Anomaly

494 87 81
                                    

Terimakasih, dear readers and commentator yang budiman.

ditunggu kembali vote dan komen kalian ya biar emak author semangat menghidupkan Pak Polisi satu ini.

---------------------------------------------

note:

cerita ini hanyalah fiktif dan murni berdasarkan imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama dalam bentuk apapun, bukanlah unsur kesengajaan. Pemilihan setting tempat hanya berdasarkan minat dan imajinasi penulis. Tidak pernah ada kejadian serupa ditempat sebenarnya. Beberapa institusi, istilah, dan sistem mungkin tidak sesuai dengan konteks Indonesia yang sebenarnya.

----------*******

Nunukan, Perbatasan Indonesia- Malaysia

Naura yang sudah dua hari murung di kamar karena kematian ayahnya terlihat mulai tenang. Rencananya dan Jefri dieksekusi hari ini. Dia melirik jam yang tertempel di dinding kamarnya. Seharusnya eksekusi sudah terjadi setengah jam lalu.

Naura membuka portal berita lewat ponselnya. Benar saja, hampir semua menampilkan berita ledakan di Mapolda DIY. Dia menyungging senyum sinis.

Good job Jef!

Naura mengirim pesan singkat pada Jefri kemudian keluar kamar dengan antusias memberikan berita baik pada Yakob. Langkahnya menuju ruang tengah, tempat Yakob biasa menikmati segelas es kopi, terhenti. Dia melihat Victor dengan ransel besar di bahunya baru saja datang. Sepertinya Victor baru sampai setelah membantu ayah di Jogja dan gagal, batin Naura.

"Sejujurnya saya merasa bersalah, bos," ucap Victor pada Yakob.

Yakob tersenyum sinis, "It was the best choice, sebelum dia buka mulut tentang semuanya," jawab Yakob kemudian menyeruput kopinya. "lagi pula ini kesalahan dia. Dia terlalu melibatkan banyak orang berhati lemah. Sampai-sampai taktik kita terbaca secepat ini," lanjut Yakob dengan logat asingnya.

"Jadi, kita akan menutup bisnis kita di Jogja dan berpindah, bos?" tanya Victor.

"Apa polisi sudah tau sejauh itu?" Yakob balik bertanya.

"Belum, bos. Saat ini mereka masih dirundung rasa bersalah karena mengira anggotanya menembak mati buronan kelas kakap yang mereka butuhkan informasinya," jelas Victor. Yakob tersenyum bangga,

"Kalau begitu biarkan saja semua tetap berjalan. Jogja pasar yang bagus dan tempat penyamaran yang masih aman. Kamu urus saja, gantikan posisi Razek," ucap Yakob.

Hati Naura seperti dihantam batu besar. Dia terduduk lemas mendengar kenyataan yang sebenarnya. Bukan polisi yang harus dia balas tapi Yakob dan Victor. Dia dan Jefri terlalu gegabah dan salah langkah.

Tangan Naura yang menggenggam ponsel bergetar hebat. Tiba-tiba dia tersadar bahwa dengan kejadian ini, posisinya di sisi Yakob juga tidak aman. Orang gila itu bisa membunuh siapa saja yang mengancamnya.

Naura mengaktifkan layar ponselnya. Dia mencari nomor kepolisian terdekat. Tangannya gemetar berusaha mengumpulkan keberaniannya menekan ikon hijau pada layar. Tidak, dia tidak bisa. Dia mengurungkan niatnya. Ini terlalu berbahaya, batinnya. Jika polisi berhasil menangkap Yakob, dia juga pasti akan tertangkap. Tapi jika polisi gagal, Yakob akan mencari siapapun yang melaporkannya bahkan sampai keujung dunia.

Naura terdiam sejenak berpikir. Dia sadar, balasan ini tidak bisa dilakukan sediri langsung dengan tangannya. Dia butuh kekuatan yang melindunginya dan membantunya membalaskan dendam ini. Kekuatan yang memiliki tujuan yang sama dengannya yaitu melihat Yakob hancur hidup atau pun mati.

Beyond the Mission (Sudah Terbit- Part Lengkap)Where stories live. Discover now