26 : [ 악마 ] - Agma - Devil - 3

318 54 23
                                    

Setelah meninggalkan tempat Eunhyung, Jooheon segera menuju ke rumah sakit. Menyelinap ke dalam kantor seorang dokter dan meminjam pakaian prakteknya. Untuk menyamarkan wajahnya dia memakai masker untuk menutupi setengah wajah dan juga kacamata besar. Sebelum dia keluar dari ruangan, tak lupa dia asal mengambil satu board yang berada di atas meja kerja.

Merasa cukup dengan penyamarannya, dia bergegas keluar dari ruangan. Dia menjaga agar sikapnya agar terlihat senormal mungkin. Meski dia berjalan dengan sedikit menundukkan kepala untuk menghindari kemungkinan dia bertemu dengan bawahan Eunhyung di sana. Saat berjalan di lorong rumah sakit, dia melihat dua petugas polisi berseragam di dekat mesin penjual kopi otomatis yang sedang mengobrol. Dia memperlambat langkahnya dan menajamkan pendengarannya.

"Bagaimana dengan tanggapan kantor pusat?"

Polisi yang ditanyai meneguk kopinya sebelum menjawab. "Mereka akan mengirimkan Letnan Kim kemari. Tepi kurasa mereka tidak akan tiba sebelum malam."

"Wae?"

"Mana aku tahu. Tapi sepertinya, Letnan Kim masih menjadikan kematian dua akuntan itu sebagai prioritas."

"Oh? Aku baru ingat, jika ada yang mengatakan padaku jika Letnan Kim tidak mengijinkan petugas lain untuk ikut campur selain orang-orang yang dia tunjuk. Apakah itu benar?"

"Hem." Temannya mengangguk. "Sepertinya kasus itu bukan kasus biasa, mengingat bagaimana Letnan Kim memberlakukan pengamanan ketat untuk barang bukti penyelidikan. Dan sekarang Letnan Kim masih harus mengurusi kasus penyerangan ini."

"Sebelum ini aku sangat ingin segera mendapatkan promosi jabatan tapi melihat bagaimana akhir-akhir ini Letnan Kim, aku rasa memiliki jabatan tinggi belum tentu enak."

"Ish, jabatan tinggi tidak menjamin, pekerjaan kita menjadi lebih sedikit atau gampang. Oh ya, bagaimana dengan kerabat dari korban penyerangan. Apakah dari mereka sudah ada yang mau ditanyai?"

"Jangankan ditanyai, petugas mendekat saja mereka sudah menggila." Dia menunjuk pipinya yang terluka. "Kau lihat ini? Salah satu bibi dari kerabat korban, menyerangku saat aku akan menanyai korban. Mengatakan jika aku---"

"Hush,, sudah. Sudah. Sebaiknya kita kembali berjaga sampai Letnan Kim dan timnya datang."

Jooheon menundukkan kepala, berpura-pura memeriksa board yang dibawanya ketika dua polisi itu berjalan melewatinya.

"Di mana mereka dirawat?" Batin Jooheon.

~~~~~~

"Terima kasih, anda sudah bersedia menemuiku dan timku." Kata Jaejoong ketika dia bersama Yoochun dan Wonho mengikuti Sangjin menuju ruang kerja Sangjin.

"Tidak perlu berterima kasih." Sangjin menjawab sambil membukakan pintu untuk tamu-tamunya. "Aku justru ingin meminta maaf pada Letnan dan juga yang lainnya. Karena aku dengar anda sekalian berusaha menemuiku siang ini tapi aku sedang tidak di tempat. Silakan duduk."

Setelah mereka semua duduk, Jaejoong kembali berkata. "Jika tidak keberatan, kemana anda pergi tadi siang?"

"Selain sebagai anggota partai, aku memiliki bisnis kecil-kecilan. Saat memiliki waktu senggang, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi kantorku. Setelah itu aku pergi menemui ketua partaiku, Im Younghan."

"Oh?" Bibir Jaejoong membulat. "Benarkah?"

Sangjin mengangguk. "Ne. Apa ada yang salah?"

A MAN BEHIND THE MIRROR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang