chapter 15 : circle

Zacznij od początku
                                    

"Oh, hei!" Daniel menemukanku berjalan menuju ke arahnya, ia melambaikan tangannya. "Over here!"

Seruan Daniel membuat kumpulan kecil yang sedang mengobrol bersamanya menoleh ke arahku. Mau tidak mau, aku bergabung bersama mereka. Perhatianku langsung tertuju pada seorang gadis berambut merah yang sedang berbisik-bisik dengan lelaki di sebelahnya.

"Watch this," gadis itu masih mengobrol dengan lelaki di sebelahnya. "Let me guess, you're Daniel's girl, right?"

Mataku mengerjap sesaat untuk memastikan apakah ia benar-benar bicara denganku atau tidak. Karena sekarang ia menatapku dari ujung kaki hingga ujung kepala, membuatku tidak nyaman. "Sorry?"

"Hey, Good Lookin'," lelaki bersetelan biru tua menimpali. "She just asked you—"

"Yeah, Brice. She is," Daniel menyela ucapan lelaki itu untuk menjawabnya. Kemudian lengannya mengelilingi pinggangku. "Bukan begitu, hun?"

"Um... ya?" aku memaksakan sebuah senyuman, namun setelahnya aku mengerutkan keningku ke arahnya untuk menanyakan mengapa lengannya tidak mau lepas dari tubuhku. Sayang, sepertinya Daniel tidak mengerti. Lengannya yang melingkari pinggangku justru semakin erat dan terus menarik tubuhku lebih dekat ke arahnya. "Daniel..." aku berbisik, berusaha mengatakan kalau aku tidak nyaman.

"What, babe? Don't worry I'm here, I'm going nowhere," ujarnya cukup keras untuk didengar teman-temannya.

Ew, apa-apaan.

"Ew," aku mendengar gadis berambut merah itu berkata. Untuk sekali ini, aku setuju dengannya.

Aku tidak mencium bau apa-apa dari mulutnya, yang berarti ia tidak mabuk. Tetapi, kalau ia tidak mabuk, lantas apa? Kenapa Daniel jadi seperti ini?

"Oh, damn!" gumamnya kemudian. "I think I left something upstairs!"

"Let me"

"No, no, no, you don't have to," balasnya membuat satu-satunya harapanku untuk pergi dari sini hilang. "Stay here, okay?" sekarang tangannya memegangi pipiku. "Aku segera kembali."

Sementara aku mematung kebingungan akan sikap Daniel yang tidak seperti biasanya, sebuah kecupan ringan mendarat di ujung bibirku sebelum ia pergi.

Apa ia baru saja menciumku karena hendak pergi ke lantai atas?

Apa-apaan ini? Ini bukan Daniel!

"Hey, Good Lookin', what's your name?" suara Brice membuatku menyadari kalau aku tidak sendirian di sini sekaligus membuatku meruntukki kesialanku.

"It's Carissa."

"Beautiful. I'm Brice, if you were curious."

"Daniel have mentioned that before."

Aku mendengar ia bergumam dan mengagguk-anggukan kepalanya.

Aku mencoba mengalihkan perhatianku dengan bermain ponsel, tetapi tidak ada yang bisa kulakukan. Semua Instagram Stories sudah kulihat, semua kiriman sudah kusukai, tidak ada hal menarik di Twitter, ibuku tidak membalas pesan, Daphne tidak bisa dihubungi, dan Corbyn—pokoknya tidak ada yang bisa kulakukan dengan ponselku.

Gagasan untuk pergi dari sini? Tentu saja ada. Tetapi kalaupun aku berhasil, pergi tanpa dilaporkan pada Daniel, aku tidak tahu kemana aku harus pergi dan apa yang harus kulakukan.

"You're so pretty, why haven't I met you before?" Brice bertanya lagi.

"She lives at Denver. That's why," tiba-tiba saja Daniel muncul di belakangku dan kembali merangkulkan tangannya padaku, kali ini di sekitar pundakku. "Stop flirting her."

Falling in Your Lies • why don't we [✔]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz