ALTARIKSA - 16

23.5K 1.8K 120
                                    

Jagalah apa yang membuatmu tersenyum. Jangan menjaga apa yang membuatmu bersedih.

Altariksa menggulingkan tubuhnya kesana kemari diatas ranjang. Sedari tadi ia gelisah memikirkan kata-kata yang mampu membuat hatinya panas seketika.

"Ada yang suka sama lo. Mungkin bukan hanya sekedar suka. Tapi cinta."

Kata-kata itu terus berputar di kepala Altariksa. Ya! Sewaktu Vanya diseret keluar oleh Reza dari ruang musik. Altariksa dan yang lainnya menguping dari balik pintu. Dan percakapan Reza dan Vanya terdengar jelas di telinganya.

"Emang siapa yang suka sama Vanya?" tanya Altariksa pada dirinya sendiri. Kemudian Altariksa mengusap wajahnya kasar. Kenapa pertanyaan itu selalu menghantuinya? Dan kenapa ia tidak suka jika ada orang lain yang mencintai Vanya? Apakah dirinya menyukai Vanya? Atau hanya sekedar tidak suka jika ada orang lain yang mencintai Vanya?

Altariksa menggelengkan kepalanya. Mencoba menyadarkan dirinya dari pertanyaan-pertanyaan nakal itu.

"Masa iya gue suka sama Vanya?" gumamnya.

"Tapi iya juga sih. Secara kan gue sering tuh jalan sama dia. Perilaku gue ke dia juga beda. Sebelumnya gue gak pernah begitu sama cewek lain. Paling cuma sekedar saling sapa, senyam-senyum. Gak pernah sampai nyuruh buat manggil nama gue dengan nama panggilan berbeda, jalan bareng."

"Apalagi tadi sore gue ngajak dia ketempat rahasia gue. Padahal sahabat gue aja gak tau. Masa Vanya yang cuman temen gue tau tempat rahasia gue? Kan aneh tu namanya."

Altariksa terdiam sejenak. Kembali mencerna kata-kata yang baru ia ucapkan tadi. "Argh!!" teriaknya frustasi.

"Sebenernya gue suka gak sih sama dia?"

"Apa gue tanya langsung aja ke Vanya. Sebenarnya gue suka atau gak sama dia?" ucap Altariksa sambil mengambil ponselnya yang berada di nakas.

Kemudian Altariksa kembali terdiam. Aktifitas jari di ponselnya pun ikut berhenti.

"Kok gue malah nanya Vanya sih? Gila lo, ta!" omelnya pada diri sendiri.

Jadi ia harus apa? Bertanya pada Dimas dan Rifal? Malah orang itu akan mengejeknya dan membeberkan hal tersebut kepada semua orang, termasuk Vanya.

Altariksa berpikir siapa yang bisa membantunya kali ini. Sahabat Vanya? Tidak, ia malu jika harus curhat sama perempuan.

Tiba-tiba terlintas satu nama diotaknya. Bagas! Ya Bagas pasti bisa membantunya.

Altariksa pun mencari nama Bagas di ponselnya. Setelah dapat ia langsung menelpon Bagas. Masa bodo jika ini sudah larut malam. Yang penting rasa penasarannya telah hilang. Jika seperti ini terus, bisa-bisa tidak bisa tidur nanti.

"Hallo?" ucap Bagas dari seberang sana. Suaranya seperti orang yang baru bangun tidur.

"Gas, lo bisa ke mabes sekarang gak?" ucap Altariksa.

ALTARIKSA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang