Mantra Pelindung - Eps. 52

130 9 0
                                    

"Lalu, apa rencana kalian sekarang?" tanya Jason penuh iba.

"Sepertinya kami harus terlebih dulu ke rumah sakit. Luka kedua temanku ini cukup serius dan aku tidak ingin kondisi mereka memburuk. Kemudian, kami akan berusaha mengejar Elizabeth sebelum tanggal 9 Maret nanti," jawab Dirga detail.

Paul melirik Jason. Ia membasahi bibirnya cepat, sebelum kembali bersuara. "Ada apa dengan tanggal 9 Maret?"

"Kalian sungguh tidak tahu tentang teka-teki di balik medali-medali itu ya?" celetuk Al.

Paul dan Jason sama-sama menggeleng pelan.

"Jadi, kalian berburu medali ini hanya karena terbuat dari emas yang pasti harganya selangit gitu?" tanya Kenan lagi untuk meyakinkan.

Paul dan Jason sama-sama menganggukkan kepala.

"Masih masuk akal sih, mengingat banyak orang yang tergila-gila dengan benda semacam itu," kata Kenan lagi.

Sejenak mereka terdiam. Hanya terdengar deru mesin perahu yang lumayan bising di telinga, bercampur dengan suara khas riak air sungai Mahakam yang terbelah. Buih-buih putih memecah, terlihat kontras dengan warna asli air sungai terbesar di daratan Kalimantan itu.

"Bagaimana cara kalian mengejar Elizabeth?" tanya Jason yang tampaknya makin penasaran dengan kisah tiga pemuda di hadapannya.

"Kami sudah memecahkan teka-teki di mana lokasi pecahan medali berikutnya. Aku juga sempat memergoki catatan rencana perjalanan Elizabeth. Aku yakin, setelah dari sini ia akan segera menuju ke pecahan medali yang ada di Gunung Salak, Jawa Barat. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk pergi berlawanan arah dengannya, yakni menuju Pulau Peucang di Ujung Kulon, Jawa Barat. Kemudian, kami akan menghadangnya di puncak Raksa sebelum gerhana matahari total terjadi," seloroh Dirga tanpa ada prasangka apapun pada dua orang asing yang baru dikenalnya itu. Sejujurnya, Dirga memang tak menaruh curiga apapun. Di samping mereka terlihat tidak terlalu cerdas, mereka juga tampaknya tidak berbahaya. Hanya saja, ada yang mengganggu pikiran Dirga saat itu.

"Boleh aku bertanya?"

"Silakan," jawab Paul singkat sambil memandangi kawanan monyet liar yang asik bergelantungan dari satu pohon ke pohon lainnya.

"Kalau kalian tidak tahu tentang teka-teki medali itu, lalu apa yang membuat kalian sampai di sini?" tanya Dirga dengan nada datar dan satu alis terangkat miring.

Jason tersenyum kecil sambil melirik Paul yang nyatanya tak bisa menjawab pertanyaan Dirga tadi. "Kami sampai di sini untuk berburu medali lainnya. Seperti yang pernah kami baca, bahwa ukiran di salah satu medali itu bertuliskan tentang daerah bernama Tanjung Pura dan segala keterikatannya dengan kerajaan Kutai Kertanegara. Jujur saja, kami tidak melakukan persiapan apapun. Kami hanya mengandalkan informasi dari warga lokal yang memang tulus membantu kami selama di sini," jelasnya.

"Jadi, kalau pun kalian tidak berhasil mendapatkan medali itu tidak apa-apa?" selidik Kenan.

"Ya, seperti itu," jawab Jason singkat. "Dengan hanya memiliki satu medali ini, sebenarnya sudah cukup membuat kami puas. Hanya saja, kami ingin melihat keempat medali bersatu. Sungguh, kami tak tahu tentang misteri di balik medali-medali kuno ini. Kami hanya tertarik oleh pesonanya. Itu saja."

"Lalu, kenapa medali itu kalian letakkan di dalam tas kulit dengan ukiran huruf Palawa yang berarti pelindung?" cecar Dirga yang seolah masih belum puas mengorek segala informasi dari dua orang asing ini. Perasaannya mengatakan, bahwa mereka bisa dijadikan sekutu yang menguntungkan untuk menyelamatkan Kirana dan menindak habis Elizabeth beserta dua abdinya itu. Namun, ia tak ingin terperosok jurang kegelapan untuk kedua kalinya seperti ia memercayai Elizabeth yang ternyata licik itu.

"Ketika pada akhirnya kami berhasil mendapatkan medali ini, pemilik sebelumnya memberi kami satu peringatan untuk tidak menyentuhnya secara langsung. Ia mengatakan bahwa medali ini penuh dengan kutukan bagi orang-orang yang tidak berhak memilikinya. Dan satu-satunya cara untuk menghindari kutukan itu adalah dengan memberinya wadah khusus yang telah diberi mantra. Natha yang berarti pelindung." Jason menatap tas kulit itu nanar, karena ia kembali teringat seperti apa sensasi mengerikan yang ia dapatkan ketika pertama kali menyentuh medali bertuliskan Jadilah Angin di Swarnadwipa itu.


***

[TAMAT] Api Unggun TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang