Kamboja Hitam - Eps. 35

143 9 0
                                    

Aston Denpasar Hotel & Convention Center, Bali

4 Maret 2016


"Sungguh hebat anak-anak itu bisa dengan mudah memecahkan teka-teki yang sudah lama kita cari jawabannya. Ataukah mungkin mereka memiliki sebuah petunjuk rahasia yang tak kita miliki?" tanya Klaus sembari menyesap Armand de Brignac dalam champagne flute yang sedang dipegangnya.

"Mungkin karena memang mereka terlalu pintar di sekolahnya," jawab Peter seadanya.

"Apapun itu, yang jelas mereka istimewa," celetuk Elizabeth yang sedang menatap peta di iPad-nya. "Ya, dan semoga terjemahan mereka yang berbunyi Jadilah angin di Swarnadwipa itu adalah kunci yang menuntun kita untuk menemukan artefak kedua di Kutai Kertanegara. Tempat yang kita tuju esok," kata Klaus lagi.

Tiba-tiba lampu di seluruh ruangan berkedip-kedip. Mereka bertiga terkejut bukan kepalang hingga Klaus menjatuhkan champagne flute-nya begitu saja. Elizabeth pun bergidik, sementara Peter mengawasi sekitarnya dengan seksama. Tak lama kemudian, pandangan mereka dikaburkan oleh kehadiran semacam kabut tipis yang tiba-tiba saja sudah masuk ke dalam ruangan vila itu. Kabut yang semakin lama semakin memenuhi ruangan dan menyebabkan satu persatu lampu di ruangan itu pecah tak terkendali lagi.


***


Kamar kost Kirana – Griya Asri, Bali

4 Maret 2016


Kirana yang tengah terlelap bergerak gelisah. Tubuhnya bersimbah peluh. Wajahnya pucat dengan tangan terkepal tanpa sadar. Bibirnya gemetar. Dan beberapa detik kemudian dia berjengit, terbangun membelalak. Napasnya tersengal dengan mata menatap ke segala penjuru kamarnya. Ia memeriksa kedua tangan dan seluruh tubuhnya.

"Mimpi apa itu tadi? Mengapa aku bermimpi terkubur kuntum kamboja hitam?" ucapnya lirih dan hampir menangis.


***

[TAMAT] Api Unggun TerakhirOù les histoires vivent. Découvrez maintenant