Bad Man

287 50 67
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif dan murni berdasarkan imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama dalam bentuk apapun, bukanlah unsur kesengajaan. Pemilihan setting tempat hanya berdasarkan minat dan imajinasi penulis. Tidak pernah ada kejadian serupa ditempat sebenarnya. Beberapa institusi, istilah, dan sistem mungkin tidak sesuai dengan konteks Indonesia yang sebenarnya.

Enjoy this part readers❤️

-----------------------------------------

Karis memarkir motornya di teras, melepas helm dan jaket kemudian meletakkannya diatas motor. Dia melirik jam tangannya, maghrib hampir habis, batinnya.

“Yo..... Dul.....” panggil Karis namun tidak ada sahutan. Rumah sepi sekali. Padahal mereka sudah janjian akan makan burger bersama dengan Naura juga malam ini.

Karis meletakkan kresek berlogo restoran fastfood Amerika diatas meja ruang tamu kemudian berjalan ke kamar mandi setengah berlari. Setelah menyelesaikan ritual tiga rokaatnya, Karis bangkit. Dia merogoh saku celananya mencari ponsel. Beberapa pesan chat diterimanya.

Mario:
Pak Karis, saya harus nemenin Koko Jas di warnet jd Pak Karis makan sm Naura sendiri aja ya.

Abdul:
Ris, aku hrs ke Polres Sleman.

Arsyad:
Mario, Abdul, Jassen nggak ikutan. Aku jg males jd obat nyamuk. Mending aku ke LabFor ngecek hasil analisa ledakan ponsel kemarin atau ngajakin Alma makan malam.

Jassen:
Have a sweet dating, bossy man. Ada yg harus ku cari jd aku pulang telat sm Mario.

Sungguh sialan! Teman-temannya pasti bersekongkol sengaja membiarkannya dengan Naura berdua. Padahal alasan Karis menerima ajakan Naura makan di rumah adalah agar dia dan gadis itu tidak terlihat seperti sedang kencan tapi mereka malah kabur.

Arsyad juga, bisa-bisanya dia mengambil kesempatan untuk makan malam dengan Alma. Karis memijit pelipisnya sendiri. Tiba-tiba dia pening membayangkan duduk berdua dengan Naura di rumah ini.

Belum hilang rasa peningnya, suara ketukan pintu terdengar. Karis mendengus karena tau persis si pengetuk pintu itu adalah Naura. Karis memeriksa jam digital di ponselnya. Masih jam tujuh kurang lima belas, sepertinya jam milik Naura rusak atau gadis itu terlalu bersemangat karena mau makan burger.

“Iya sebentar,” sahut Karis sambil berjalan menuju pintu.

“Hai, Mas Hamid”, ucap gadis berkuncir ekor kuda dengan stelan jogger pants hitam dan kaus oblong warna merah muda.

Karis menghela nafas malas. Benarkan dugaannya? Naura datang lebih cepat. Sungguh cobaan berat akan segera menerpanya.

“Masuk,” ajak Karis dengan nada datar.

“Kok sepi?” tanya Naura setelah melihat suasana dalam rumah.

“Lagi pada banyak kerjaan. Pada pulang telat. Padahal saya beli makanan banyak,” kata Karis sambil menyamankan diri di sofa.

“Nih, pesenan kamu,” Karis menyodorkan kresek di atas meja. “Saya ganti celana dulu. Kamu makan aja duluan,” lanjutnya sambil menekan tombol power pada remote TV agar suasana tidak terlalu sunyi kemudian bangkit menuju kamarnya.

Naura mengangguk kemudian matanya mengekori langkah laki-laki berkaus hitam dengan gambar kelelawar itu masuk hingga masuk kedalam kamar. Matanya beralih pada layar TV yang sedang menampilkan channel  TV berita sambil tangannya sibuk memuka bungkusan Burger.

Gerakan tangan Naura terhenti. Dia tertarik pada headline berita yang baru saja muncul. Menunggu Putusan Pengadilan, Napi Mantan Kaki Tangan Bandar Narkoba Malah Bunuh Diri.

Beyond the Mission (Sudah Terbit- Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang