12 | New Passion

73K 5.6K 1.2K
                                    


Sinar spektrum menerobos melalui celah gorden yang gemulai tertiup pendingin ruangan

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.




Sinar spektrum menerobos melalui celah gorden yang gemulai tertiup pendingin ruangan. Ini masih pagi buta, belum sepenuhnya jarum jam menunjuk angka 6 pagi, tetapi ponsel Taehyung sudah meraung-raung tidak tahu situasi. Hingga pada jeda sepuluh detik sebelum Seorin pastikan persegi pintar itu berdering lagi, bibir merahnya berseru.

"Oh my God, Kim. Pick up your call," titah sedikit kesal sembari menarik selimut yang membungkus keduanya semakin ke atas.

Demi apapun, tenaga Seorin belum kembali sepenuhnya setelah tercurah kemarin malam. Sedangkan Taehyung sudah lima puluh persen terjaga sesungguhnya, tetapi memeluk dan mengelus tubuh polos Seorin nampaknya lebih menyenangkan dibandingkan mengelus layar ponsel untuk menjawab telepon.

Suara helaan napas beratnya mengalun malas sebelum berdecak, bersamaan memutar tubuh ke arah nakas lampu di belakangnya.

"Kenapa Ji?" ucapnya setelah bulatan hijau itu ia geser.

"Tuan Kim, hari ini rapat tentang proyek di Daegu diundur hingga pukul sepuluh pagi."

Itu Jihyo, sekretaris Taehyung sedang melaporkan informasi aktual mengenai jadwalnya hari ini. Helaan napas singkat Taehyung terlahir begitu saja. Lima puluh persen merasa lega tidak perlu kekantor pagi-pagi sekali, lima puluh persen sisanya kesal lantaran Jihyo menelponnya pagi buta seperti ini.

Pun jika dilihat dari sisi lain, entah kenapa seolah dunia begitu mendukung ketika Taehyung ingin menghabiskan waktu dengan Seorin. Terlebih setelah bermain dengan banyak level. Tiba-tiba senang bisa bermesraan lebih lama lagi.

"Baiklah, terimakasih Ji. Jangan lupa antarkan laporan yang sudah kuperiksa kemarin pada Byunsoo," titahnya.

Suara Jihyo terdengar mengerti sebelum akhirnya ponsel itu berpisah dari daun telinga Taehyung. Terbaring kembali di sebelah kaki kayu lampu bertudung bulat. Sedangkan Taehyung niat membaringkan diri di belakang Seorin. Melingkarkan lengan gagahnya posesif pada perut tak berkain milik sang istri. Menyembunyikan kepalanya di antara cekungan jenjang bersurai coklat karamel itu.

"Sepertinya kau tidak terburu-buru masuk kantor hari ini," ucap Seorin yang sudah pasti mendengar jelas pembicaraan Taehyung.

"Jadi kau mau menambah satu ronde lagi? Biar Kim kecilnya cepat ada," bisik Taehyung sensual, suara beratnya di pagi hari benar-benar sesuatu.

Bohong seandainya Seorin tidak merasakan remang mulai menggelitik permukaan kulit mulusnya. Lantas tubuh semampai itu membalik badan. Menerima tatapan menawan Taehyung di tengah cuitan lirih burung pipit di luar jendela. Menyambut kening rupawan sang suami yang dihiasi rambut teracak sempurna. Itu perbuatan jemari Seorin kemarin malam ketika Taehyung membawa dirinya meniti malam panas hingga ke awang-awang.

"Aku tidak ingin kau mengeluh sakit rematik di usia muda. Jadi, yang kemarin malam cukup," ucapnya sederhana.

Pribadi yang di ajak bicara hanya mengulas senyum tampan sesaat setelah membasahi bibirnya cepat—kebiasaan Taehyung.

Wisecrack! |✔️Where stories live. Discover now