Korban alias Tersangka

357 72 57
                                    

cerita ini hanyalah fiktif dan murni berdasarkan imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama dalam bentuk apapun, bukanlah unsur kesengajaan. Pemilihan setting tempat hanya berdasarkan minat dan imajinasi penulis. Tidak pernah ada kejadian serupa ditempat sebenarnya. Beberapa institusi, istilah, dan sistem mungkin tidak sesuai dengan konteks Indonesia yang sebenarnya.

------------------------

Note:
Mengandung banyak ungkapan kasar dan sedikit kekerasan. Maaf untuk yg kurang nyaman. Silahkan bijak memilih bacaan sesuai kedewasaan pemikiran masing-masing. Thanks.

-----****-----

Warnet Pokemon
03.15

Kasus penemuan amphetamine dalam tas yang terdengar sepele dan akan cepat selesai, nyatanya justru berakhir seperti benang kusut yang menjerat sana sini. Seseorang yang jadi tersangka justru merupakan korban tapi statusnya tak sepenuhnya bisa dibenarkan atau disalahkan.

Arini jelas memiliki obat terlarang itu. Apalagi hasil tesnya positif. Namun pelariannya pada obat-obatan bukan sepenuhnya kesalahannya. Ini akibat depresi karena tindakan kekerasan dari suaminya. Bahkan dia dengan sengaja mengonsumsinya saat hamil karena dia tidak ingin mengandung benih laki-laki yang sudah menyakitinya meskipun anak itu bisa jadi adalah anak hasil perselingkuhan nya dengan Eka.

Jadi siapa yang benar-benar salah sekarang? Arini yang tersakiti? Atau Antoni yang menyakitinya? Atau Inneke yang datang menawarkan obat terlarang itu disaat yang 'tepat'?

Saat ini sepertiga malam terakhir sudah hampir habis. Fajar akan terbit sekitar satu jam lagi tapi kasus Arini belum selesai. Memaksa semua anggota tim tetap terjaga. Mereka berdiskusi, memutar otak mencari jalan terbaik untuk pemecahan kasus ini.

Kepemilikan grup facebook itu menjadi titik terang dari gelapnya kasus ini. Bahkan mengungkap bahwa Inneke tidak hanya mendekati Arini tapi juga korban lain yang mayoritas adalah orang-orang dengan masalah kejiwaan dan sosial yang butuh sesuatu yang membuat hati mereka merasakan euforia kebahagiaan secara instan.

Dia menawarkan sesuatu atas nama ketenangan batin yang akan membawa orang-orang lari dari masalah. Padahal setelah menggunakan obat terlarang itu, mereka akan semakin depresi karena ketergantungan dan makin bermasalah dengan interaksi sosial.

Pendekatan yang dilakukan Inneke begitu intens. Pengalamannya sebagai asisten apoteker,membuatnya pandai berinteraksi. Dia bahkan terlihat sangan peduli dan perhatian pada setiap targetnya. Sungguh, dia sangat profesional.

Namun sayang, bukti percakapan online itu tidak bisa langsung menjeratnya. Percakapan itu hanya bukti tidak langsung. Apalagi tidak ada satupun dari mereka menyebut amphetamine atau nama obat lain dalam percakapan itu. Jassen sudah menelitinya.

Alhasil, disinilah para tim sekarang. Mereka sedang mempersiapkan pergerakan. Mereka perlu melakukan taktik untuk memancing Inneke. Membuatnya tertangkap basah.

Tiga puluh menit sejak Jassen menemukan grup sialan itu, dia langsung membuat fake account agar bisa masuk ke dalam. Jassen bertindak seolah dia adalah mantan napi yang baru keluar dari penjara dan di tolak masyarakat. Dia butuh sesuatu karena orang-orang menolak nya di masyarakat dan mulai bercakap dengan Inneke. Entahlah, perempuan itu sepertinya terjaga sepanjang malam hingga memberikan respon cepat pada chatnya.

“Oke, kita tunggu respon lanjutan dari Inneke,” tutur Komandan Salim. “Kalian persiapkan diri sesuai tugas masing-masing. Ingat, jangan emosional! be safe!” lanjut Komandan Salim.

Terdengar seruan siap nyaris serempak.

“Saya tunggu kabar baik kalian di kantor,” pamit Komandan Salim. Dia pun melangkah pergi diikuti sang ajudan setia, Candra. Si bungsu yang usianya paling muda diantara semuanya itu melempar cengiran kuda sebelum menutup pintu.

Beyond the Mission (Sudah Terbit- Part Lengkap)Where stories live. Discover now