ALTARIKSA - 13

24.5K 1.9K 224
                                    

Tidak ada seseorang yang baik-baik saja setelah dipatahkan.
-Altariksa.

Keringat dingin membasahi wajah cantik milik Vanya. Ia gelisah. Jantungnya berdetak cepat tak seperti biasanya.

"Alta..."

"Alta..."

"ALTA!" Vanya terduduk. Nafasnya naik turun. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Dia berada di kamarnya. Ternyata kejadian itu hanyalah sebuah mimpi. Tapi kenapa begitu nyata? Pelukan Altariksa terasa sangat nyata. Jadi sebenarnya, kejadian itu mimpi atau nyata?

Vanya mengambil ponselnya yang berada diatas nakas. Ia membuka panggilan terakhir. Nama Dimas tertera nyata di layar ponselnya. Itu artinya sewaktu Altariksa menelponnya memakai nomor Dimas itu nyata.

Kalung!

Ya! Seingatnya Altariksa memakaikannya sebuah kalung di lehernya.

Dengan cepat Vanya memeriksa lehernya. Nihil, tidak ada apapun di lehernya. Itu artinya kejadian tersebut hanya mimpi.

Vanya bernafas lega. Ia pikir Altariksa akan benar-benar pindah dan meninggalkan Indonesia. Tapi kenapa mimpinya tentang Altariksa? Oh mungkin saja karena sebelum ia tertidur, ia sempat memikirkan perubahan sikap Altariksa sewaktu di cafe.

Vanya pun kembali berbaring dan memejamkan matanya. Semoga kali ini ia tak bermimpi buruk lagi.

*

Vanya baru melewati gerbang. Ia berjalan setengah melamun. Entah kenapa semenjak tadi malam ia bermimpi tentang Altariksa. Pikirannya selalu dipenuhi tentang Altariksa.

Vanya menggelengkap kepalanya mengusir pikiran itu. Kepalanya terasa pusing. Padahal itu cuman mimpi, tetapi kenapa berpengaruh pada kehidupan nyatanya.

Lagipula Altariksa tidak terlalu dekat dengannya. Walaupun beberapa hari ini ia sering bersama Altariksa. Tapi kenapa mimpi itu membuatnya khawatir? Kalau Altariksa ingin pindah kan itu urusan dia.

"Vanya!"

Vanya tersentak saat seseorang meneriakan namanya sambil menepuk pundaknya. Vanya pun menatap orang itu tajam.

"Kenapa sih?!" kesal Vanya.

Si pelaku alias Rifal itu tertawa. "Gapapa, cuma pengen nyapa kesayangan gue aja." ucapnya sambil menaik turunkan alisnya.

Vanya memutar kedua bola matanya malas. Ia sudah cukup biasa melihat kelakuan tidak jelas Rifal.

Vanya dan Rifal berjalan beriringan menuju kelas. Asal kalian tahu, banyak orang-orang yang mengatakan bahwa Rifal dan Vanya adalah pasangan yang serasi. Tetapi Vanya tidak menanggapi hal tersebut. Karena Rifal hanya sekedar teman tidak lebih.

Saat Vanya sudah masuk kedalam kelas. Pandangan yang pertama kali ia lihat adalah Altariksa. Orang itu kini sibuk memainkan ponselnya di tempat duduknya.

Rifal menepuk pundak Vanya membuat Vanya tersentak.

"Samperin gih." goda Rifal.

Vanya dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Gak ah! Ngapain!"

Setelah itu Vanya berjalan kearah tempat duduknya. Fitri dan Sania yang sedari tadi sibuk ngegosip pun menoleh kearah Vanya.

"Eh van, lo tau gak?" ucap Fitri.

Vanya yang baru duduk pun menoleh. "Tau apa?"

Fitri melirik kearah Altariksa. Kemudian ia menarik kursinya kesebelah Vanya.

ALTARIKSA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang