22 | Bed Room

55.2K 5.3K 2.4K
                                    

Voter keberapa kalian di chapter ini?
Kangen banget dong bacain komen receh dan nggegas kalian, sini kecup dulu biar semangat bacanyaa 😘😘🐯🦁












Hari ini Seorin membuka mata seperti biasa ketika bangun tidur. Merapikan bantal dan selimut, membersihkan diri atau melakukan kesibukan ibu hamil. Seperti mengelus perut atau memenuhi cita rasa lidah dengan ekspresimen makanan baru. Memang terasa sepi dari hari ke hari, tetapi bagaimana pun juga ia tidak memiliki kuasa atas apa yang terjadi pada hidupnya sendiri. Semua benar-benar skenario Tuhan.

Perihal jas Taehyung tempo hari lalu, Seorin menganggap itu adalah sebuah kebaikan mantan Suami semata. Jika ada yang bertanya apakah jemari lentiknya benar membubuhkan sebuah tanda tangan di atas surat perceraian? Iya, Seorin benar melakukannya. Jika bukan seperti itu, jelas Seorin tidak akan terombang-ambing seperti ini bukan?

Seperti sekarang, dengan perut gembil menggemasakan, cukup susah untuk menjangkau satu botol merica bubuk yang ada di rak paling atas. Matahari mulai meninggi ketika Seorin memutuskan menjelajahkan tungkai kaki mengitari rak-rak supermarket—setidaknya ia bisa melepas lelah atau mencuci mata seadainya ada lelaki tampan yang lewat. Menguncir rambut cukup tinggi dengan tas sling bag berwarna hitam, cukup untuk mendukung penampilannya hari ini.

Kembali dalam masalah berbelanja, seandainya saja ada Taehyung, pasti Seorin tidak perlu merasakan sebuah cobaan mendorong troli belanja dan berjinjit atau berjongkok susah guna mengambil satu atau beberapa barang. Tuh kan, lagi-lagi mengingat mantan.

Tepat ketika helaan napas kasar ia lontarkan karena jinjitan kaki juga tidak membantu, suara berat tiba-tiba memecah atensi Seorin hingga ia menoleh.

"Let me help you," ucap seseorang setelah berdiri cukup dekat di sebelah tubuhnya. Mengarahkan tangan berhias jam tangan hitam itu ke tumpukan barang paling tinggi.

Seorin tertegun singkat, lantas tersenyum ketika pribadi itu menyodorkan barang yang ia kehendaki, "Thank you," ucapnya ramah.

Wanita dengan kemeja hitam satin itu berdehem lirih, dan mengendalikan diri agar tidak tersedak. Wah, tidak ingin berbohong. Pribadi ini benar tampan dalam rangkungan hazel Seorin. Walaupun masih lebih tinggi dari Taehyung, tetapi aura manlynya tidak bisa ditampik begitu saja. Terlebih pria dalam jaket denim itu berganti melempar senyum bersamaan melihat troli di belakang tubuhnya.

"Are you alone?" suara berat itu bertanya lebih jauh.

Di satu sisi Seorin diam cukup lama untuk mecerna. Apakah pria ini orang asing? Pertanyaan yang terlontar benar-benar fasih dengan aksen yang nyaman di dengar. Menggenggam terkaannya sendiri, Seorin mengangguk lirih, "Yeah, kinda."

Pribadi dengan hiasan baseball cap hitam itu sedikit banyak memiringkan kepala, "Where is your husband?" tentu itu adalah pertanyaan yang terlontar ketika kedua maniknya menatap perut buncit Seorin.

Di satu sisi, Seorin tidak menyangka jika pertanyaan yang baru saja merangsek rungu mampu menumbuhkan perasaan tidak nyaman di dalam hati. Bukan berarti dia tidak menerima, tetapi memang itu bukan hal yang menyenangkan untuk di dengar.

"Well, everyone have their own problem, right?" jeda Seorin sebelum menjingkatkan pundak, "Divorce," imbuhnya ketika memutuskan berucap jujur. Tidak ingin terlihat menyedihkan dengan berlarut-larut, walaupun hati memang menyesap rasa rindu bercampur luka.
(*divorce: perceraian)

Mendengar ucapan Seorin, pribadi jangkung itu memasang air muka tidak menyangka—menggaruk belakang tengkuk lantaran segan telah bertanya, "I'm sorry, I didn't mea—"

Wisecrack! |✔️Where stories live. Discover now