21.

505 84 64
                                    

Studio foto milik kenalan Kihyun seperti sebuah gua, setidaknya di ruang gelap tempat mereka berada saat ini. Tempat itu tidak besar namun cukup terkenal karena mereka memiliki list daftar reservasi jasa yang lumayan padat untuk satu bulan dan sudah ada empat hari terisi di bulan selanjutnya. Tempat itu dikelola oleh seorang namja berusia menjelang empatpuluh tahun bernama Kim Hyungsoo dan ternyata ini bukanlah pertemuan pertamanya dengan Jaejoong karena Hyungsoo pernah melihat Jaejoong di rumah duka.

Jaejoong memperhatikan foto-foto yang dijepit menggunakan penjepit kertas di sebuah tali memanjang di atas sebuah tempat yang menyerupai meja panjang dengan dua cekungan berbentuk persegi berisi air. Jaejoong harus menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas foto yang tergantung di tali tersebut karena cahaya kemerahan yang minim tidak terlalu membantu penglihatannya. Dari yang dia lihat, foto itu seperti kumpulan foto sebuah keluarga kecil terdiri dari namja dan yeoja yang sedang mengandung. Yeoja di dalam foto itu terlihat memakai pakaian yang berbeda di beberapa foto dan style rambut yang berbeda pula. Ada foto yang sangat menarik perhatian Jaejoong, yaitu foto di mana yeoja yang sedang mengandung itu seperti hanya memakai balutan kain yang sangat panjang dan dibelitkan di bagian dada lalu pinggang lalu sisa kain menjulur di belakang pantatnya sampai ke lantai menyerupai ekor, mengekspose perutnya yang membesar. Rambut panjangnya dibiarkan terurai, sedikit berantakan. Lalu namja yang menjadi pasangannya hanya memakai selembar kemeja polos dengan celana pendek berlutut di depan si yeoja, mendongak dengan senyum di wajah, mengenggam salah satu tanagn si yeoja seolah si namaj sedang melamar si yeoja. Dari wajah keduanya, Jaejoong menyimpulkan mereka adalah pasangan yang bahagia.

"Mereka pasangan muda yang kami temui seminggu yang lalu untuk melakukan maternity shoot. Kehamilan pertama." Kata Hyungsoo tiba-tiba dari arah belakang Jaejoong.

"Kalian mengambil gambar dengan indah." Puji Jaejoong.

"Thanks." Jawab Hyungsoo dengan senyum di wajahnya. "Tapi sebenarnya sebuah foto terlihat indah karena aura yang diberikan oleh objeknya. Daripada sekedar mengambil gambar orang yang memiliki ketampanan dan kecantikan aku lebih menyukai mengambil gambar dengan perasaan."

Jaejoong mengangguk meski tak sepenuhnya paham dengan yang dimaksud oleh Hyungsoo. Dulu Yunho juga menyukai mengambil gambar tapi lebih menyukai mengambil gambar pemandangan daripada orang dan meski Yunho pernah bicara panjang lebar tentang fotografi Jaejoong sama sekali tidak paham.

"Ini." Kata Hyungsoo menyodorkan sebuah kotak pada Jaejoong.

Ketika Jaejoong membukanya, kotak itu berisi setumpuk klise foto yang sudah sangat lama tidak dia lihat sejak dia dewasa. Setahunya sekarang sudah aca cara menyimpan dan mencetak foto yang lebih modern daripada ruang gelap dan klise tapi melihat benda itu dia merasa seperti sedang bernostalgia.

"Aku tidak tahu apa yang kalian cari. Kihyun hanya memberitahuku kalau kau akan datang untuk menanyakan beberapa hal padaku."

Jaejoong menurunkan klise yang baru saja dia terawang dan memasukkannya lagi ke dalam kotaknya.

"Seberapa dekat hubunganmu dengan Yoo Kijong?" Tanya jaejoong.

"Cukup dekat tapi tidak juga. Bisa dibilang aku hanya melatihnya untuk mengambil foto tapi Kijong tidak terlalu berminat seperti Kihyun. Setiap mereka mengambil foto, aku akan mengajak mereka kemari untuk membantu mencetak foto mereka. Lama kelamaan mereka dapat melakukannya sendiri dan karena frekuensi kedatangan mereka yang lumayan tinggi aku menyediakan loker pribadi untuk mereka menyimpan semua klise atau hasil foto polaroid mereka."

"Polaroid?" Ulang Jaejoong.

"Ya."

Jaejoong kemudian mengikuti Hyungsoo keluar dari ruangan dan menuju ke sebuah ruangan lain yang lebih terang.

A MAN BEHIND THE MIRROR Where stories live. Discover now