Save me!

332 46 48
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif dan murni berdasarkan imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama dalam bentuk apapun, bukanlah unsur kesengajaan. Pemilihan setting tempat hanya berdasarkan minat dan imajinasi penulis. Tidak pernah ada kejadian serupa di tempat sebenarnya. Beberapa institusi, istilah, dan sistem mungkin tidak sesuai dengan konteks Indonesia yang sebenarnya. Organisasi Secret Detectives juga merupakan karangan. Segala aturan yang diceritakan juga hanyalah fiktif.

----------------------------------------

Tandai typo dan kalimat rancu ya 😊

***

07.00

Karis memasuki area warnet yang masih sepi. Bahkan Arlan dan Gani masih terlihat meringkuk di bawah selimut. Mereka tidur di atas karpet yang di gelar di sela-sela meja komputer.

"Jas, hadiah buatmu," ucap Karis yang baru saja muncul dari balik pintu.

Jassen yang masih meringkuk dalam sleeping bagnya mengerang pelan. Merenggangkan otot-ototnya.
"Jangan mengganggu tidurku yang baru sekitar tiga jam kalau hadiahmu bukan hal penting, Ris,” protes Jassen sambil menggeliat malas. Jassen memang baru memejamkan mata setelah memberikan nomor ponsel Jefri pada Karis jam tiga pagi tadi.

"Laptop pribadi Naura,” ucap Karis sambil mengeluarkan laptop sebelas inci dari ranselnya. Ya, Karis berhasil meminta Bu Desi untuk membukakan pintu kamar Naura dengan segudang alasan yang dibumbui dengan senyum manis dari seorang Karisma Widjaja alias Hamid yang tentunya membuat janda seperti Bu Desi tidak bisa untuk tidak menuruti.

"Jefri bilang, kita akan dapat hal besar dari laptop ini,” lanjut Karis. Jassen langsung bangun dengan antusias. Dia meraih laptop dari tangan Karis kemudian melangkah menuju singgasana kerjanya.

Karis terkantuk-kantuk menunggui Jassen. Sembari terus menguap, Karis merebahkan tubuhnya diatas sofa. "So, kamu udah ketemu Naura?" tanya Jassen disela antusiasnya.

"Belum. But I've been close,"ucap Karis sambil memejamlan mata. "Jefri told me a lot,” ucap Karis lagi.

"Oke, tampaknya kalian cukup akrab,” sindir Jassen yang tidak di gubris oleh Karis.

"Nottingham --,” gumam Jassen sambil memandangi dua layar sekaligus. "Notting-- what?!" Jassen tidak melanjutkan kalimatnya dan langsung berseru kaget membuat Karis nyaris meloncat dari sofa kearahnya. "Aku sudah baca status pendidikan terakhir Naura di data kependudukan Malaysia kemarin dan memang pendidikan terakhirnya S1. Aku pikir lulusan S1 swasta yang ecek-ecek dengan ijazah hasil beli tapi ternyata--," Jassen menggantung kalimatnya karena terheran.

"Bachelor degree, school of computer science, University of Nottingham Malaysia, cumlaude dengan sederet sertifikat kompetensi komputer,” seru Jassen lagi kemudian dengan nada berapi-api. "She is not an ordinary girl, man!" lanjut Jassen memuji Naura. “Gadis itu kriminal yang berpendidikan. Dia bisa lakuin banyak hal dengan komputer di hadapannya.”

"Mungkin setelah ini aku bisa berkonspirasi dengan Naura merampok bank internasional,” celetuk Jassen. Karis langsung menonyor kepala Jassen yang mulai berpikiran rusuh.

“Cek riwayat penelusuran sama data di dalamnya! Malah bikin rencana ngerampok bank, dasar sipit!”

Easy, man. Aku buka dulu satu-satu.”
Sembari menunggu Jassen yang terlihat super seru dengan laptop Naura, Karis melangkah menuju pantry. Dia butuh kafein untuk membuatnya tetap on di saat begini.

My God! Dia adalah pengirim email misterius untuk kasus delangu. Ada jejak pengiriman email, penyadapan CCTV.” Karis nyaris tersedak kopi panas yang baru dia minum.

Beyond the Mission (Sudah Terbit- Part Lengkap)Where stories live. Discover now