Flamboyan 21

247 48 37
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif dan murni berdasarkan imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama dalam bentuk apapun, bukanlah unsur kesengajaan. Pemilihan setting tempat hanya berdasarkan minat dan imajinasi penulis. Tidak pernah ada kejadian serupa di tempat sebenarnya. Beberapa institusi, istilah, dan sistem mungkin tidak sesuai dengan konteks Indonesia yang sebenarnya. Organisasi Secret Detectives juga merupakan karangan. Segala aturan yang diceritakan juga hanyalah fiktif.

----------------------------------------

Tandai typo dan kalimat rancu ya 😊

***

22.00

Sejak pulang kerja sore tadi, Naura melihat ada sesuatu yang membuat Karis gusar. Laki-laki itu bahkan masih duduk di kursi balkon padahal angin malam cukup kencang.

“Belum tidur, Mas?” Tanyanya muncul yang ikut duduk di kursi sebelah Karis.

“Masih sore.”

“Ada apa? Kamu nggak terlihat baik-baik saja sejak datang tadi sore.”

“Kamu tau, pretty girl? Polisi itu lebih baik baku hantam atau berlarian mengejar kriminal dari pada melihat target yang dia kejar tergeletak tak bernyawa.” Karis menerawang menatap langit.

“Jadi, penyergapan di jalan delima tadi gagal?"

“Nggak sepenuhnya gagal. Kita dapat banyak barang. Beberapa wajah juga teridentifikasi berkat informasi dari masyarakat sekitar. Sayang, kita datang terlambat. Mereka sudah tidak ada di sana. Hanya tinggal satu orang yang sudah terbujur kaku dengan kepala tertembak.”

“Ya Tuhan! Victor benar-benar gila! Dia membungkam siapa saja. Mulai dari Ayahku, Bang Aldo, orang-orang yang dulu diandalkan Bos Besar.”

“Kamu kenal Aldo?”

Naura mengangguk. “Bang Aldo yang jagain aku sama Jefri dari kecil. Kenapa?”

“Mayat yang kita temukan di TKP kemarin itu adiknya.”

“Aldi? Ya Tuhan! Dia masih muda, Mas, masih seumuran aku.” Naura terlihat sedih. Saat kecil, dia sering bermain dengan Aldi.

“Kita belum tau kenapa dia bisa dibunuh. Belum ada petunjuk. Menurut hasil otopsi, ada dua luka tembak. Satu di lengan, satu di kepala. Jelas yang di kepala yang membunuhnya. Luka tembak yang di lengan itu sudah luka beberapa jam sebelum dia mati. Bahkan pelurunya sudah di angkat. Anehnya, berdasarkan bekas lukanya,  tembakan di lengan itu diberikan dari jarak yang sangat dekat.”

“Kalau yang di kepala?”

“Dekat juga, tapi setidaknya lebih dari dua meter dari sudut lurus.”

Naura mengangguk paham. “Mungkin Jefri tau sesuatu.”

“Aku belum bisa menghubunginya sejak terakhir dia menelepon ku di malam aku nyelamatin kamu.”

Naura menghela napas kecewa. Jefri pasti sedang dalam pelarian. Naura menoleh ke arah Karis, memandangi laki-laki di sebelahnya. Wajahnya terlihat frustasi.

“Aku nggak tau kalau Aldo punya adik. Seandainya aku tau, aku akan amankan anak itu lebih dulu,” gumam Karis dengan tatapan lurus ke arah langit malam.

“Kenapa? Mas Karis dekat sama Aldo?”

“Nggak bisa dibilang dekat juga. Tapi kita terhubung.” Naura mengernyit bingung dengan jawaban Karis.

“Kamu tau kasus dua belas tahun lalu yang menghebohkan negara ini?”

Well, dua belas tahun lalu aku masih SD dan belum tau apa-apa.”

Beyond the Mission (Sudah Terbit- Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang