6

834 131 38
                                    

Meski telah lewat tengah malam Jaejoong yang tidak bisa tidur memilih untuk mengulas lagi kasus yang sedang ia tangani, demi menyingkirkan rasa sepi dan kekhawatirannya pada Yunho. Ia berusaha untuk tetap sibuk dan tak membiarkan otaknya kosong.

Ia menarik sebuah glassboard pribadi yang biasa ia gunakan untuk menganalisa. Ia membuat garis lurus panjang, membagi papan menjadi dua bagian. Di bagian pertama ia membuat gambar denah lokasi TKP pertama dan bagian kedua adalah TKP, mengandalkan daya ingatnya, menambahkan hal-hal detail kecil berupa jalan di bagian depan, tangga darurat dan juga hunian di sekitarnya.

Sambil mengeryit melihat gambaran kasarnya, Jaejoong berpikir, di mana kira-kira pelaku memarkirkan kendaraan untuk membawa unit data dari lokasi pertama menuju ke lokasi kedua.

Ia mengetuk-ngetuk pelipisnya menggunakan ujung pulpen, menggigit bibir bawahnya sambil berpikir keras untuk mengingat detail paling kecil, sekecil apa pun ia harus mengingatnya. Jaejoong bergerak mendekati papan, menandai satu titik dengan tanda 'X' di lokasi pertama. Masih di TKP pertama, rumah Kijong, tanda 'X' lain ia bubuhkan. Tapi tak lama ia menghapusnya lagi, memindahkannya ke tempat yang lebih dekat dengan TKP. Sekarang ada dua tanda 'X' di lokasi pertama yang paling memungkinkan, pikir Jaejoong.

Matanya beralih ke TKP ke dua, ia mengamati semua detail, bahkan ia juga mengambarkan letak dan posisi korban ketika di temukan.

Ia melipat tangan di depan dada, memainkan bibirnya, dengan kepala sedikit miring ke sisi kanan. Ia memikirkan kemungkinan pelaku yang mengangkut komputeri milik Kang Jihyun melalui tangga darurat tapi segera ia tepis, terlalu merepotkan untuk dilakukan.

Di lokasi ke dua, Jaejoong lebih fokus pada bagaimana cara pelaku membawa komputer dan CPU nya dari lantai atas sampai ke bawah. Menaiki tangga darurat seperti saat dia masuk setelah membunuh korban agaknya terlalu riskan. Apa lagi di lokasi kedua terdapar CCTV di jalan depan apartement dan tak ada mobil atau pergerakan asing yang tertangkap kamera pada jam kejadian.

"Di mana dia parkir? Apa dia bekerja sendirian?" Gumam Jaejoong.

Membawa pita perekat, mungkin stungun, dan alat apa pun yang ia gunakan untuk membakar--persiapan. Memakai senjata yang ada untuk membunuh. Oportunis.

Dia tahu tempat tinggal korban pertama tidak memiliki kamera keamanan ataupun alaram. Dan bahwa lokasi kedua memiliki sistem keamanan yang lebih baik. Mengintai lebih dulu, persiapan lagi. Atau memiliki pengetahuan pribadi tentang lokasi-lokasi itu.

"Hmm, apakah dia pernah memasuki kedua lokasi sebelum melakukan pembunuhan?"

"Atau punya hubungan pribadi dengan kedua korban? Dendam pribadi? Iri?"

Jaejoong memutar papan hingga bagian depan berpindah ke belakang dan bagian belakang yang masih polos menghadap ke arahnya. Ia menuliskan kemungkinan yang telah ia pikirkan. Menggamar skema hubungan korban dengan beberapa orang yang telah ia temui, juga praduga hubungan kedua korban dan pelaku.

Ia bergerak mundur, menarik kursi dan memindahkannya agar bisa mempelajari skema yang telah ia buat lalu duduk.

"Apa yang kau ketahui Yoo Kijong? Apa yang kau miliki? Apa yang kau temukan? Apa pun itu, kau menjadi cemas dan berada dalam bahaya."

Memasang kunci ekstra, lubang intip, menyimpan tongkat baseball di dalam kamar. Dia memang cemas, pikir Jaeojoong mengambil kesimpulan. Tapi tidak sampai pada taraf ingin menceritakannya pada adik satu-satunya atau atasan yang katanya berteman dengannya.

Jihyun tidak meminta izin dari kantor, berniat datang ke kantor pagi itu. Tidak setakut dan secemas Kijong. Mungkin ia dibunuh karena memiliki hubungan dengan Kijong.

A MAN BEHIND THE MIRROR Where stories live. Discover now