bahasa Inggris?



"Saya ingin menambahkan sebuah program kerja baru, di mana seluruh anggota BEM akan berkumpul pada hari dan jam yang ditentukan sesuai kelompok untuk mengulas materi kuliah yang belum dipahami."

Aku terdiam ketika mendengar suara lantang berbicara dari arah aula. Ketika menoleh, aku menemukan pintu aula terbuka lebar. Ada banyak mahasiswa berseragam almamater di dalamnya, tetapi ada juga yang tidak. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Karena penasaran, aku memutuskan untuk mengendap-endap masuk, duduk di sebuah kursi kosong di bagian belakang sehingga kemungkinan untuk tertangkap basah tidak banyak.

Di depan sana, seorang pria berdiri di atas panggung. Tepatnya di hadapan sebuah podium, tengah berpidato. Atau mungkin... tengah orasi untuk calon ketua BEM?

"Akan ada beberapa kelompok dengan satu mentor seorang mahasiswa yang memiliki pemahaman lebih pada mata kuliah tersebut di setiap kelompoknya. Anggota boleh bergabung sesuai dengan mata kuliah yang kurang dipahami dan mendapat pemaparan lebih jelas dari mentor, sharing sesama anggota, atau mengerjakan tugas bersama. Dengan begitu, beban untuk mengejar nilai mata kuliah yang tertinggal bisa berkurang. Selain meningkatkan kerjasama dan juga pemahaman akan materi kuliah, anggota juga secara tidak langsung akan melatih public speaking. Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan potensi akademik para anggota sehingga anggota tidak hanya aktif berorganisasi, tapi juga bisa dibanggakan lewat prestasi."

Cruel Destiny [Stray Kids Imagine Project]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang