Explosion of the Revenge

512 88 48
                                    

note:

 cerita ini hanyalah fiktif dan murni berdasarkan imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama dalam bentuk apapun, bukanlah unsur kesengajaan. Pemilihan setting tempat hanya berdasarkan minat dan imajinasi penulis. Tidak pernah ada kejadian serupa ditempat sebenarnya. Beberapa institusi, istilah, dan sistem mungkin tidak sesuai dengan konteks Indonesia yang sebenarnya.


***

-MAPOLDA DIY

Sehari setelah penggrebekan Hotel Biru, 08.00

"Aldo Cuma bisa dijerat pasal penyerangan aparat dan penggunaan obat terlarang. Belum ada bukti kuat yang mengarah kalau dia pengedar. Untuk kasus dua belas tahun lalu masih dalam pengkajian. Masih dilihat ambang batas juga," jelas Doni disela sarapan pagi nya bersama Karis. Mereka belum meninggalkan kantor sejak semalam. Bahkan, sarapan hari ini adalah hasil pemanfaatan ojek online.

Karis meletakkan suapan gudeg nya kemudian meneguk kopi pahitnya. "Kamu beneran nggak ngijinin aku buat nemuin Aldo lagi sebelum dia dilimpahin ke kejaksaan?" tanya Karis.

Doni menggeleng. Karis hanya menghela nafas tanpa berkomentar. "Sejujurnya, aku ngamatin perubahan ekspresinya pas kamu keluarin id dan dia lihat nama kamu,"lanjut Doni.

Karis tersenyum getir, "ekspresi bukan bukti," katanya.

"tapi ada satu bukti tersembunyi dibalik ekspresi. We will find it," sanggah Doni.

"I wish. aamiin," jawab Karis.

"Masuk," kata Doni setelah mendengar ketukan pintu.

"Oh! Sarapan, Ndan," celetuk Karis spontan saat Didin masuk. Didin hanya tersenyum. Kemudian mengeser kursi dan duduk didekat Karis.

"Sudah ketemu sama pemilik hotel, ndan?" tanya Doni.

Didin menggeleng, "katanya masih di Hongkong," jawabnya. Dia beralih menoleh pada Karis. "Ris, ini ada titipan rahasia," Didin menyodorkan kertas kusut pada Karis.

"Dari siapa, ndan?" tanya Karis.

"Ella, katanya tolong dikasihkan pak polisi paling ganteng tapi paling garang disini," ucap Didin sambil menahan tawa. Karis melongo mendengar ucapan Didin.

"Ya siapa lagi disini kalau bukan kamu. Yang ganteng tapi galak, idola polwan dari yang muda sampai ibu-ibu. Ya sudah, saya pergi dulu," jelas Didin kemudian pamit pergi.

Doni terkekeh. "Tetep ya idola ibu-ibu. Eh jangan-jangan kamu mau dihadiahin satu 'anak asuhnya' Ella yang paling cantik dan bohai," Doni menyindir.

"Edan! Bisa kena HIV aku sembarangan pakai perempuan," jawab Karis datar. Karis pun menyruput kopinya kemudian mebuka kertas using itu.

Girikerto, Turi, Sleman. Rumah warna hijau arah Buper.

Do'akan anak laki-laki saya bisa seperti Bapak ganteng dan anak perempuan saya dinikahi laki-laki seperti Bapak ganteng.

Tulisan itu membuat Doni dan Karis meletakkan sarapannya. Doni segera mendial nomor Mario diponselnya. "Siapkan satu pasukan termasuk penembak jitu! minta bantuan polres sleman, dan segera hubungi polsek setempat untuk pengamanan penduduk sipil. Kita ke Turi sekarang," Doni memberikan instruksi dengan cepat. 

"Siap!" jawab Mario.


***

Nunukan, Perbatasan Indonesia- Malaysia

Beyond the Mission (Sudah Terbit- Part Lengkap)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz