Sad Ending

408 52 27
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif dan murni berdasarkan imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama dalam bentuk apapun, bukanlah unsur kesengajaan. Pemilihan setting tempat hanya berdasarkan minat dan imajinasi penulis. Tidak pernah ada kejadian serupa di tempat sebenarnya. Beberapa institusi, istilah, dan sistem mungkin tidak sesuai dengan konteks Indonesia yang sebenarnya. Organisasi Secret Detectives juga merupakan karangan. Segala aturan yang diceritakan juga hanyalah fiktif.

----------------------------------------

Selamat membaca 😊
Tandai typo dan kalimat rancu ya

**********

“Jassen, carikan aku rute lain!” suara Karis terdengar. Sekilas Naura melirik Jassen yang terlihat sibuk kemudian pandangannya beralih pada layar yang memperlihatkan posisi Karis.

“Biar aku tujukkan, Mas. Fokus saja menyetir dan habisi bajingan itu!”  Naura akhirnya menyahut.

“Naura,” gumam Karis lirih. Tak menghiraukan respon kaget Karis, Naura langsung memberikan arahan.

"Belok kiri setelah toko cat,” Naura mulai memberi arahan. “Lurus sampai perempatan— ke kiri di gang ke empat!” Naura terus memberikan instruksi. “Mas akan sampai di jalan besar. Posisi Mas Arsyad, dua ratus meter di kanan saat Mas Karis keluar.”

Alarm tanda bahaya tiba-tiba berdering. Jassen yang baru saja mengirim surel pada Abdul mengenai beberapa informasi pribadi beberapa orang yang dibekuk di rumah Victor, saling bertatap dengan Naura dengan tatapan panik. Mata Jassen langsung terarah pada layar yang menampilkan CCTV lantai satu warnet.

Empat orang bermasker dan bersenjata berhasil masuk menerobos warnet saat Arlan dan Ghani sedang membersihkan ruangan itu. Arlan dan Ghani yang notabene mantan preman, tetap saja tidak bisa menghadang mereka. Posisi Arlan dan Ghani tidak siap. Kemampuan bela diri mereka tidak kuasa menghalau rentetan tembakan yang dicetuskan. Apalagi mereka tidak memegang senjata. Beruntung, Ghani masih kuat meraih tombol darurat hingga alarm berbunyi di lantai dua.

“Mereka pasti anak buah Yakob! Mereka mau menangkapku,” kata Naura dengan raut panik.

Jassen mengulurkan tangannya menganggenggam tangan Naura yang mulai gemetar sembari meminta back up kepolisian.

"Tidakkah ruangan ini dilengkapi kunci keamanan berteknologi tinggi?" tanya Naura.

"Ya, aku sudah aktifkan. Tapi tetap saja. Pintu akan terbuka jika mereka meledakkannya,” jawab Jassen.

"Naura, aku bukan polisi seperti yang lain. Aku nggak mahir memegang senjata maupun bela diri jadi kita harus bersiap untuk hal terburuk,” ucap Jassen kemudian bangkit menuju brangkas senjata. "Kamu bisa kan?" tanya Jassen sambil mengulurkan pistol dan peluru cadangan. Naura mengangguk mantap.

Jassen mematikan seluruh komputer. Langkah terakhir yang dia lakukan adalah menembaki semua perangkat agar data dalam komputer tetap aman, kecuali para bajingan itu mau repot-repot mengangkat perkakas komputer besar dan membawanya.

"Alright, Naura, kita hadapi sendiri dulu. Mobil back up terdekat masih sekitar tiga kilo meter,” ucap Jassen diiringi dengan anggukan Naura.

Mereka berdua bersembunyi di balik pintu ketika pintu pertahanan terakhir meledak. Asap akibat ledakan menjadi celah untuk mereka menembak. Satudari empat orang itu sudah berhasil ditumbangkan. Sejurus kemudian, tendangan Naura mendarat pada perut satu dari mereka. Jassen melempar granat asap pada dua orang lain yang mengekor kemudian menembak. Satu dari mereka tersungkur lagi.

Baku tembak antara Jassen dan satu orang dari mereka terus terjadi. Sementara Naura, membereskan seorang lain. Terjadi pergulatan sengit dengan pukulan dan tendangan. Naura sudah menodongkan pistolnya pada pria dihadapannya. Detik berikutnya, terdengar suara tembakan yang mengarah pada Jassen mengalihkan perhatian Naura.

Beyond the Mission (Sudah Terbit- Part Lengkap)Where stories live. Discover now