Api Unggun Terakhir - Eps. 70

159 9 2
                                    

Rasanya, Dirga ingin sekali memeluk Kirana yang sedang melintas tak jauh darinya. Gadis itu benar-benar kepayahan. Langkahnya terseok dan ia benar-benar menderita. Wajah ayunya bergaris karena bilur-bilur dan luka terbuka di sana-sini. Ada beberapa luka gores yang sudah mulai sembuh, tapi ada juga yang belum. Bagian yang bergumpal, lukanya dalam. Tangannya lunglai tak berdaya, sementara punggungnya memikul medali penuh karma itu.

"Bertahanlah, Na," ucap Dirga lirih, kata-katanya agak tersangkut di tenggorokan. "Kamu perempuan kuat." Dirga sadar betapa akan hancurnya dia jika kehilangan Kirana.

"Kita harus bergerak sekarang!" bisik Kenan pada Dirga.

Dirga merasakan cengkeraman yang begitu erat di bahunya. Ia mengangguk pelan sembari mengalihkan pandangannya pada Jason dan juga Paul.

"Belum. Kalian jangan gegabah! Apakah kau tidak melihat bahwa mereka membawa senjata?" tanya Jason berusaha meyakinkan.

"Tapi Paul juga punya senjata!" balas Al yang akhirnya merasa bahwa itu adalah saat yang tepat untuk mengungkap segalanya.

Paul menoleh tak percaya mendengar kalimat yang keluar dari mulut Al itu.

"Apa maksudmu?"

"Jangan pura-pura bego, Mister. Aku melihatmu menyelipkan pistol di balik ikat pinggang sejak kita berangkat dari Samarinda kemarin," kata Al lagi.

Jason menatap Paul kesal. "Sudah kubilang, jauhkan benda itu dari anak-anak. Berbahaya!" desisnya.

"Sorry!" ujar Paul.

"Jadi, tunggu apalagi? Ayo kita serang mereka dan ambil semua medali itu, lalu selamatkan Kirana!" ujar Dirga.

"Baiklah," kata Jason. "Ayo Paul, keluarkan senjatamu!" pinta Jason yang segera bergerak diikuti oleh Dirga, Kenan, dan juga Al.

Terburu-buru, mereka keluar dari persembunyian.

Dirga melompat keluar berhenti tepat di depan Klaus. "Lepaskan dia, dasar bajingan!" pekik Dirga dengan mata berkilat tajam. "Lepaskan Kirana!" teriaknya. Dia mengangkat tangannya untuk memukul Klaus, tetapi dengan mudahnya Klaus menangkap pergelangan tangan Dirga dengan satu tangan lainnya yang memegang pistol tertuju tepat di sisi kepala Dirga.

Tangis Kirana pecah melihat Dirga, Kenan, dan juga Al ada di sana untuknya. Sementara, Elizabeth terlihat panik seperti ngengat yang sekarat.

"Serahkan medali yang kalian miliki dan lepaskan Kirana!" pinta Dirga lantang, suaranya bahkan membahana hingga seluruh penjuru hutan. Pemuda itu seolah tak sadar akan ujung pistol yang sudah mengarah padanya.

"Jangan mimpi kau anak muda! Kami tidak akan menyerahkannya begitu saja!" desis Klaus.

Dirga mendongak, menatap matahari yang mulai nampak di ufuk timur. Hari ini adalah hari terakhir. Dia merasa agak pusing sekarang dan berharap dapat berbaring dan tidur, melewati hari itu. "Paul, tembak dia!" pinta Dirga.

Suatu bayangan gelap menaungi tubuhnya. Dirga tercekat, suaranya terdengar kosong, menggema di balik gemerisik dedaunan. Dia memejamkan mata dan menanti suara letusan tembakan yang mungkin akan dilepaskan salah satu dari mereka. Dan bisa saja, salah satu letusan itu yang meledakkan kepalanya.

Kenan dan Al menahan napas mereka, bersiap akan sesuatu yang mungkin terlihat buruk.

"Kami tidak pernah takut pada gertakanmu anak muda!" Klaus berteriak.

Paul bergerak maju. Mengacungkan pistolnya ke arah Klaus dan menyeringai memamerkan gigi-gigi yang terlihat menguning karena nikotin bercampur kafein.

"Kau terlalu naif, Dirga," bisik Paul yang kemudian mengubah arah pistolnya, menempatkan benda itu tepat di sisi kepala Dirga yang lain. Berseberangan dengan pistol Klaus.

Kenan dan Al terkesiap. Mata mereka melotot saking terkejutnya. Jantung Dirga berdegup kencang.

"Apa-apaan ini, Paul?" Tubuh Dirga gemetar terkena embusan angin dingin dan membuat rambutnya awut-awutan.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu—tapi, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan, bocah ingusan," Paul terkekeh.

Tiba-tiba Elizabeth berlari ke arah Jason dan memeluknya erat.

"Honey, I miss you," ucap Elizabethdengan nada yang terdengar menjijikkan sekaligus pertanda kematian di telinga Dirga.


***

[TAMAT] Api Unggun TerakhirWhere stories live. Discover now