Looking for Suspect

386 78 60
                                    


cerita ini hanyalah fiktif dan murni berdasarkan imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama dalam bentuk apapun, bukanlah unsur kesengajaan. Pemilihan setting tempat hanya berdasarkan minat dan imajinasi penulis. Tidak pernah ada kejadian serupa ditempat sebenarnya. Beberapa institusi, istilah, dan sistem mungkin tidak sesuai dengan konteks Indonesia yang sebenarnya.

------------------------

Note:
Mengandung banyak ungkapan kasar dan sedikit kekerasan. Maaf untuk yg kurang nyaman. Silahkan bijak memilih bacaan sesuai kedewasaan pemikiran masing-masing. Thanks.

-----****-----

Amphetamine merupakan jenis obat yang bisa menimbulkan efek euforia berlebihan, menambah energi sehingga lebih agresif dan membuat ketergantungan. Meskipun sebenarnya merupakan obat yang masih digunakan oleh dokter untuk kondisi tertentu, namun tetap saja obat jenis ini tidak bisa beredar bebas.

Apalagi setelah adanya UU baru yang menyatakan bahwa Amphetamine masuk narkotika golongan satu jadi penggunaannya sungguh tidak bisa main-main. Karena itulah Alma menelpon Karis dan melaporkan apa yang dia temukan pada pasiennya.

" Al," desis Karis saat melihat Alma berdiri gelisah di dekat pintu klinik bagian depan.

"Karis, Bang Arsyad, Mas Doni," ucap Alma sambil memandangi tiga orang itu bergantian.

"Jadi situasinya gimana?" tanya Karis.

Alma pun buka mulut. Dia menceritakan kronologi tentang perempuan yang kini terbaring di salah satu ruang rawatnya. Pendarahannya yang cukup hebat membuat dia akhirnya harus kehilangan janin yang dikandung selama sepuluh minggu.

Saat ini penyebab keguguran masih didalami. Mengingat selain temuan amphetamine yang notabenenya dilarang untuk ibu hamil, Mita dan dokter Faris spesialis obgyn yang menangani pasien itu menemukan beberapa bekas luka lebam di tubuhnya. Karena itu mungkin saja dia pendarahan akibat kekerasan atau jatuh.

"Bisa aku temui sekarang, Al?" tanya Karis.

"Nggak. Jangan kamu, Ris," cegah Doni. "Dia baru keguguran pasti shock. Kondisi psikis nya nggak memungkinkan kalau diinterogasi dengan cara kamu yang keras. Biar aku sama dokter Alma yang masuk," jelas Doni.

Karis mendengus kesal namun akhirnya mengangguk karena sadar diri dengan sifatnya yang suka meledak-ledak.

"Silahkan lewat sini," tunjuk Alma. Gadis itupun mengiringi langkah tiga lelaki itu.

Dengan raut tidak sabar, Karis mondar-mandir di depan pintu. Sementara Arsyad terlihat lebih tenang dengan berdiri menyandarkan tubuhnya pada dinding sambil bersedekap. Karis mengamati raut pasien wanita itu beberapa saat melalui bagian pintu yang tertutup kaca. Satu keanehan terbesit di benak Karis.

"I got something," suara Jassen terdengar ditelinga masing-masing anggota. "Arini Dwi Wati, 25 tahun, dia pernah membuat laporan tiga tahun lalu karena menjadi korban penganiayaan dengan terlapor atas nama Antoni, pacarnya yang sekarang suaminya. Laporan satu tahun lalu juga dengan kasus yang sama tapi semua dicabut tanpa alasan yang jelas," tutur Jassen.

"Jadi bisa saja suaminya sekarang melakukan KDRT?" tanya Karis.

"Yap. Kemungkinan kuat karena ada jejak medis, Arini pernah empat kali datang ke salah satu klinik di Bantul yang terapi pengobatannya menunjukan luka pukul, jatuh, dan jahitan akibat benturan," jelas Jassen.

Pintu ruangan pun terbuka beberapa saat setelah Jassen selesai bicara. "Dia benar-benar korban kekerasan," ucap Doni seolah memberi validasi.

"Soal Amphetamine?" tanya Arsyad.

Beyond the Mission (Sudah Terbit- Part Lengkap)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora