Sarang tersenyum tipis saat mendapati pamannya turun dari sebuah mobil. Dia sempat mengernyit melihat mobil yang digunakan Myungsoo. Dia tak pernah melihat mobil jenis itu di rumahnya. Karena semua mobil dirumahnya berjenis sedan, tak ada yang berjenis SUV seperti yang kini dibawa Myungsoo.

Sarang sudah tahu bahwa hari ini Myungsoo yang akan menjemputnya. Ibunya menelepon gurunya dan menyampaikan pesan bahwa Sarang akan pulang dengan pamannya. Oleh karena itu dia tak terlihat terkejut saat mendapati Myungsoo berjalan menghampirinya. Tapi ada hal lain yang membuat Sarang tetap saja merasa terkejut pada akhirnya.

Ketika Sooji berjalan di belakang Myungsoo dan menuju ke arah yang sama, yakni kearahnya.

"Bagaimana harimu?" sapa Myungsoo yang saat ini sedang berjongkok di hadapan Sarang seraya mengacak rambut keponakannya itu. Wajah Sarang terlihat datar. Dia sama sekali tak tersenyum meski Myungsoo menggodanya seperti itu.

Dengan acuh dia merapikan rambutnya dan bertanya, "Paman datang bersamanya?"

Melihat Sarang menatap ke arah Sooji membuat Myungsoo juga ikut mendongak. Myungsoo tersenyum dan kembali berdiri.

"Benar. Kau masih ingat dengannya kan? Dia pernah makan siang bersama kita."

Sarang mengangguk sambil terus saja menatap Sooji. Sooji yang masih merasa bersemangat karena akhirnya dapat bertemu lagi dengan Sarang pun membungkukkan badannya. Seraya mengulurkan tangan dia menyapa gadis kecil itu dengan riang. "Lama tidak bertemu. Senang bertemu denganmu lagi."

Sarang menatap lama tangan yang terulur padanya hingga akhirnya dia menjabat tangan Sooji pelan. Sooji tersenyum lega melihatnya. Dia tahu gadis kecil ini butuh waktu untuk menerima dirinya. Itu sebabnya dia menunggu dan tidak menarik tangannya meski Sarang hanya diam saja.

Hanya sebentar Sarang menggenggam tangan Sooji lalu melepasnya dan meninggalkan dua manusia dewasa di hadapannya untuk naik ke mobil. Meski begitu senyum di bibir Sooji makin lebar. Matanya semakin berbinar-binar. Dia terlihat bahagia. Dan Myungsoo tak perlu kemampuan cenayang untuk tahu hal itu. Dan entah mengapa hati Myungsoo juga ikut menghangat melihatnya.

"Kau ingin es krim? Bukankah hari ini udaranya sangat panas?" Myungsoo menatap kaca spion tengah untuk melihat reaksi Sarang. Gadis kecil itu memilih untuk duduk di tengah, sementara Sooji tetap duduk di depan. Dia sebenarnya sangat ingin duduk di tengah bersama Sarang, tapi Sooji menahan dirinya. Dia tak ingin Sarang merasa tak nyaman karena dirinya. Gadis itu masih butuh waktu untuk menerima dirinya.

"Aku ingin strawberry." jawab Sarang acuh sambil menatap keluar jendela. Tampak teman – temannya sedang berlarian dan bergurau bersama. Sarang hanya melihatnya dengan pandangan yang tak bisa diartikan.

"Okee.. baiklah. Kita akan pesan patbingsoo yang besar untukmu."

Mobil mereka perlahan meninggalkan area sekolah dan menuju salah satu kedai es krim tak jauh dari sekolah Sarang. Bukan kedai yang besar, tapi tempat itu terlihat sangat nyaman. Myungsoo dan Sarang sering menghabiskan waktu disana jika sedang ingin makan es krim.

Kedai itu milik seorang wanita paruh baya yang hidup sebatang kara. Mendiang anak dan suaminya sangat menyukai es krim. Itu sebabnya kini wanita itu membuka sebuah kedai es krim untuk selalu mengenang orang – orang yang dikasihinya.

"Selamat datang.." Bibi pemilik kedai setengah membungkuk untuk menyapa pelanggannya. "Ohh kalian.. lama tak kemari."

"Iya bibi, belakangan aku sangat sibuk. Jadi kami baru sempat kemari." Myungsoo menjawab dengan senyum tipis. Mereka memilih meja di dekat jendela sehingga masih bisa merasakan angin sepoi walau udaranya cukup kering.

Meaning Of LoveWhere stories live. Discover now