His Confession

1.3K 222 44
                                    

Yuhu~ I'm back!


Happy reading!^^



~°~°~



Aku mengerjap pelan ketika menemukan sosok Minho berdiri di depan pintu bahkan sebelum matahari terbit dengan sebuah boneka beruang berukuran sedang di tangannya. Ia memakai jaket hitam dengan bagian lengan berwarna putih. Ia menggaruk tengkuknya yang kuyakini tak gatal, tatapannya lurus menatapku yang linglung karena baru saja terbangun setelah eonni mengetuk pintu kamarku berkali-kali dan menyuruhku membuka pintu.

Ahh ya, aku lupa bilang...





...Minho berdiri di depan pintu kamarku.

"Annyeong," sapanya. "Ini masih terlalu pagi ya?"

Aku masih mengerjap, diam di tempat dengan perasaan bingung yang luar biasa. Ya, siapa juga yang tidak bingung kalau tiba-tiba menemukan seorang pria berdiri di depan pintu kamar dengan sebuah bonekan pagi-pagi buta begini?

"Mian, aku tidak bisa menunggu sampai matahari terbit. Aku tidak bisa tidur karena aku terus fokus memikirkan ini jadi aku datang karena aku perlu sedikit tidur sebelum rapat besar BEM nanti."

Aku melirik ke arah tangga, tempat di mana eonni menunggu Minho menyelesaikan urusannya denganku —mungkin juga menunggu waktu untuk mendepaknya. Dia tampak mengantuk dan tak begitu peduli dengan apa yang Minho katakan. Ia hanya duduk di tangga dengan tangan menopang dagu, berusaha tidak tertidur dan jatuh berguling di sana.

"Ini untukmu." Kalimatnya membuat atensiku kembali padanya. Ia menyodorkan boneka itu padaku yang segera kuambil meski tidak tahu apa maksud dari pemberiannya.

"Aku hanya akan memberikan itu. Tolong baca suratnya baik-baik dan telpon aku setelahnya," ujarnya. Ia memberiku senyuman tipis. Tangannya bergerak mengusap kepalaku lembut. "Mian, aku mengganggu waktu tidurmu. Beristirahatlah... Hari ini ada tes Bahasa dan Budaya Korea kan?"

Ia tertawa pelan setelah melihatku hanya mengerjap bingung. Ia melambaikan tangan kemudian berlalu pergi menghampiri eonni dan langsung mendapat pukulan pelan pada kakinya dari eonni.

Aku menunduk, menatap boneka beruang berwarna cokelat muda dengan pita kotak-kotak berwarna merah di lehernya. Ada sebuah amplop putih yang digantung pada pita kotak-kotak merah itu.

Aku kembali melirik ke arah tangga, memastikan bahwa keduanya sudah turun sebelum akhirnya kembali ke kamar. Aku menjatuhkan diri di atas ranjang yang masih berantakan dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Aku memperhatikan boneka itu lekat-lekat sebelum akhirnya menarik amplop itu dan membuka isinya. Ada sebuah kertas berwarna biru muda di dalamnya. Aku segera membuka lipatan kertas itu dan membaca isinya.




Untuk Shin (y/n),

Aku tidak pandai berkata kecuali untuk organisasi. Jadi, aku akan langsung ke intinya.

Sepuluh hari yang lalu, aku pertama kali melihatmu di rumah Aera. Tadinya kupikir kau seperti Aera, wanita yang membuatku bisa membuka diri sehingga kami bersahabat sampai sekarang. Kupikir kau akan menjadi sahabatku yang selanjutnya. Tapi, rupanya kau berbeda. Aku tidak ingin berteman denganmu, aku ingin melindungimu.

Akhir-akhir ini, aku tak bisa melakukan sesuatu dengan benar bahkan sempat kehilangan fokus saat rapat BEM. Apa aku sudah pernah bilang kalau aku hanya bisa fokus pada satu hal? Sekarang kau menjadi fokusku. Aku yakin aku takkan bisa melakukan hal lain dengan benar jika tidak mengatakannya saat ini juga padamu.

Cruel Destiny [Stray Kids Imagine Project]Where stories live. Discover now